Karena Tukul bukan Presiden….

Entah ini bisa dibilang isu atau fakta karena berita sudah sangat tersebar luas, sedangkan kenyataannya belum. Namun anehnya dampaknya sudah sangat nyata. Apabila fakta dihembuskan maka dampak adalah nyata, namun bila isu yang dihembuskan biasanya efeknya juga akan bias. Namun keadaan akhir-akhir ini kelihatan aneh bin ajaib, isu yang dampaknya sangat real tapi sepertinya keadaan ini sudah seringkali berulang dan tidak meninggalkan bekas sedikit pun bagi penguasa .
Sepenggal pepatah berbunyi ‘ keledai saja tidak mau terperosok kedua kali dilubang yang sama’ artinya kejadian awal yang merugikan sebisa mungin dihindari dan dijadikan pelajaran. Apa jadinya bila keledai terperosok di lubang yang sama tuk kedua kali? Kira-kira keledai bisa kan dibilang bodoh. Ya tentu saja keledai yang dungu saja ngga mau terlihat dungu bagaimana dengan yang bodoh? 2 kejadian yang sama terulang tanpa ada hikmah yang dipelajari. Didalam pemerintahan sebuah Negara bayangan dari ‘Republik mimpi’. Saya kira Negara kita ini yang asli adalah Republik mimpi. Dan yang sedang menaikkan harga BBM ini adalah Negara bonekanya atau Negara bayangannya.
Ada 2 hal yang bisa dilihat dari keputusan dinaikkannya harga BBM;
1) pemerintah tidak sanggup lagi mengcover pengeluaran APBN untuk segala macam subsidi. Tuntutan dari praktisi pendidikan menagih janji 20% jatah pendidikan, atau jatah kesehatan harus memangkas habis jatah subsidi BBM Negara ini. namun bila itu kenyataan yang ada kenapa pemerintah masih sanggup menggantinya dengan menambahkan post untuk dana BLT sebagai kompensasi penghapusan subsidi itu.Apa yang ingin disampaikan pemerintah?
2) Masyarakat harus belajar menerima kenyataan. Siapa yang berteriak paling kencang tentang reformasi dulu? Inilah hasil reformasi. Kenapa harus teriak lebih kencang lagi. Menarik urat leher hingga putus. Lah gimana orang urat lambung sudah putus duluan je. Maka benar celoteh di warteg malam itu. “reformasi yang kita rasakan sekarang ini bagai seseorang yang membeli sebuah baju baru, namun baju baru belum terbeli baju lama sudah ditanggalkan.” Masih untung ngga dibilang gila sama penjaga tokonya.
Nah sekarang tinggal persepsi kita mengemplementasikan logika yang dipakai oleh penguasanya. Kalau tukul yang jadi presiden sih jelas saya ngga pilih kedua opsi diatas. Yang saya pilih adalah opsi ketiga yaitu bila harga BBM dinaikkan oleh Presiden Tukul alasannya adalah agar Rating TV naik dan masa kontraknya tuk mengisi alamnya yaitu dunia empat mata tetap berlanjut.
Namun bila kebijakan itu dikeluarkan diakhir masa jabatan penguasa,apakah juga untuk menaikkan ratting pamornya agar masih bisa terus memimpin alam dunia Indonesiana ini? Who knows.
Dalam dunia advertising sebuah iklan diluncurkan tujuan utamanya adalah agar produk itu mendapat sebuah wilayah khusus di otak pemirsanya. Intinya bukan hanya penjualan yg menjadi target iklan, promo dan perkenalan produk juga sasaran yang sangat dominan. Maka kenapa iklan tidak selalu mencari atau menampilkan suasana atau kualitas yg wah. Karena manusia itu cenderung mengingat segala sesuatu yang berbau paling. Paling ,tidak hanya ada diatas yaitu yang paling bagus, yang paling seksi, yang paling vulgar, yang paling kreatif. Kondisi paling yang selalu diingat otak manusia juga berada diwilayah paling yang bawah. Yaitu yang paling jelek, yang paling norak, yang paling mbosenin, yang paling nipu dan paling-paling yang lain.
Seandainya didunia empat mata tukul mampu menyuguhkan hiburan pelepas himpitan kenaikan BBM ini ,itu juga tidak lepas karena Tukul tidak merasakan sama sekali dampak hiburannya. Bahwa dengan modal bibir majunya dan kebodohan khasnya tukul sama sekali akan menjadi orang berbeda dalam kesehariannya. Apakah penentu kebijakan Negara ini juga tidak pernah merasakan dampak kebijakan yang dibuatnya?
Tukul tahu bahwa dalam setiap ucapannya adalah tiada makna yang mampu dia sampaikan karena bagaimana pun tukul memonyongkan bibirnya dia akan tetap dianggap sebagai penghibur. Walaupun dimata penonton tukul adalah penguasa dunia empat mata namun segala apa yang diucapkannya adalah buah pikir dari para tim kreatif dibalik layar. Tukul hanya menambahkan bumbu untuk menjadikannya rating semakin naik. Apakah penguasa ini seperti itu juga?
Karena Tukul bukan presiden maka analogi itu sangatlah musykil, hil yang mustahal jarang terjadi didunia bayangan republik mimpi ini. Bagaimanapun dampak kebijakan itu telah dirasakan, dan kepastian tinggal menunggu tanggal yang tepat tuk terealisasi. Karena Tukul bukan Presiden maka Republik ini masih tegak berdiri berapapun ratingnya dimata dunia. Oh tukul….eh salah oh Presiden…!!



Add to Technorati Favorites

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.