Kepastian itu relatifitas yang diberi batasan



“Semua yang ada didunia ini relative, hanya Tuhan lah yang pasti adanya.” Sebuah pernyataan yang tepat setidaknya dalam sisi kemanusian quote itu sangatlah presisi. Tuhan jelas tidak diragukan lagi akan keberadaan dan wujudNYA. kepastian hakiki hanyalah milikNya, tiada yang sanggup merubah itu kecuali pemahaman Nietzhe yang terlalu sembrono yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati, yang pada akhirnya Nietzhe sendiri menjadi penghuni Rumah Sakit jiwa. Memang pemikiran yang tak sehat pasti keluar dari kepala yang tak waras pula.



Tidak, bukan maksud untuk membahas kepastian Tuhan karena itu sangatlah mungkin berada diluar pemahaman pembuat artikel. Yang menjadi pokok bahasan adalah kerelatifan dunia ini. Einstein membuat rumus yang memenangkan Nobel hanya tuk menuliskan rumus pendek untuk penemuan yang sangat besar. Cukup 3 karakter tuk melambangkan relatifitas dunia ini, Mc2 namun apakah itu sudah mewakili? Dalam pemahaman Einstein dan pengikutnya mungkin iya. Dalam pemahaman penulis ternyata masih sangat banyak factor pendukung dan penyangkalnya.



Bila dunia relative benar adanya karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi 1 detik ke depan. Bila manusia adalah relative itu juga sangat pasti karena manusia pun memiliki setiap pemahaman yang antara individu jelas berbeda. Bila sifat adalah relative itulah hal paling mutlak yang mungkin bias dipahami manusia. Bila ilmu adalah relative maka siapakah yang paling pintar dan yang paling goblog didunia ini?



Katakanlah bila anda mencintai seseorang adalah hal yang relative apakah mungkin cinta anda sama besar dengan rentang kerelatifan itu sendiri? Mungkin anda hanya sedang membencinya dalam kadar berlebihan. Mungkin anda hanya sekadar menyukainya dalam batas kedewasaan. Bila setiap orang mengatakan keindahan itu relative maka saya berani mengatakan bahwa anda sedang melihat indahnya relatifitas. Bila setiap hukum mengatakan bahwa keadilan adalah sebuah kerelatifan maka saya berani mengatakan bahwa hukum itu sendiri adalah perkara yang paling nisbi didunia ini.



Maka benar bila statemen diatas diucapkan lagi bahwa tiada yang mutlak didunia ini?

Lalu bagaimana sebuah Negara bisa terbentuk atas dasar kesamaan kehendak?

Maka bagaimana bias sebuah sumpah bsia terucap atas kesamaan kesepakatan?

Lantas apakah salah bila suatu Negara memutuskan memberikan lambang yang sama atas ideologinya?

Bagaimanakah mungkin bila semua unsure didunia ini relative namun sebuah persamaan bisa terbentuk?



Dalam sebuah kerelatifitasan pasti ada patokan yang dijadikan kesepakatan umum. Maka disinilah rentang relatiftas itu terbatasi. Semakin hari semakin menyempit. Memberikan makna sesungguhnya akan definisi relatifitas yang kemudian bermuara pada kepastian Tuhan sebagai kebalikan dari kenisbian.





Add to Technorati Favorites

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.