25 jam sehari 8 hari seminggu, rasanya kurang

Waktu akan terasa singkat saat kita berkumpul dengan kenyamanan dan kehangatan suasana yang namanya keluarga. Keluarga sakinah mawaddah dan penuh rahmah, Keluarga surga yang selalu dicontohkan Rasul dan para sahabatnya.Keluarga indah penghulu surga.

            Bagaimana kelembutan Rasul terhadap keluarganya, seperti yang dikisahkan aisyah, Rasulullah itu saat diluar rumah garang mengaum bagai singa untuk mempertahankan agamanya, namun saat didalam rumah beliau mengeong seperti anak kucing yang butuh kasih saying. Subhanallah contoh indah dari seorang manusia mulia yang juga seorang suami bagi istrinya dan seorang bapak dari anaknya.Qawwam yang begitu dibanggakan seisi keluarga. Setidaknya itulah yang disampaikan Zainab binti jahsyi saat selesai masa iddahnya dan diangkat derajatnya oleh Rasul. Karena tidak menemui cinta sehebat Rasul dalam ikatannya dengan Zaid bin haritsah.

            Itulah yang diajarkan Rasul sebagai suami teladan bagi ummatnya.Begitupun yang coba kuterapkan dalam keluarga kecilku, namun contoh itu begitu agungnya sehingga diri yang lemah ini hanya secuil sanggup menirunya.

            Dimulai dipagi buta kami sekeluarga sudah terbangun karena sikecillah weker manual kami tuk bangun dan melawan dingin meninggalkan selimut yang seakan mengikat kami tuk tetap terlelap.Sikecil yang pasti selalu terbangun syukur kami ucapkan kepada yang mematikan kami dan memberikan hidup kami kembali.Shalat yang paling dibenci oleh munaafikun adalah shalat subuh dan isya` oleh karena itu kami mencoba dengan sangat agar tidak termasuk dalam golongan munaafikun ini.Sehabis tangan ini basah oleh airmata permohonan ampun dan mulut ini basah oleh lantunan indah firmanMU, giliran keningku semerbak wangi oleh kecupan bidadariku. Sekarang giliranku tuk membersihkan sisa-sisa lelah sikecil bau pesing yang ditinggalkannya di celana harus kubersihkan.Bidadariku pun sigap dengan kompor yang sudah menyala tuk menyediakan keberkahan Allah diatas meja makan kami.

            Setelah amah nya sikecil datang kami titipkan buah hati kami ke amahnya, kebetulan amh sikecil telah kamis eleksi dengan teliti terutama aqidahnya, sehingga kami percayakan sikecil ke amahnya yang menurut kami memiliki kesabaran dan aqidah yang mumpuni, sehingga akan amanah dengan kepercayaan kami.

            Namun disitulah kerisaukan kami, meski amah kami termasuk yang amanah, namun bagaimanapun anak kami tidak berada ditangan kami. Sehingga setiap saat kami selalu was-was.Ada yang beranggapan bersama anak itu yang penting kualitas waktunya bukan kuantitasnya, ternyata anggapan itu salah. Sebagus apapun kualitas waktu kita dalam menghabiskannya dengan anak tetap tak akan tergantikan setiap detik melihat senyumnya, setiap detik membalas tawa candanya, atau setiap menit meraih ajakan manjanya tuk bergelayut dan bermanja ria bersamanya.

            Atau saat-saat indah membantu pekerjaan istri, tak kan pernah terlewat waktu indah itu. Namun waktu kami tersita istri juga seorang pekerja.Sering kami lewatkan kerlingan nakal sikecil. Sering juga kutelantarkan istri bersama amanahnya, padahal itu juga tanggung jawabku sebagai kepala keluarga.Namun semua itu begitu susahnya kuhindari.Tuntutan pekerjaan begitu seringnya menyita waktuku bersama keluargaku. Otomatis hanya sesudah maghrib dan sebelum berangkat kekantor kunikmati waktu keluargaku. Walau tinggal menyisakan hari sabtu dan minggu tuk bergumul bersama keluargaku namun itu belumlah cukup tuk menghapus hausku akan kasih sayang mereka. 25 jam sehari dan 8 hari seminggu rasanya pun belum ideal tuk menggantikan waktu-waktu yang telah kulewatkan bersama mereka.

            Bidadari-bidadariku maafkan qawwammu ini yang begitu lalai akan pemenuhan kasih sayangmu! Maafkan ketidak sanggupanku membagi waktu untuk kalian! Kualitas waktuku bersama kalian bukanlah yang utama, aku sadari sepenuhnya itu namun kuantitas yang kau minta pun sampai sekarang begitu sulit kupenuhi. Tinggal kuminta doa dan pengertianmu tuk selalu memberikan cadangan cinta yang selalu kubutuhkan tuk memulai hariku.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.