incunabulum

Kadang seseorang merasa hidup dalam dunia mimpi sehingga semua yang terasa didunia ini terasa begitu indah, dan pemimpi ini bener-bener ngga mau dibangunin dari tidurnya. Sebab mereka lebih menyukai dunai mimpi itu ketimbang kenyataan yang lebih realistis. Pernah ku tulis dalam sebuah forum, kehidupan itu berbahaya, bahkkn ditempat paling aman sekalipun. Dunia ini bukan tempat yang aman tuk hidup. Inilah realita.

Ketika seorang bayi dilahirkan kealam dunia pertama kali yang dilakukannya adalah menangis. Tangis seorang bayi bukanlah hal yang sama seperti tangis orang dewasa. Menurut penelitian bahkan nada suara tinggi rendah atau durasi tangis setiap bayi yang baru saja dilahirkan kedunia berbeda-beda. Sebagai ciri khas dan kemampuan alami pertama yang diberikan Tuhan kepadanya. Bayi manusia tak selayaknya bayi binatang yang dikaruniai insting, insting tidak perlu dipelajari karena insting sama halnya dengan cetak biru sebuah prototype. Atau sebuah lukisan sempurna yang siap tuk dipajang. Insting adalah informasi yang telah lengkap yang diberikan kepada otak binatang. Itulah mengapa setiap binatang yang baru lahir langsung bisa jalan, bisa lari, bisa menyuarakan suara seperti induknya. Karena informasi cetak biru prototypenya telah hampir sempurna.

Berbeda dengan bayi manusia, cetak biru prototypenya masih miskin informasi, malah tidak sedikit cetak biru prototype itu belum sempurna sama sekali, bahkan cacat. Namun prototype itu bukanlah bikinan manusia. Kecacatan pada satu sisi adalah kesempurnaan pada sisi yang lain. Begitulah keadilan Tuhan. Pada intinya bayi manusia adalah sebuah proses, dari waktu ke waktu. Manusia adalah proses yang berjalan. Tahap yang dikembangkan waktu untuk terus sempurna. Bisa jadi disatu titik proses itu akan mencapai tahap sempurna.

Tapi sayang manusia selalu terbuai, mereka lupa betapa besar tanggung jawabnya didunia ini, betapa pentingnya eksistensinya di alam ini. Semakin waktu menua semakin manusia terbuai oleh kedigdayaan superegonya sendiri. Banyak manusia terbuai oleh harta, banyak manusia terbuai oleh kedudukan, pangkat, jabatan lebih parahnya lagi banyak manusia terbuai oleh kecantikan.

Terkadang manusia hebat pun masih terbuai oleh egonya sendiri, tanpa ia sadari. Belajar dari pengalaman para Nabi ketika terbuai bujuk rayu setan. Hampir semua Nabi pernah terbuai dan mendapat teguran dari Allah. Dan teguran itulah yang menjadikan seorang Nabi menjadi lebih dipercaya.

Memang benar bila ilutrasi Nabi itu akan menempatkan buaian sebagai cikal bakal eksistensial ego kita akan diakui. Memang benar bila buaian adalah titik awal dimana kesuksesan sebagai individu akan tercapai.

Di sebuah forum pernah disinggung hal ini. Dia Sholeh, dia tampan, dia pandai, dia cakap. Namun sayang dia tidak disukai orang sekitarnya. Apa yang salah? Atau ada yang kurang lagi dari dia? Jawabannya tidak. Tidak ada yang salah pada dirinya, tidak ada kurang darinya. Semua kembali ke proses, manusia adalah proses menuju tahap selanjutnya. Dia sedang berproses, dan proses selalu berbandingkan lurus dengan waktu. Yang jadi masalah adalah ketidak sinkronan antara dia dan antara si penilai yaitu orang sekitarnya, dia sedang berproses si penilai sedang terbuai. Terbuai oleh kesempurnaan individu yang dia tampakkan, sehingga sesempurna manusia sekali lagi. Mereka sedang berproses. Sesempurna manusia yang ditampakkan dihadapan manusia lain. Semua sedang berproses. Dan proses selalu membutuhkan waktu.

Dan kenapa di jaman Renaisance kata incunabulum begitu dikenal. Karena manusia adalah makhluk yang sedang berproses dari buaian egonya. Incunabulum yang berarti buaian ada dalam masa keemasan renaisance yang menganggap manusia adalah makhluk realistis sempurna. Saatnya tuk berproses dan keluar dari incunabulum....broken it !!

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.