rumah

Dalam beberapa waktu terakhir ini aku tersadar telah begitu lama meninggalkan tempat dimana ku dilahirkan dan dimana ku dibesarkan. Setidaknya itulah yang bisa kusebut rumah, dan disitulah ada semacam ikatan emosi. Namun kenyataannya kini kuterpisahkan jarak dan waktu dari apa yang kusebut rumah itu, bahkan kuterpisahkan berkilo-kilo air dan dalamnya lautan tuk segera menggapainya.

Kurang lebih 5 tahun yang lalu masih bisa kubuka jendela kamarku dirumah tempatku dibesarkan, masih bisa kuminum air hambar dari sumur buatan bapakku, dan masih bisa kuhirup udara pepohonan yang ditanam ibuku. Dan kini ku berada di pulau yang sama sekali berbeda hambar airnya, dan merah tanahnya adalah udara yang masuk dalam sela-sela lubang paru-paruku.

Ketika sebuah kenyataan mengantarku ke ranah yang tak terbayangkan sebelumnya, kutinggalkan segala kenangan, kenalan dan handai tolan. Memburu sejumput buih masa depan yang sebentar lagi segera kujelang. Dulu ibuku riang gembira menyambutku dikota dingin yang menumbuhkan pohon apel sebagai pengingat dan identitasnya. Meniupkan seberkas kehidupan titipan Tuhan, hingga tak terasa 7 tahun kemudian keduanya membawaku kembali bergulat dengan suasana baru dengan kota panas penghasil mangga dan anggur itu yang memberi predikatnya sendiri dengan sedikit sentuhan kebanggaan. Bayuangga, namun hebatnya nama itu malah disematkan disebelah kanan kiri sebuah perusahaan otobus. Orang akan sering salah mengucapkan anatara kotaku dengan sebuah kota di Pulau Jawa bagian tengah yang malah lebih terkenal di lidah penghuni peta Indonesiana, Purbalingga karena ke khasan bahasa daerahnya. Konon kabarnya perusahaan otobus ini malah menguasai setengah bagian timur dari pulau Jawa. Dan yg paling aneh karena begitu adikuasanya perusahaan ini mereka malh tak mau lagi menggunakan nama lama itu dan menggantinya dengan kata singkat padat dan jelas “Akas”, entah ini artinya apa?. Apakah nama salah seorang pemiliknya, atau mengambil dari bahasa sansekerta yang terkenal dilidah para wali songo itu, atau akan bermakna ketika kata itu dibaca dari kanan.

Tepat 11 pergantian tahun minum air kota itu dan hidupku terpatri dalam daun lontar sejarah komunitas Madura yang kontras akan kekerasan watak dan keasinan garam kehidupan budayanya. Sehingga orang akan menyandingkan perangaiku dengan kultur itu dan membandingkan indera perasaku dengan budaya keraton pemberian gen bapakku. Jadilah sesosok manusia cacat dengan pemikiran nyleneh dan keinginan aneh.

Kini rumahku berpindah bukan lagi menghuni dimensi ruang, seorang pepatah mengatakan ‘Home is where the heart is’. Bukan lagi ‘tempat’ yang kutuju tuk meraih ikatan emosi itu.

Namun kepuasan jiwa,
ketenangan pikiran,
keindahan penampakan.
Ketika embun setiap saat membasuh dahagaku akan kesejukan,
ketika sang surya fajar menghapus gurat bekas tidur di pipi dan daguku,
ketika siang mengeringkan tiap tetes keringatku,
ketika senja memberikan warna merah pada darahku,
ketika rembulan mencoba menafsirkan setiap mimpiku,
Ketika musik terindah yang melantun berasal dari derai tawa anak istriku,
Ketika riak air yang mengalir adalah kasih sayangMU,
Ketika damai menjadi pengetuk pintuku,
Ketika tenteram adalah kursi malasku.

Itulah yang kudambakan menjadi rumah, penenteram hatiku, yang kubangun sendiri dengan jerih payahku dan kutegakkan dengan bantingan tulang dan perasan keringatku. Tak perlu Listrik tuk meneranginya cukup pelita dari pancaran mata anak istriku. Tak perlu mesin tuk membawaku berkeliling diantara pepohonan dan semak belukar, cukup bangkiak kayu pelana telapak kakiku.

Kini ketikan keyboardku membuatku rindu akan rumah itu. Rumah itu ada didalam khayalanku namun dengan luapan cuka cita akan segera kubangunkan didalam hatiku. Tuhan aku ingin pulang, tunjukkanlah kepadaku marka jalannya hingga ku tak tersesat!

3 komentar:

  1. wah rumah baru mas ya....untung komentar say jadi tahu.....

    BalasHapus
  2. Ini mas oriah kah??

    maaf kalau salah...

    rumahnya (blog) bagus,... teduh... dan semoga meneduhkan

    BalasHapus
  3. iya , insyaLAlah ini saya oriah, insanbiasa, masicang satu orang. semoga blog ini sesuai dengan apa yang saya harapkan teduh dan meneduhkan

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.