Aspal baru

Suatu ketika ada kabar menyejukkan dari developer setempat, bahwa jalan tanah berbatu didepan rumah akan segera diaspal. Itu adalah kabar paling membahagiakan yang berhubungan dengan komplek kecil kami, warga sekitar sudah barang tentu juga akan merasakan dampak yang menyenangkan bila rencana itu terwujud. Sejak pertama dating ke komplek ini sebenarnya bila bukan alasan dana saya dan istri pastilah tidak akan meliriknya, karena infrastruktur yang kurang begitu mendukung. Tiadanya jalan aspal, tidak adanya pagar pemisah dengan warga kampong sekitar, tiadanya penerangan jalan bahkan komplek ini tidak memiliki gapura yang biasanya menjadi ciri khas sebuah komplek.

Namun semakin beranjaknya waktu kami piker kesadaran developer semakin bagus, ditandai dengan mulai dibangunnya tiang-tiang listrik disertai penerangan jalan dan kabar terakhir adalah akans egera ditutupnya jalan tanah kami menggunakan aspal, setidaknya angin segar ini akan membuat setiap warga komplek tersenyum. Karena tidak akan ada lagi lumpur menggenang ketika musim hujan, atau semakin berkurangnya debu ketika kemarau tiba.

Ketika pelaksanaan pengaspalan itu benar-benar terjadi dengana ntusia warga menyambutnya, ada yang sekedar nongkrong didepan rumahnya sambil sembari menemami para pekerja, atau bahkan ada yang dengan sukarela menyediakan seteko kopi dengan makanan kecil ala kadarnya. Menunjukkan betapa besar keinginan para warga komplek agar segera melihat rapinya lingkungan mereka. Dengan senang hati pula beberapa warga memberikan makan siang kepada pekerja tak ayal kami sekeluarga juga ikut-ikutan menyumbangkan kebaikan pada mereka yang barang tentu dengan tujuan agar kegiatan pengaspalan akan segera selesai dan kami bias menikmati keindahan komplek kami walau hanya sebatas mempermulus jalan didepan rumah kami.

Setelah sekitar 2 minggu akhirnya kegiatan pengaspalan itu rampung juga, dengan gegap gempita para warga menyambutnya dengan suka cita bak mendapatkan trophy kalpataru bapak RT setempat menandai selamatan komplek itu dengan memecahkan kendi di ujung jalan tersebut. Setiap hari terlihat warga keluar rumah hanya tuk merasakan nikmatnya memiliki jalan aspal. Ada yangs ekedar berjalan-jalan atau malah duduk-duduk didepan rumahnya tuk melihat aspal yang amsih menghitam didepan rumahnya. Anak-anak ekcil tak kalah cerianya mereka bias menaiki sepeda mereka dengan lincah tanpa takut batu besar lagi. Bahkan ada yang mengeluarkan peralatan bulu tangkis hanya tuk sekedar mencicipi aspal baru itu.

Sehari berselang dua hari berlalu tak terasa sudah 1 bulan lamanya aspal itu menghiasa depan rumah kami, tak terasa sudah banyaks ekali kegiatan yang pernah warga komplek laksanakan diatas aspal baru itu. Dan tanpa terasa pula kehebohan yang dulu dirasakan semakin memudar. Sudah tak ada lagi anak-anak kecil bermain bulu tangkis, sudah jarang bapak-bapak yang sekedar menyempatkan waktu tuk duduk diatas aspal itu dan ngobrol dengan tetangga. Sepertinya rasa bosan sudah dating. Dan apa yang didapat aspal itu sudah berganti menjadi ajang balap. Menjadi sirkuit kecil bagi anak-anak tanggung yang tak beratnggung jawab. Dengan sepeda motor pemberian orang tuanya aspal kami telah menjadi tempat berbahaya bagi kami.

Tidak siang tidak malam suara berisik gas motor itu begitu kencang bahkan hal yang paling kami takuti adalah apabila anak-anak kami menjadi korban celaka meraka. Tak urung kami sepakat tuk membuat polisi tidur disepanjang jalan itu, sekedar memperlambat laju balapan mereka, malah kalau bias kami menghentikan sama sekali kegiatan balap liar mereka. Aspal mulus kami yang kami gadang-gadang menjadi tambahan keindahan rumah kami malah mereka jadikan lading ranjau bagi keluarga kami. Kami pun tak kuasa tuk menghalangi mereka yang jumlahnya lebih banyak.

Akhirnya kesepakatan terjadi aspal yang dibuat untuk memperindah rumah kami akhirnya kami rusak sendiri dengan membuat polisi tidur diatasnya. Hal yang dulunya membuat kami bahagia karena jalan tanah yang berbatu yang membuat kami tidak nyaman sekarang malah kami buat tidak nyaman lagis etelah kenikmatans ebentar kami rasakan. Polisi tidur itu adalah dilemma berat yang kami rasakan. Serba salah kami dibuatnya.

Begitulah yang terjadi didalam Negara, sungguh tak jauh berbeda. Ketika pendiri Negara ini dengan susah payah mengentaskan Negara ini dari keterpurukan. Menatanya dengan system dan jalur yang tepat hingga pada suatu titik terciptalah kesejahteraan malah kemudian kita berusaha tuk menghancurkannya lagi padahal hanya beberapa pihak yang tak bertanggung jawablah yang harus di hentikan.

Bangsa ini sedang berada didalam dilemma, dengan tujuan membangun dan memperbaiki kembali malah pada akhirnya tanpa disadari merusak dan menggerogotinya tanpa disengaja. Negara ini tak lebih seperti aspal tadi. Setelah begitu indah dibentuk dan ditata kemudian dengans endirinya kita juga yang merusaknya padahal kita menggunakan dalih tuk memperbaikinya.



2 komentar:

  1. Salam kenal Mas Icang...
    Makanya negara ini perlu pemimpin baru dan muda, jangan itu-itu saja
    Kita ini kan punya sifat bosenan, makanya jenis ibadah kan variatif.. misalnya ada ucapan, gerakan, hati ... barangkali supaya kita tidak bosan. Tul nggak?

    BalasHapus
  2. betul itu .......harus ada regenerasi

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.