Ada sebuah kejadian, ya bisa dibilang lucu dan agak nyeleneh beberapa hari yang lalu, saya yang memang berusaha tuk terus mengejar ilmu apa naik pangkat ya? Moga-moga niatku masih lurus tuk terus mengejar ilmu. Beberapa hari yang lalu mendapati hari itu adalah hari ujian UAS. Wah betapa terkejutnya kami sekelas, padahal diawal kuliah pernah diberitakan bahwa UAS ada dipertemuan yang kedelapan. Sedang beberapa hari yang lalu itu baru pertemuan ketujuh. Ditambah malam itu langit tidak begitu bersahabat dengan menitikkan gerimis kecil ke permukaan helmku.
Dengan terpaksa dan mengingat beberapa bagian pelajaran yang mulai kabur beberapa penggalnya, kucoba memahami tiap soal yang dilontarkan oleh pengajar. Sampai diangka 8 soal itu, semakin membuatku merinding yang sejak awal selalu dimulai dengan kata ‘sebutkan’ dan ‘jelaskan’. Tapi apa boleh dikata pengajar adalah hukum yang berlaku dikelas itu, aturan demokrasi yang tak bisa di mufakatkan lagi. Dan kami para penerima ilmu seperti budak penguasa ruangan itu yang akan selalu berkata ia bila ‘tirani’ sudah di pancangkan.
Waktu 90 menit yang diberikan kepada kami pun terasa sangatlah singkat bila mengingat 8 delapan soal itu. Tanpa disadari otakku berputar lebih cepat dari biasanya. Memory ini seperti mendapat suntikan sesuatu sehingga terasa seperti booster roket yang sekonyong-konyong ingin segera meluncur. Sehingga tidak sampai menit ke 60 seluruh soal sudah terselesaikan. Namun entah ada angin dari mana tiba-tiba seorang wanita yang selama ini kukenal paling teledor dan paling susah mencerna setiap pelajaran hingga terus bertanya kepadaku. Menyusul ‘roketku’ dan mendahuluiku mengumpulkan hasil ujiannya.
Apa boleh dikata mungkin dia tiba-tiba juga mendapat ’angin surga’ yang menjadikan otaknya juga seperti roket. Setelah giliran dia baru aku beranikan diri tuk menyerahkan hasil ujianku. Namun ketika hendak meninggalkan ruangan si pengajar memberikanku sebuah kertas yang sekilas kubaca berisi tulisan ringkasan seluruh materi di mata kuliah pengajar ini.
“ pak rizal, tolong kembalikan ini ke teman bapak yang barusa keluar duluan ya?” ,pintanya sambil tersenyum simpul.
“ baik” sambil tersenyum juga.
Penasaran oleh isi kertas itu kubaca sambil berjalan kearah teman yang otaknya mengalahkanku tadi. Ya, Allah teranyata memang benar pandangan sekilasku tadi, itu adalah catatan materi yang diujikan. Tanpa mengisi sepatah kalimat pun dia mengumpulkan hasil ujiannya bersama dengan catatan materi itu.
Ada mata rantai yang terlepas dipengalamanku bersama teman kuliahku itu. Maaf saya tidak bermaksud membicaraka kekurangan seorang lain, dan membanggakan diri ini. Namun dari pengalaman itu diri ini semoga mampu memetik hikmah dibaliknya. Mata rantai itu adalah kesabaran dalam menerima ujian. Setiap kali Allah memberikan ujian kepada hamba-hambaNYA. Selalu terlebih dahulu memulainya dengan latihan-latihan. Setiap kali Allah hendak menguji hamba-hambaNYA selalu terlebih dahulu diberikanNYA materi yang di jadikan bekal. Sehingga tidak akan ada jalan pintas bagi ujian itu. Yang ada adalah bila ujian itu akan menguatkan dan akan melemahkan.
Ketika ujian itu datang mungkin diri ini akan terkejut sama terkejutnya ketika UAS diumumkan mendadak. Namun ketika ujian itu datang akan ada ’roket-roket’ yang entah darimana asalnya yang akan membawa segenap kekuatan kita tuk melalui ujian itu.
Kita tidak bisa menyerahkan robekan kertas materi ketika ujian dariNYA menghampiri kita. Kita diharuskan menjalani ujian itu agar bisa naik ke tingkatan selanjutnya dan menjadi lebih baik. Entah bagaimana harus membedakan mana ujian mid dan mana ujian akhirnya. Atau hanya quiz-quiz semata yang akan menaikkan iman kita ke tingkatan yg lebih tinggi. Namun semua itu adalah pelajaran meniti ilmu yang akan kita jalani hingga akhir hidup ini. Allahu a`lam bishawab.
Ujian,UAS,UN apalah namanya semua sama bikin ngeri....
BalasHapusIlmu yang akan kita pertanggungjawabkan...!
BalasHapusselama masih hidup selama itu pula ujian-ujian terbentang di depan mata
BalasHapusCurang dalam ujian...
BalasHapusSahabat Abu Mr.popo pernah berkata, "Kalau orang pake senjata nuklir masak kita pakai bambu runcing!"
Sebuah ironi yg menunjukkan bahwa mereka yang curang justru lebih banyak memenangi pertempuran apapun...
Mas, Kublog dan Ciblog sekarang ndak bisa dibuka lagi ya?
@ muhammad arief : padahal dengan ujian itu kita semakin tahan banting...
BalasHapus@ shanty mahanani : saya setuju... ilmu yg harus di pertanggung ajwabkan
@ duniaely : mmhhh... dengan ujian kita semakin kuat.
@ tengkuputeh : hehee......kayak temen saya. kalah menang yang penting curang. kayaknya yang banyak menang yang ngga curang deh mas abu...