Genosida adalah tujuan Israel

Tanggal 27 Desember 2008 serangan Israel ke hampir seluruh permukaan kota Gaza dimulai, bersamaan dengan itu pula berbagai tanggapan, opini, hujatan bermunculan atas serangan ini. Dan dengan segenap keibaan media memajang video dan gambar-gambar memilukan akan peristiwa ini. Sejarah telah menulis bahwa perang ini berlangsung, bila Israel mengadopsi kekejaman genosida melalui peristiwa yang mereka sebut sebagai holocaust (Ibrani 10:6). Maka Genosida itu berulang hari ini, kini kekejaman genosida telah berubah menjadi rudal dan fosfor dari peluncur-peluncur roket pembunuh masa Israel.

Sejarah mengukir bahwa bangsa Yahudi yang dipimpin nabi Musa as, meninggalkan Mesir melewati laut Merah, untuk menempati tanah yang dijanjikan di Palestina, sesampainya disana ternyata tanah tersebut telah dihuni oleh bangsa Filistin (atau sekarang dikenal Palestina).

Sebagian pengikut nabi Musa masuk ketanah itu, dan sebagian lagi yang membelot memilih untuk tidak memasuki tanah yang dijanjikan kecuali bangsa Palestina pergi dari tanah tersebut. Masalah dimulai disini ketika bangsa itu terpecah menjadi 2 kubu, salah satu kubu adalah pengikut setia nabi Musa dengan pemaham yang mendalam akan Taurat pihak satunya adalah bangsa Yahudi pembelot yang kemudian mendirikan sebuah Negara tanpa wilayah yang diakui PBB dikemudian hari yang pada akhirnya menciptakan kitab sendiri yang mereka beri nama Talmud.

Bibit-bibit perpecahan dan sengketa itu mulai terbentuk, memberikan warna pada interaksi mereka yang pada akhirnya warna itu berubah menjadi semerah darah. Pada tahun 722 sebelum Masehi, merupakan permulaan sebagian bangsa Yahudi mengasingkan diri secara besar - besaran ke berbagai pelosok dunia, terlebih pada tahun 1095 sebelum Masehi pecah Perang Salib yang menghancurkan komunitas Yahudi di Eropa maupun yang berada di Timur Tengah. Termasuk pengusiran Yahudi dan Muslim dari Spanyol di tahun 1492 dengan dasar Alhambra decree yang dikeluarkan Ferdinand II dan Isabella dari Kerajaan Katholik di Spanyol. Tahun 1881 Rusia melakukan pembersihan territorialnya dengan kebijakan Tsar Rusia, gelombang migrasi (pogrom) sepanjang 1881 – 1918 ke Palestina, Amerika Serikat ataupun ke tempat penampungan kumuh Eropa Timur (yang biasa disebut ghetto) dimana mereka hanya bisa berinteraksi dengan sesama. Dan terakhir kejahatan Genosida yakni Holocaust dilakukan Nazi pada tahun 1938.

Sejarah berulang Israel membumi hanguskan Gaza dengan kekuatan penuh, “Sebagian Gaza City telah dikepung. Kami berhasil memukul Hamas, tapi tujuan utama kami belum tercapai. Operasi militer ini belum selesai.” Kata Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak di perlemen. Sudah jelas bahwa tujuan Israel membombardir Gaza bukanlah mencari pentolan Hamas namun melenyapkan sebuah ras/ bangsa dari muka bumi ini. Inilah genosida kejahatan terbesar manusia yang dilakukan secara berjamaah dan dnegan biadab.

Ukuran apa yang bisa dipakai oleh mata dunia dalam menimbang kebiadaban Israel ini? Semua tiada yang bisa membenarkan kecuali Israel sendiri. Dalam perspektif hokum internasiaonal dikenal istilah jus ad bellum (alasan yang membenarkan) inilah yang dipegang teguh Israel tuk membenarkan tindakannya membantai warga sipil di kota Gaza. Israel merasa mereka adalah pihak yang diserang terlebih dahulu maka wajib bag Israel untuk membalasnya
Namun, prinsip ini tidaklah boleh hanya berhenti disini ada kelanjutan yang harus ditaati dan wajib diikuti yaitu prinsip kedua yang berbunyi jus in bello (bagaiman melakukan serangan) dibagian ini Israel melanggar hal-hal yang amat sangat asasi, kaidah yang dipegang teguh bahkan oleh penggagasnya sendiri yaitu PBB melalui Konvensi Geneva tahun 1949 sebagai ukuran normatifnya.

Pasal 1
1. Tidak ada setiap orang pun boleh dihilangkan secara paksa.
2. Tidak ada pengecualian apapun, apakah dalam keadaan perang atau ancaman perang,
situasi politik dalam negeri yang tidak stabil atau situasi darurat lain, yang dapat diterima
sebagai alasan pembenar terhadap tindakan penghilangan secara paksa


bahkan pasal 1 pada Konvensi Geneva tahun 1949 itu telah dilanggar oleh Israel, yang saya pertanyakan dimanakah PBB kini bersembunyi?

Dalam perang apapun alasannya wanita, anak-anak, orang lemah termasuk orang yang telah lanjut usia dan sakit harus dilindungi, bahkan lawan yang sudah menyerah dan terluka pun tidak lagi boleh disentuh. Sudah jelas bahwa konvensi itu memberikan batasan-batasan kemanusia yang haram hukumnya bila dilanggar. Namun Israel malah membabi buta membumi hanguskan dengan penuh keangkuhan dengan alas an bahwa itu adalah sebuah pembelaan diri.

Yang menjadi masalah disini adalah tindakan balasan pembelaan diri itu tidaklah ada pembenaran secara yuridis hukum internasional. Menurut hukum internasional tindakan bela diri hanya dibolehkan bila serangan bersenjata yang dilancarkan sebelumnya itu bersifat overwhelming (keterlaluan) dan no choice of means atau tidak member pilihan atau alternative. Padahal serangan roket Hamas belum bisa dikatakan sebagai tindakan overwhelming bahkan faktanya Hamslah pihak yang terjajah. Karena Israel adalah sebuah Negara bayangan tanpa wilayah sebelumnya. Israel lah yang mencaplok wilayah Palestine. Karena pada awalnya Israel hanya menduduki sepertiga wilayah Palestine.

Ide pendirian Negara yahudi ini berawal dari perlakuan rasis yang diterima oleh kaum Yahudi memaksa mereka untuk berpikir mencari solusi nyata, keinginan untuk mendirikan negara khusus bagi bangsa Yahudi sulit ditemukan, namun hal yang mengarah kesana sudah ada semenjak ide Zionisme mengemuka.

Ide dalam pembentukan Negara Israel sebenarnya tidak mudah dan melalui tahapan – tahapan yang sangat rumit, bahkan ide Zionism yang diciptakan oleh Theodor Herzl saat itu tidak populer dan menjadi lelucon disiang hari oleh para Yahudi diaspora (etnik Yahudi ditanah pengasingan) pada umumnya. Masyarakat Yahudi pada saat itu tidak tertarik dengan urusan politik, mereka cenderung lebih religius dan mengikuti ajaran agama Judaism, seperti yang terjadi pada Yahudi Sephardi (Yahudi Timur Tengah) atau pun yang tinggal di ghetto.

Di pihak lain Yahudi Askhenazi (Yahudi Eropa barat) secara cepat tumbuh menjadi tokoh pebisnis, ilmuwan, politikus dan menjadi orang – orang yang penting di negara mereka tinggal, sehingga negara yang mereka tinggali mendapat keuntungan secara signifikan dengan account bank berjumlah banyak yang disimpan di negara tersebut dari hasil bisnis Yahudi Askenazi, maka negara tersebut mempermudah orang – orang Yahudi Ashkenazi tersebut mendapatkan status kewarganegaraan.

Disisi lain pergerakan Zionis mulai dirintis, untuk pertama kalinya pada tahun 1883 oleh Nathan Birnbaum seorang mahasiswa hukum, yang juga menekuni filsafat dan orientalism di Universitas Vienna. Birnbaum yang baru berumur 19 tahun membangun Kadimah yakni sebuah asosiasi mahasiswa Yahudi di Vienna, dan pada tahun 1884 untuk pertama kalinya memunculkan wacana Selbstemanzipation (self-emancipation), murni hasil pemikiran Birnbaum muda.

Zionisme muncul sebagai kombinasi faktor – faktor untuk merespon anti-semit, dan sebagai urgensi ideologi nasional demi pembangunan negara bagi kaum Yahudi. Herzl yang bekerja sebagai jurnalis, pada awalnya seorang yang anti-zionist, namun kemudian ia menjadi pro-zionist dengan argumentasi bahwa semua pihak yang antisemit tidak akan dapat mengganggu etnik Yahudi selama negara Zion terbentuk. Tahun 1896 dia mengeluarkan sebuah buku Der Judeenstaat/The Jewish State (Negara Yahudi) hingga ia dikenal sebagai salah satu founding fathers Zionisme.

Maka pada saat ide mendirikan negara Yahudi hanya mendapat dukungan dari sebagian Yahudi diaspora khususnya Yahudi Askenazi di Eropa Barat, Herzl dan kolega lamanya sesama jurnalis Birnbaum mendirikan sebuah Kongres di Basel, yakni kongres yang dibangun oleh Organisasi Zionist Internasional (WZO). Keberhasilan dengan mengadakan sebuah kongres tadi belum menyentuh suara kaum Yahudi secara global, seperti halnya bagi Yahudi Eropa Timur dan Yahudi Sephardi yang masih enggan mengurusi urusan politik, hidup dalam atmosfer religius yang hanya fokus pada kegiatan keagamaan mereka.

Melihat realita demikian, Herzl mencoba memasukan ide Zionis kepada kehidupan mereka dengan cara mencampuradukan nilai – nilai Zionism kedalam ranah keagamaan. Dibantu para Rabbi (pemuka agama Yahudi) dan mempopulerkannya dengan cara popular culture sebagai alatnya media, tulisan, museum, nasionalisme berdasarkan kesukuan, yang keseluruhan dari hal tersebut dapat mempengaruhi opini publik internasional secara signifikan hingga kini. Saat ini kita dapat merasakan bagaimana kesuksesan program propaganda mereka yang popular sebagai contoh buku - buku Tragedi Holocaust, Catatan Harian Anne Franke, film Munich, Borat dsb. Keberhasilan ini tentunya mempengaruhi komunitas internasional untuk mengasihani Yahudi khususnya sebagian Barat yang berhasil termakan wacana menyimpang bahwa “Israel ditengah ancaman raksasa - raksasa Arab”.

Seorang intelektual muda muslim Indonesia Ismail Fajrie Alatas menyebutkan Zionisme adalah tradisi yang diciptakan, bahwa konsep ini sama sekali tidak terdapat tempat khusus dalam perjalanan panjang Yahudi. Atau dalam pandangan sejarawan Marxist Eric Hobsbawm mendefinisikan Invented Tradition (tradisi yang diciptakan) “sebuah proses formalisasi dan ritualisasi yang dicirikan oleh perujukan ke masa lalu”. Tradisi yang diciptakan merupakan cara untuk mempersatukan suatu masyarakat dan bangsa, tidak termasuk kedalam adat istiadat hanya lebih kepada tatanan sebuah ideologi. Kemudian muncul pertanyaan mengapa konsep ini begitu berhasil menjadikan Israel sebagai pusat keberhasilan bangsa Yahudi?

Maka disini bisa ditarik kesimpulan bahwa Israel adalah sebuah Negara bayangan, yahudi sekarang adalah bangsa pembelot, Zionist adalah tradisi yang diciptakan bahkan tidak diakui sebagai sebuah budaya. Apakah ada yang bisa diharapkan dari bangsa semacam ini selain kebiadapan dan tindakan diluar nalar kemanusiaan? Dari kepala dan hati yang kotor maka akan muncul juga ide dan tindakan yang kotor pula. Jangan heran apabila bagi bangsa yang kini sedang menyiapkan sebuah bom bermuatan fosfor bagi saudaraku disana. Satu peluru adalah do’a kematian bagi mu! Dan apapun alasannya genosida adalah sebuah kebrutalan.


Sumber :
Ruleroom@blogspot
Kompas.com

9 komentar:

  1. Mas, nih kunjungan balasannya. Kita berdo'a semoga saudara-saudara kita di Gaza mendapat kekuatan dan perlindungan dari Allah.

    BalasHapus
  2. stop war...!!! kebiadabannya ga' boleh dibiarkan berlarut-larut... semoga saja kedamaian dunia segera tercipta :)

    BalasHapus
  3. Perang yang tidak berimbang dengan alasan yang dibuat-buat...
    Makanya Islam harus bersatu melawan zionis

    BalasHapus
  4. israel slalu membesar - besarkan pembantaian nazi kepada mereka....
    dan sekarang pun mereka seperti nazi membantai palestine
    akan kah mereka membesar - besar kan pembantaian mereka ke palestine

    BalasHapus
  5. tak ada lagi yang bisa
    mewakili rasa duka yang mencabik rasa
    membebat jiwa membunuh nilai mulia
    karena tlah kering air mata
    telah habis pula kata-kata
    hanya satu saja tersisa
    sepenggal doa
    sebait asa
    agar Engkau yang Maha Kuasa
    menurunkan apa yang kami Minta
    Allahuma... Binasakan Yahudi...!
    Allahuma... hancurkan mereka
    Allahuma... pecah belah persatuan mereka...!
    Allahuma... liputi diri mereka dengan azab-Mu
    duhai Palestina...
    betapa lemah keadaanku kini...
    tak mampu aku menampung dukamu
    tak bisa aku meredam laramu
    membelai luka nestapamu
    apa yang bisa aku mampu menolongmu
    mungkin ini bisa membantu
    menyebarkan gambar kebejadan
    nurani binatang , bangsa kera biadab...
    YAHUDI BINASA

    BalasHapus
  6. @ kenuzi : amiin

    @itmam : amiin, amiin

    @ info4all : perang badar juga tidak berimbang mas. namun islam berjaya

    @nuarikha : padahal mereka kecil

    @ dwifahrial : hmmm........speechless

    BalasHapus
  7. suatu saat kekuasaan allah akan turun...untuk menunjukan hanya lah dia "allah" yang maha ESA..

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.