hanya slogan murahan



Saya teringat ketika aktif di kegiatan Aktivis Rimba raya dulu, K9 sebuah komunitas anak-anak muda yang kebanyakan berasal dari masyarakat marjinal. Namun didalamnya saya digembleng tentang persaudaraan dan ikatan kekeluargaan yang erat.

Mereka mendaftarkan komunitas itu ke Depsos kala itu sehingga menjadi sebuah LSM yang berdiri sendiri. Komunitas 9 mereka menyebutnya dengan ciri khas hanya memiliki 9 anggota setiap tahunnya. Namun Sembilan orang ini masing-masing dibekali keahlian yang mumpuni dibidangnya masing-masing khususnya. Pengetahuan tentang hiking, climbing, surviving, direction focus dan rescuing other. Bila anda anggota komunitas yang serupa anda akan tahu dimana lokasi base campnya.

Cukup tentang komunitas ini, saya hanya ingat salah satu slogan mereka ketika mendaki gunung. Dan slogan ini diamini oleh setiap komunitas yang memiliki aktivitas yang sama.

Jangan mengambil sesuatu selain foto, jangan meninggalkan sesuatu selain tapak kaki.
Slogan yang menggambarkan betapa cintanya mereka akan lingkungan. Saling ketergantungan antara lingkungan dan manusia yang tergambar dalam slogan ini begitu jelas memberikan kesadaran kepada setiap yang mengucapkan bahwa merusak alam maka imbasnya akan kembali menimpa si perusak cepat ataupun lebih cepat lagi.

Setiap pendaki yang dengan iseng menuliskan namanya disebatang pohon akan segera kena denda. Apalagi meninggalkan spot berteduh dengan sampah berserakan akan segera mendapat sangsi. Aturan tak tertulis ini menjadi popular ketika semua yang menuju ke puncak memiliki visi yang sama yaitu menjadikan alam adalah sahabat terdekat manusia.

Namun hal ini sangat bertolak belakang dengan kota yang saya tempati sekarang. Apalagi menjelang pemilihan yang katanya akan memberikan keadilan ini. Pohon-pohon yang begitu kami lindungi dikota berwajah sangat rupawan dengan embel-embel title bahkan keangkuhan. Pohon-pohon merana dipinggir jalan itu menjadi landasan pacu bagi sarana pemiskinan massal.

Advertising berlebihan tuk mendapat dukungan semu. Senyum-senyum pongah menghiasi pohon kami. 3 trilyun rupiah ramalan yang diperkirakan tuk pembelanjaan advertising para peserta pemilu. Dan 3 trilyun pohon menjadi korbannya. Demi sebuah ketenaran keindahan memandang menjadi terbatasi. Spanduk-spanduk besar baliho-baliho salah kaprah menutup lampu lalu lintas, rambu peringatan. Lebih dari itu keselamatn ditutup oleh wajah-wajah penuh senyum itu.
Dikota slogan itu tak ada yang mengenal, mendekati pemilu ini slogan itu kalah dengan hiruk pikuk pemerasan suara.
Saya tidak menyalahkan demokrasi, pun tidak mengkambing hitamkan KPU. Atau malah menghina parpol-parpol yang ‘berpendidikan’ hanya saja keindahan alam bagi mereka mampu ditutupi dengan persentasi suara yang akan mendukung mereka tuk menjadi actor illegal loging berikutnya.

Saya pun bukan orang yang anti kemajuan sebuah peradaban kota, saya hanya prihatin menyaksikan anak rimba yang semakin menggandrungi televisi. Saya bukan aparat yang berhak memberikan eksekusi hukum hanya saja kebijakan yang saya terima tak pernah berpihak pada hukum alam.

Diseluruh jawa dan sumatera hampir tertutup air, yang kita cari hanyalah simpati dan empati tanpa menyadari betapa bersimpatinya alam terhadap kehidupan manusia. Di Australia api menggunung , yang mereka cari adalah ratapan dan penyesalan, padahal setiap saat alam menghiba dan meminta penyesalan manusia.

Ah, kalau saja manusia hanya mengambil foto
Ah, andai saja manusia hanya meninggalkan jejak kaki
Alam tak akan semurka ini.


Bagi penanggung jawab spanduk dan baliho di pinggiran jalan kotaku, saya tak tahu kapan alam akan marah padamu.



17 komentar:

  1. jangan-jangan nanti bukan hanya dikota,
    di batu-batu gunung pun juga di pasang gambar caleg hehehe...

    BalasHapus
  2. kasihan hantu penunggu pohon...
    eksistensinya terancam.
    tergusur oleh poster2 caleg.

    BalasHapus
  3. pengen nyanyi lagunya ninja hatori aja ah..
    "mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudraaa, bersama teman bertualang..." hehehe

    BalasHapus
  4. yah bgitulah, ... manusia kan emang kbanyakan hanya merusak bumi tercinta ini ...

    BalasHapus
  5. kwakakakak...

    boleh2 aja pak...silahkan diambil!!!

    BalasHapus
  6. iyah yah....
    mengapa tuh MUI kagak kluarin ajah Fatwa tentang melarang anggota parpol atau caleg agar tdak memasang baliho atau apa ajah yang menggangu ketertiban umum apalgi ampe merusak pohon....

    BalasHapus
  7. saya cuma bisa meng-amini 'doa' GM :

    SEMOGA Tuhan menyelamatkan kita dari potret. Semoga Tuhan menyelamatkan pepohonan Indonesia, tiang listrik Indonesia, pagar desa dan tembok kota Indonesia, dan segala hal yang berdiri dengan sabar di Indonesia, dari gambar manusia. gambar para Ca-leg

    BalasHapus
  8. alam sudah tak bersahabat lagi dengan manusia.. sulit untuk berdamai.. sebegitu kejamkah manusia sehingga alam murka spt itu? *hanya manusia2 itu sendiri yg mampu menjawabnya*

    BalasHapus
  9. hhmm lebih baik saya milih.......
    ....yang naikin gaji saya 100% hahahaha

    BalasHapus
  10. mereka sepertinya punya obsesi jadi seleb juga yaa disamping jadi caleggg

    BalasHapus
  11. sebenarnya sich ada larangan memasang baliho tapi dasar calegnya aja yang keras kepala, kalo kayak gitu mending ga usah di pilih aja.

    BalasHapus
  12. iyah ihhh


    aku benci banget sama sampah-sampah visual itu.
    membodohi rakyat pula.

    BalasHapus
  13. caleg yang memasang poster/banner,
    .
    terkutuk kaliaaaaan

    BalasHapus
  14. @karang : apa jangan jangan ruamh sameyan dah ada wajah mereka kang?

    @balada pns : emang om merasa tersaingi ya? piss..

    @wendy : pas tuh..ninja hatori

    @madu nektar : kebanyakan kan mas. semoga saya bagian ygs edikit itu

    @dhe : hehehe oot....ya deh tak ambil

    @katobengke : masalahnya MUI nya juga nyaleg

    @tan : hahha kayanya lebih hebat dari jin tuh caleg

    @indahrephi : manusia hanya bisa merusak ngga bisa njawab.

    @bungaliani : halah omiyan nih. saya juga mau.

    @liza : haha emang dasarnya dah seleb dulu. biar bisa nyaleg

    @ayik : saya setuju denganmu yik. kalau mengurus lingkungan aja dah ngga bisa gimana ngurus rakyat

    @tante angga : mending membodohi udah menipu tuh te

    @pengendara : kutuk jadi apa ya enaknya?

    BalasHapus
  15. saya pernah hampir jatuh dari motor gara-gara menghindari tali spanduk yang parpol yang lepas dan menggantung di tengah jalan

    BalasHapus
  16. pernah hampir jatoh dari angkot. ceritanya pas waktu esema. sekolah naik angkot. terus udah di teken bell nya. nah pas pak sopir berhenti. aku turun tapiiii yang nginjek tanah baru kaki kanan sementara kaki kiri masih belom turun. ehhh pak sopir langsung jalan yaaa tergantung aku di atas angkot

    BalasHapus
  17. @endar : nasib ya pak.....nasib yang disengaja

    @dwinacute : sayang bener angkotnya..hehehee

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.