Di tuntun tunanetra


3 hari libur membuat setiap sendi ini malas sekali digerakkan, udara yang sejuk angin yang sepoi-sepoi sempurna rasanya tuk terus ‘mbangkong’. Sabtu telah kulewati dengan membongkar mesin motor kesayangan Kawasaki Binter Merzy KZ200 th ’85 walau sebenarnya mesinnya baik-baik saja, namun karena sifat iseng saya kambuh gatel rasanya membiarkan mesin itu gitu-gitu aja. Pinginnya mbongkar kasih booster tambahin NOS abis itu ngebut di arena Drag kayak jaman masih STM dulu.

Hari minggu pagi diawali dengan menjadi tukang ojek pribadi bagi istri tuk belanja ke pasar tradisional terdekat hingga diakhiri sore hari mbonceng anak-anak keliling komplek pake motor butut tua yang sudah dioprek kemarin. Diawal hari inilah inspirasi nulis itu dating. Saat duduk jongkok bersama bapak-bapak tukang antar jemput yang lain. Disamping ngobrol yang entah kemana juntrungannya kami kadang juga saling bertukar informasi tentang apa saja. Jual beli mobil rumah motor bahkan sapi. Atau hanya sekedar bercas-cis cus ria sambil nunggu para komandan dapur memanggil tuk pulang.

Inspirasi itu datang saat ada 2 orang buta yang sepertinya suami istri saling berpegangan. Iya dua-dua nya seorang tunanetra karena cirikhas yang melekat dan cara mereka berjalan. Berkacamata hitam memakai tongkat dan saling meraba jalan. Cara berpegangan mereka membuat yang melek pun pasti iri, paling ngga saya sendiri iri melihat mereka berpegangan dengan mesra tak peduli orang bilang apa. Wong mereka juga ngga akan bisa melihat siapa yang iri atau malah ngiler.

Sang istri berada agak dibelakang sisuami memegang pundak suami dengan mesra sambil senyum-senyum manja. Sisuami berada didepan memakai tongkat sambil membawa barang dagangan. Apakah ini sebuah kontemplasi? Sangat mungkin ini adalah sebuah kontemplasi hidup. Istri itu adalah yang ada selalu dibelakang suami ikut kemanapun suami melangkah. Pundak suami adalah pegangan bagi arah rumah tangga yang dijalani. Apapun yang terjadi didalam rumah tangga istri akan selalu memegang pundak suami sambil terus memberikan dukungan dan support semangat. Begitulah seharusnya seorang istri.

Suami adalah pemegang tongkat visi rumah tangga, kemanapun tongkat itu dibenturkan misisnya adalah agar tidak tersandung atau menubruk sesuatu yang keras dan segera berbelok ketika bertemu tembok. Ditangan suamilah tongkat itu bekerja semestinya. Suami akans angat tenang ketika jemari istri selalu tertumpu dipundaknya memapah setiap asa dan menjadi pelipur ketika kecewa.

Saya banyak sekali belajar dari pemandangan ini, ingin sekali saya pegang tongkatnya dan saya bawa kerumahnya agar selamat sampai tujuan, namun saya yakin sisuami tak akan mau karena dengan membenturkan tongkatnya dia akan semakin hafal jalanan yang dia lewati dan entah suatu saat tongkat itu mungkin tidak lagi ada gunanya karena rute perjalanan sudah tergambar di otaknya.

Hal lain yang saya pelajari dari pemandangan indah ini adalah. Coba kita perhatikan setiap tunanetra kebanyakan menggunakan kacamata. Sebenarnya saya tidak sekali ini saja melihat suami istri buta itu dipasar. Sejak pecan-pekan sebelumnya saya sudah melihatnya namun saya tidak begitu memperhatikannya. Hanya ada beberapa detil yang saya perhatikan salah satunya adalah kacamatanya. Bila melihat 3 pekan kebelakang kacamata sang istri selalu berubah. Pecan pertama seingat saya dia memakai kacamata hitam sporty mirip yang biasa dipakai sprinter ketika kejuaraan lari berlangsung. Pekan kedua si istri berganti memakai kacamata hitam bergaya retro seperti yang dipakai Arnold swartzeneger (ribet amat nulisnya) dalam film Terminator II. Dan kemarin saya perhatikan dia memakai kacamata jadul mirip rayban cobra hitam, jangan-jangan emang rayban cobra asli nih.. hehe

Apa yang kemudian saya dapat dari hasil memperhatikan ini? Sebagus dan semahal ataupun setrendy apa merk dan jenis kacamata yang dipakai sang istri apakah si istri bisa melihatnya? Saya yakin sipemakainya pun tidka bisa melihat arti bagusnya kacamata itu. Dia memakainya hanya tuk menyelamatkan siapapun yang melihatnya agar tdiak merasa jijik melihat cacat pada matanya.

Seharusnya pelajaran inilah yang bisa kita tiru didalam kehidupan kita. Sering kali kita membeli sesuatu yang bisa dibilang sangat mahal bahkan demi sebuah merk berapapun mau kita keluarkan. Namun kita tidak bisa melihat dengan jelas maksud kita membelinya kecuali hanya tuk memamerkannya.

Bila mau berkaca apa yang membuat Jakarta macet? Karena sifat pamer yang begitu tinggi diantara penghuninyalah yang membuatnya semakin macet. Bandingkan dengan perancis saya yakin lebih banyak orang kaya disana. Namun trem mereka fungsikan dengan baik. Di salah satu acara TV daerah Filipina disebuah spot memiliki sebuah area luas yang didalamnya tidka boleh ada kendaraan bermotor. Hasilnya spot itu begitu indahnya. Taman plus orang jualan dibiarkan bebas asal menjaga kerapian dan keindahan.

Dijepang ada sebuah mall yang menyediakan pelataran seluas 1,5 luas lapangan bola yang dibuat pedestrian, area jualan, area pacaran, stan-stan buku dan makanan kecil. Si direkturnya ngga pelit menyediakan area gratis tuk umum. Dan hasilnya mall itu selalu ramai penjualan terus meningkat.

Mereka tahu manfaat membeli kacamata, bahkan mereka tahu bagaimana memanfaatkan kacamata hitam itu. Saya kembali belajar dari si buta. Mereka tidak pernah bisa melihat kacamata hitam yang ada didepan mata buta mereka namun mereka tahu benar manfaat kacamata itu mereka sematkan.

“pulang yok!” yah panggilan dari si boncenger membuat lamunan saya hilang. Apa boleh buat blog ini saja yang saya jadikan tautan inspoirasi ini. Semoga bisa memberikan pelajaran juga bagi yang lain. Semoga….


25 komentar:

  1. pengalaman yg berharga ya..

    BalasHapus
  2. Mas, merzy kayaknya lbh cocok modif body aja, jadi choper ato touring style...kalo modif mesin jd drag spec...wah eman2...mending ganti RX king aja skalian..standarnya dah yahud, tinggal bore up ringan, naikin kompresi, kilik karbu.,wow.,ngaciiirr...(dulu pernah hobby ngedrag, waktu terbaikku 15,65 detik klas FFA, masih diasapin jauh sama suziku RGR, tp lumayan lah..).
    Btw, kisah si orang buta itu sangat menyentuh...mereka melihat indahnya dunia sama dg kita, tetapi dg indera dan fantasi yg lebih sensitif lg...
    Nice post

    BalasHapus
  3. mas kok kolom komennya khusus blogger ya. wah yg g punya account blog repot dong... :)

    eniwe, sptnya ga jg krn penghuni jkt yg suka pamer. org2 kaya di jkt ini jg mau pake trem ato kereta, & msh byk kok yg pake itu k ktr. cuma memang sarana itu tdk banyak, & yg tdk banyak itu pun tdk semuanya layak. isinya kotor, banyak copet... alhasil mereka pun lbh memilih bermacet2 ria & menghabiskan uang utk bb, yg penting nyaman & aman... :)

    BalasHapus
  4. @senoaji : kayak di kulkas ya mas?

    @ke2nai : setiap detik hidup ini pengalaman yang sangat berharga bu..

    @srex aswinto : saya malah ada 1 yang tak modif scrambler pak srex. segala medan. wow pak srex ahli mesin juga rupanya. terakhir saya ngedrag hampir cilaka pak. kecepatan 150 hampir 160 drag jalanan kebanting. untung masih diberi selamat. abis itu berhenti total.
    tentang si buta. mereka jauh lebih sensitif dari kita yang lengkap seluruh organ mungkin pak.

    @zee : iya kali ya? apa emang di bagian komen blog saya aja kali ya? dah tak coba utik-utik tetep aja nih..ada saran? mhh. mungkin saya terlalu menggeneralisir kali ya. kejahatan dan jorok itu hanya efek. bila sumbernya telah ditangani mungkin jakarta atau kota besar lainnya akan lebih rapi.

    BalasHapus
  5. jadi malu banget dengan kedua orang tua itu...

    BalasHapus
  6. Kadang apa yang kita lihat, bisa menjadi analisa dan cermin buat kita sendiri dalam bertindak :)

    Renungan yang menarik...

    BalasHapus
  7. ck..ck..ck..really touching and inspirate bro

    BalasHapus
  8. @ ifat : saya lebih malu kepoada Tuhan sepertinya mbak. mereka jauh lebih sempurna dari saya.

    @ kweklina : tinggal kita mau pake kacamata min, plus atau kacamata hitam tuk memandangnya mbak.

    BalasHapus
  9. @angin-berbisik : actually, they were touch me deeply.

    BalasHapus
  10. makasih mas pelajrannya... menarik sekali.

    BalasHapus
  11. @ fahri : kita belajar bersama mas.

    BalasHapus
  12. bikin capek di jakarta macet terus. padahal saya mau ke jakarta.

    BalasHapus
  13. bila kita peduli kepada lingkungan, banyak yang kita peroleh dari nya.

    BalasHapus
  14. Iya, menilai seseorg dr yg dikenakan adl pola umum. Sdg melihat yg tersirat adl unix... Selamat mas Icanx msk katagori ke-dua...

    BalasHapus
  15. @mbah koeng : yap !

    @ endar fitrianto : ngapain kejakarta mas?

    @ cenya95 : let's go green

    @ tengkuputeh : ini pujian apa sindiran mas abu? hehee

    BalasHapus
  16. Tergantung pengertian pribadi masing-masing mas icang.Tidak baik berburuk sangka.saya pakai kacamata terus kalau keluar, karena sinar matahari,..yang kaya, kacamatanya mahal, yang miskin kacamatanya murah,ini "tidak penting"."Yang penting" saling menghargai, mengerti keinginan sesama.

    BalasHapus
  17. jadi inget dengan seorang penjaal jamu gendong yang cantik, tapi dia menggunakan blackberry...halah...halah...

    BalasHapus
  18. nice posting mas, membuat kita sadar bahwa kita patut bersyukur atas apa yg udh dikasih sama Tuhan ke kita

    BalasHapus
  19. "Namun kita tidak bisa melihat dengan jelas maksud kita membelinya"
    hemmm..
    bener banget tuh!!

    BalasHapus
  20. Kenapa anda jadi terinspirasi dari si buta dan iri meliha pasangan tersebut.

    Kenapa anda tidak langsung memulai dari diri anda kalu memang anda mencintai istri anda sepenuh hati. Ngapain malu sama orang-orang toh itu juga sudah menjadi istri anda yang halal.

    Dengan di mulainya anda mungkin mata bathi orang lain jadi terbuka dan meniru anda kalau mesra dan sayang adalah bukan hal yang tabu bila sudah bersuami istri.

    Good luck keep kontact.

    BalasHapus
  21. Ya begitulah mas, wes gak usah heran...

    BalasHapus
  22. Postingan yang sangat menyentuh.Memang,terkadang didalam kekurangan dan keterbatasan sering kita jumpai kejujuran dan ketulusan.

    BalasHapus
  23. @aishalife-line : terimakasih telah mengingatkan saya mbak aish

    @dhanny dan ayuniar : mau donk dikenalin pak....ma blackberrynya bukan ma penjual jamu gendongnya.. ehhee

    @linda belle : yup. bentuk syukur itu adalah juga sebuah kelebihan mbak

    @shofiy : bener ternyata, setiap saya membelis esuatu saya kadang ragu akan tujual awal saya membelinya.

    @arqu3fiq : hmm... usulan yang bagus, akan saya usahakan tuh..

    @kiraitomy : hmm... begitu ya?

    @alijani : kita banyak yang ngga jujur ya ?

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.