Pluralisme vs Kemunafikan


Ada yang pernah dengar tentang mahalabiu? kata bersayap ala banjarmasin yang sangat kental. Menarik memang mahalabiu ini. Jika saja tak dimaksudkan untuk bercanda tentu saja sangat berbahaya. Tidak berbohong memang, tetapi mirip overtuned assumption. Yaitu, apa yang dimaksudkan komunikator disengaja untuk berbeda dengan maksud yang ditangkap komunikan. Orang yang memukul rata pasti menuduhnya sebagai metodologi kemunafikan, tetapi Rasul juga pernah menggunakan kalimat mahalibiu ini, namun dengan maksud bercanda, Nabi Shallallaahu `Alaihi wa Sallam beberapa kali melakukannya.

Misalnya, ketika seorang nenek bertanya,”Ya Rasulullah, doakan agar aku kelak memasuki surga bersamamu..” Beliau menjawab, “Di surga tidak ada nenek-nenek..”. Maksudnya baru beliau jelaskan setelah si nenek menangis bahwa, ketika masuk surga, semua insan beriman menjadi muda kembali.nah mengerti kan sekarang mahalabiu?

Sebenarnya mahalabiu ini tak ada hubungan dengan yang ingin saya maksudkan dibawah nanti, yaitu tentang kemunafikan, oleh karena itu sekiranya mahalabiu ini hanyalah lain di mulut lain dihati yang sering kita mudahkan sebagai definisi, hanyalah efek dari sebuah i`tikad dihati. Bukanlah inti.

Kemunafikan, tak ada musuh yang lebih licik dari kemunafikan, yang bersarang di keimanan kita, kadang ia menjadi alat untuk dimanfaatkan kadang malah mengambil keuntungan dari lengahnya barisan kebenaran

Seperti halnya kemunafikan yang didengung-dengungkan dengan gencar akhir-akhir ini, yah saya kira anda sudah mengerti maksudnya, tak lain adalah pluralisme. Yang dengan hebatnya berusaha ditanamkan untuk memudarkan aqidah keimanan kita khususnya ummat islam. Bagi yang masih sadar akan bahayanya pluralisme ini, saya sangat bersyukur. Namun bagi yang terlena akan kemunafikan dari pluraslisme ini, semoga segera terbuka mata hatinya.

Pluralisme yang didengungkan oleh tokoh-tokoh yang sangat kondang ini begitu mengena kepada ummat islam yang notabene sudah berintelektual tinggi. Bukti mengatakan bahwa kebanyakan pengikut aliran pluralisme ini adalah tokoh-tokoh akademisi dan para mahasiswa yang sebenarnya pengetahuan agama mereka sudah lebih memadai untuk menangkal kemunafikan pluralisme ini. Namun mengapa?

Sebenarnya pluralisme yang begitu menggema di sekitar lingkungan akademisi ini bibitnya sudah tertanam sejak dulu, disemai pertama kali oleh Ibnu Ubay bin Salul, sebuah pemikiran yang dikembangkan dengan spirit yang sama, menohok kebenaran dari dalam. Penampilannya begitu mempesona. Ia adalah cendikiawan yang selalu didengar kata-katanya. Pembicaraannya begitu meyakinkan. Ia berargumen, membangun kerangka-kerangka kosong yang didengarkan dengan kagum. Tetapi ia sendiri ragu dengan yang ia katakan,khawatir ia selalu diteriaki dengan keras. Ia bicara tentang pluralisme, tapi ia setia dengan topeng keberagamaannya sendiri. Ia bicara tentang islam yang membebaskan, tetapi menjajah dirinya untuk kepentingan entah siapa.
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1477]. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (Al-Munaafiqun :4)
Generasi awal kemunafikan menganggap imannya para sahabat adalah iman orang-orang bodoh. Dan kita saksikan generasi masa kininya menganggap orang-orang yang ingin menegakkan keimanan utuh sebagaimana para sahabat, iman yang kaffah sesuai Al-Quran dan Sunnah, sebagai orang-orang kolot dan primitif yang bodoh terhadap perkembangan jaman. Nah sekarang udah mulai ada kan kemiripannya antara jaman ibnu ubay dan jaman pluralisme sekarang?

Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.(Al-Baqarah :13)

Betapa mereka yakin bahwa demokrasi, liberalisme, dan kesetaraan gender adalah nilai final universal dari semua agama. Mereka berdalih ingin melakukan perbaikan dengan semangat pluralisme, menggabungkan energi keshalihan dan kemaksiatan dalam negara sekuler, kesamaan hakekat agama dan anti-kaffah. Tapi mereka merusak pemahaman umat tentang aqidah dan ibadah, bahkan menakut-nakuti orang dengan kata ‘syari`at Islam’ yang sebenarnya indah dan mulia.


Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi[24]." Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (Al-Baqarah :11)

Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (Al-Baqarah :12)

Sungguh berani mereka mengkritisi Al-Quran tanpa pemahaman yang mendalam, padahal sudah pasti ditanamkan dalam Alquran bahwa apa-apa yang ada didalam manual book alam semesta itu tidak ada cacat dan pertentangan didalamnya.

Dan bahkan sunnah dan hadits yang begitu jelas diperintahkan dan dicontohkan Rasul mereka ubah dan mereka tentang seenak hatinya, dan sudah jelas bahwa Rasul adalah terlindungi dari sifat salah dan dosa.

Mereka itu bersandar dalam kepura-puraan, seperti halnya Abdulllah ibnu ubay ibn salul yang tak berubah menipu kanan dan kiri. Bersama musuh-musuh nyata memberikan dukungan melalui The Asia Foundation misalnya. Dan munafik akan siap bekerja menjadi stuntman setan-setan dan bala tentara kejahiliyahan.

Semoga kita terlindungi dan terbuka matahati kita akan bahaya kemunafikan ini. Sehingga iman kita tidak akan menjadi cacat tanpa kita sadari. Amin




18 komentar:

  1. Amin, semoga saja kita terhindar dari kemunafikan

    BalasHapus
  2. :-D .. makasih dah komen n mampir di blog dhe,
    salam kenal yah.. dhe add ke blogroll yah^^
    s
    besok dhe mampir lagi, mau sambung baca :)

    BalasHapus
  3. amiiin...
    kok bisa tau istilah "mahalabiu"??
    dari kalsel ya??
    atau punya temen asal kalsel??
    s
    terima kasih untuk pencerahannya yang luar biasa ini...
    s
    keep blogging..
    s
    :)
    s

    BalasHapus
  4. amin..semoga mas namun ini perkara kecil yangs ering kita anggap remeh temeh

    BalasHapus
  5. inilah hebatnya internet mas. kita tahu walau belum pernah ketempatnya.. hehe.
    s
    keep writing

    BalasHapus
  6. boleh.. boleh..ditunggu ya besok.

    BalasHapus
  7. memang semua orang bisa saja munafik, tanpa kecuali

    BalasHapus
  8. Hmm.. semogaaaa saja saya tdk jd orang yg munafik. Walaupun benar, ada masa2nya kita tanpa sengaja menjadi munafik tanpa disadari, tp semoga sajass tidak.

    BalasHapus
  9. http://angin-berbisik.blogspot.com
    s
    Tulisan yang membuatku semakin belajar banyak nih...thanks for sharing

    BalasHapus
  10. baru dengar nih mas mahalabiu :)

    BalasHapus
  11. semoga saja tidak..disengaja ataupun tidak

    BalasHapus
  12. termasuk yang menulis artikel diatas juga mas...

    BalasHapus
  13. hehee.. saya sendiri ngga tahus eperti apa bahasa aslinya di kalimantan sana

    BalasHapus
  14. makasih telah berkunjung. saya juga banyak belajar dari anda

    BalasHapus
  15. ada yang aq mau nanya tolong jawab yah....lhat di blog aq......

    BalasHapus
  16. blog anda dimana alamatnya? anda ngga meninggalkan alamat

    BalasHapus
  17. hahahahaha...
    ya...ya...
    saya paham sekarang...
    :)

    BalasHapus
  18. Pluralisme ya.. Lbh baik ndak ush dipedulikan mereka... Abu pernah menulis sanggahan di Web mereka krn tersulut emosi... Namun mereka malah mendaftarkan Abu sbg member... Bertambah kesal...

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.