Mereka bilang ini nekat, Aku bilang ini nikmat


Saya sering tersenyum sendiri mendengar celotehan para tetangga yang kadang mengkritik tak jarang pula memuji dan kagum. Di lingkungan komplek kami yang rata-rata pegawai dan karyawan kami adalah pasangan termuda dan sudah menyaingi para pasangan tua dengan 2 anak. Mereka mengkritik apakah ngga terlalu cepat memulai biduk rumah tangga dalam usia muda? Mereka memuji ‘wah mantab ya baru seumur jagung dah punya 2 anak’.

Semua dimulai ketika jiwa ini telah merasa kosong karena tiadanya pendamping, semua dimulai ketika hal-hal maksyiat semakin meraja lela disekitar kehidupan dan diri ini sudah tak sanggup lagi tuk membendungnya. Bukankah Allah memberikan jalan terbaik bagi hambaNya dengan menikah. Dan jalan itulah yangs egera kuputuskan tuk kutempuh.

Diusia 21 Tahun kututup masa lajangku dan kupertaruhkan semua kesenangan didalamnya demi sebuah keluarga yang ku yakin lebih menyenangkan dan menenteramkan. Memilih itu berat apalagi menjalani konsekuensi dari pilihan, awalnya ku tak yakin mampu melewatinya namun berdua ku yakin semua bisa diatasi. Mulai dari jarak yang memisahkan diawal pernikahan hingga dari percikan-percikan kecil dalam riak pernikahan. Semua tidak ada apa-apanya disbanding nikmat dan damainya hidup dalam pernikahan.

Menikah diusia muda memang bukan pilihan popular bagi banyak kalangan, menikah diusia muda diidentikkan dengan kejadian dibaliknya yang dikhawatirkan mencoreng nama baik, menikah muda dianggap sebagai keputusan anak muda yang kadang dianggap terburu buru dan tanpa perhitungan matang. Membeli kesenangan dan tangguang jawab besar, perjudian yang mempertaruhkan kehidupan selanjutnya.

Namun ini pilihan, ini sebuah kebanggaan diusia yang belum seperempat abad pundak ini sudah sanggup dibebani gunung tursina dan setia memegang perjanjian hudaibiyah. Sediman sediman cinta menghiasi tiap sudut jiwa, lentera lentera kasih sayang menerangi tawa dan canda berdua. Indah rasa dunia.

Seandainya mereka tahu nikmatnya pernikahan dijalan Allah ini akau yakin mereka tak kan lagi mengatakan ini sebuah kenekatan. Ini kenikmatan tiada tara yang Allah berikan.

Kini aku sudah menjadi seorang bapak dari dua putra dan putriku, menjalani hidup sebagai pengayom, qawwam dan pelindung bagi keutuhan keluarga yang ku bina, menjadi nahkoda bagi kapal syarat muatan, menjadi pembantu bagi tegaknya tiang syariat, menjadi coretan sejarah bagi memory anak-anakku kelak.

Hidup ini indah bila kita mampu mengambil setiap kesempatan yang Allah berikan.

8 komentar:

  1. Sipp.. setuju..!! terlalu banyak manfaat dan kebaikan yg dapat diambil dengan menyegerakan pernikahan, jika memang sudah ada jodoh, siap jasmani-rohani.

    BalasHapus
  2. Mantap mas Ichang. Yep, menikah selain karna faktor utama telah datangnya jodoh, hanya tiba kepada mereka yang telah berani memikul tanggung jawab. Nekat, tapi nikmat, kenapa tidak, hehe.

    BalasHapus
  3. @xitalho : tak pikir jodoh itu bukan ada atau tiada lho, jodoh sudah ada sejak nafas kita ditiupkan, hanya kita mau menjemputnya atau tidak? hehe
    @newsoul : nekat tapi nikmat... setuju bu

    BalasHapus
  4. Wah..., keputusan yg tepat kayaknya... Menyempurnakan ibadah, apa salahnya.. ??

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah... setiap keputusan adalah yang terbaik yang bisa kuusahakan. terima kasih semangatnya

    BalasHapus
  6. salut deh yang nikha mudah. apalagi sekarang dah punya buah hati tercintah he he he....*diriku kapan yah* :)

    BalasHapus
  7. seru ya udah pny keluarga di usia muda
    menurut saya sih gpp jg udh bkeluarga di usia muda, asal bisa membinanya dgn baik

    BalasHapus
  8. @zulhaq : hayo cepetan nyusul
    @pipit : suatu komitmen pasti diikuti konsekuensi.. saya sekarangs edang menjalani konsekuensi itu... bahagia.

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.