Kereta itu sudah mulai berjalan
Ketika ku injakkan langkah pertamaku diatasnya
Diantara gerbong restorasi dan executive
Gerbong satu kelas bisnis yang terlihat oleh mataku
Tertulis diatas karcis warna biru muda itu
Melenggokkan leher kekanan dan kekiri
Tuk mencocokkan antara nomor karcisku
Dan tempat dudukku
Sesuai pilihan ditengah gerbong dan agak jauh dari jendela
Tak berapa lama duduk melepas lelah dan penat
Karena barang bawaan yang menggunung
Tanpa diundang seorang lelaki tua, bahkan bisa kusebut sangat tua
Dengan badan sudah mulai membongkok dan tak ada bagian kulitpun yang masih rata
Kukira usianya sudah menginjak kepala delapan
Raut muka yang sendu
Baju yang lusuh
Sepatu model lama yang tak terikat benar talinya
Yang paling kuingat, kopyah hitam yang tak berwarna hitam lagi
Karena lusuh debu dan keringat
Tatapan matanya sayu
Terlihat sudah begitu banyak beban yang dipikulnya
Ubannya merata menandakan kepenatan yang sangat
Sekonyong-konyong pak tua itu duduk disebelahku yang memang kosong
Langsung bertanya dan anehnya dia jawab sendiri pertanyaan itu
Begitu seterusnya, hingga aku tahu dia adalah seorang veteran
Dan tidak punya sanak famili lagi, dan entah akan kemana kakinya akan membawa
Dari setiap kalimat yang meluncur dari lidah tuanya
Terdengar engahan nafas yang semakin menjadi
Genggamannya yang sangat kuat ke pembatas kursi
Menandakan kekhawatirannya akan kematiannya
Ditangan kirinya seplastik kue yang berisi hanya 2 sisir roti kumal
Menjadi bekalnya dalam perjalanan….sedikit, hanya sedikit untuk ukuran perut kecilnya
Bicaranya mulai ngelantur lagi, dan menceritakan tentang masa lalunya
Yang di lewati bersama senjata dan desingan peluru
Timbul haru dalam hati melihat kondisinya
Bathin ini meronta untuk tidak iba melihatnya
Seorang pejuang yang terbuang
Pak tua ini adalah satu contoh kegagalan budaya
Pak tua disebelah kursiku terduduk
Pak tua yang satu gerbong denganku sudah lelah
Matanya terpejam namun tubuhnya masih bercerita
Sudah enggan untuk hidup
Namun tak juga ingin tuk mengakhirinya.
Pak tua istirahatlah
Pak tua kan kubangunkan engkau esok pagi
Masa dimana seorang pejuang adalah pahlawan
Masa dimana keluargamu tak meninggalkanmu
Masa dimana lelahmu sudah hilang
Dan kau pun akan menyongsong matahari dengan tangan dipelipismu….
Untukmu pak tua……….
Beberapa bait tertuliskan demi melihat pemandanga kabur ketika perjalanan membawaku menyelami masa lalu, bersama sebuah bayangan semu akan ketidak adilan sejarah. Ruang tak bersekat dimana sebuah bangsa terbentuk dari sisa engahan nafas pak tua-pak tua pembawa berita kemenangan kepada para pelayat. Matinya sebuah budaya, gugurnya penghormatan dan sirnanya rasa bangga yang memalukan.
Tubuh yang remuk redam oleh penghinaan zaman, membawa Pak tua itu bercerita pada kelam malam. Dimana pengharapannya akan sebuah pencarian kemerdekaan. Bangsa ini sedang tertidur pulas, bersama mimpi pembangunan. Bangsa ini lelah meniti rel kejayaan para pejuang.
pertama ni ya mas, salam kenal dulu :)
BalasHapustulisan yang sangat memukau mas. saya serasa terbawa suasana di dalam kereta tersebut, sedang duduk bersanding bersama sesosok Pak Tua yang anda gambarkan dengan begitu memukau. semoga bangsa kita kedepan bisa lebih menghargai jasa para pahlawannya mas :)
BalasHapusNice post...
BalasHapusnegara ini butuh sosok yang sempurna buat melajuti rel kejayaan pahlawan.. Semoga sosok itu bisa membuat perubahan. Amin
Bangsa ini sedang sakit, katanya sobat. Mari kita cari obatnya. Selamat Hari Pahlawan.
BalasHapus@jimox : jimox is the first for now....congrat. bukan hanya menghargai mas namun memberikan apresiasi dan tempat yang lebih layak.
BalasHapus@laksamana embun : amiin.... kapankah pemimpin itu muncul?
@ newsoul : the cure is in our heart... tinggal bagaimana kita memanfaatkannya bu.
Hhmmm.....old soldier never dies...there's past away......
BalasHapusUcapan dari seorang jendral Tua dari USA, masichang tahu kan siapa orangnya?
kayaknya cukup relevan untuk koment ku di artikel yang meng"hancur"kan hatiku.....*hikz....
*menarik napas panjang selesai membacanya* Sudah demikian parahkah bangsa kita mas? Tapi saya tetep percaya,masih tetap ada "pahlawan" itu..
BalasHapus@om srex : hmm.. siapa ya? JFK bukan om?
BalasHapus@ajeng : semoga keyakinan itu benar mbak dan kita segera akan menemukan sosok pahlawan itu.
apakah negara ini sudah tidak menghargai para Pahlawan ya?
BalasHapuspic bapak tua yang membawa bendera itu hasil jepretan sendiri? wow, nice pic,,,
BalasHapusBangsa kita adalah bangsa pelupa, lupa akan para pahlawannya, lupa rasanya memperjuangkan kemerdekaannya. Padahal kita merdeka belum lama, masih muda, dan kita sudah menjadi orang-orang yang lupa...
BalasHapus@tovicsky : menghargai mas, dalam batas minimal.
BalasHapus@tengkuputeh : hmm.... mari merenung dan memperbaiki kealaan ini mas..apa kabar?