Merk Diri Kita



Libur 3 hari memberi berkah ketika beberapa rupiah masih tercecer didalam dompet diujung bulan ini. Yang mau nonton ‘new moon’ ya sana nonton, new moon saya masih 3 hari lagi. New moon yang berarti gajian dan ditunggu tunggu banyak pegawai rendahan kayak saya ini. Malah ngga perlu dilihat cukup diteken dan dinikmati.

Semalam beberapa rupiah itu amblas karena anak-anak minta ke wahana bermain yang dekat dengan rumah, masih dalam kota dan syukurnya mendung hanya membayangi tanpa meneteskan air sedikitpun. Bersama istri dan anak-anak malam minggu di isi dengan bergembira bersama, tak lama adik minta ijin jalan juga. Namanya bujang dan malam minggu biasa bagi mereka tuk menikmati entah bersama siapa, seseorang yang dia sembunyikan dari kami mungkin.

Karena memang sisa rupiah yang ada dikantong diujung bulan ini maka pulang pun tiada apapun yang dibawa kecuali martabak bangka lumayan bisa buat cemilan waktu ngumpul dirumah menikmati malam minggu bersama. Dan ternyata adikpun sudah sampai dirumah tak disangka malam minggunya cepat berlalu.

Adik pulang membawa oleh oleh sebuah celana jeans, yang katanya dia dapat dari toko BJ (Buangan Jambi) istilah kami bagi barang barang bekas luar negeri yang banyak dijual di toko-toko khusus barang bekas terutama pakaian.

Dengan merk-merk ternama dan ngetop namun karena bekas, harganya ya jauh sekali dari standart barang bermutu. Namun dengan kondisi yang masih diatas 80% baik. Tak heran bila konsumen tuk barang-barang ini juga konsumen khusus. Karena ada rasa bangga ketika mengenakan barang-barang ini toh keasliannya terjamin. Walau itu adalah barang bekas atau mungkin barang sortiran dari pabriknya langsung karena cacat atau tak laik tuk dipasarkan.

Ketika adik dengan bangganya menunjukkan jeans yg baru dibelinya dari toko barang bekas itu, dia menunjukkan merk yang tertera di bagian pinggang belakang jeans itu. Yah.. itu memang merk terkenal namun ketika dipakai mana ada yang tahu kalau itu beli ditoko barang bekas. Orang yang melihat tahunya hanya itu barang bagus dan berkualitas yang pasti mahal harganya.
Setiap orang yang melihat tidak akan pernah tahu dimana adik saya itu membelinya, kapan dan bahkan berapa harganya, mereka hanya tahu itu jeans dengan merk terkenal yang siapa pun pemakainya pastilah orang yang berduit. Anaknya pasti keren punya selera tinggi. Yang pasti gambaran itulah yang dikehendaki oleh si pemilik untuk menunjukkan identitas dirinya dimata khalayak.

Dan hal itu pula yang sering kita coba tunjukkan akan diri kita kepada orang lain baik yang mengenal kita atau hanya yang numpang mampir melihat diri kita. Kita ingin tampil sesempurna mungkin dihadapan setiap orang yang kita jumpai. Salah kah?

Oh tentu tidak, setiap orang memiliki hak untuk tampil sempurna dihadapan orang lain, yang menjadikan sesuatu itu mengenaskan adalah bila kesempurnaan itu ditopang oleh banyak kebohongan. Yang menjadikan sesuatu itu cacat apabila kesempurnaan itu dibarengi dengan usaha yang berlebihan dan diluar batas kemampuan.

Tidak ada yang menyalahkan ketika adik saya membeli jeans dengan merk terkenal namun dengan harga super murah, dan tidak ada yang protes ketika adik saya memakainya dengan ‘gaya’ bak orang hebat namun dengan modal sangat minim.

Yang menjadi ganjalan adalah ketika adik saya membohongi dirinya sendiri bahwa jeans itu hanyalah jeans bekas dengan mutu sudah jauh berkurang dari barunya. Yang menjadi ganjalan adalah ketika kita sering membohongi diri kita sendiri dengan penampilan luar biasa padahal pada kenyataannya kita hanya ingin menanamkan brand yang biasa saja pada khalayak.

Maaf ini hanya masalah pilihan hidup, ini hanyal masalah brand diri kita yang berusaha kita tampilkan. Saya tidak sedang ingin mengkritik penampilan anda saya hanya ingin tahu berapa energy yang terbuang tuk menampilkan brand itu kepada khalayak. Alangkah lebih baik ketika energy itu kita salurkan kepada sesuatu yang lebih bermanfaat. Sekali lagi maaf ini hanya masalah bagaimana kita menyikapi hidup.

Jangan sampai kita terlanjur menanamkan brand mendunia namun tingkah laku kita kerdil dan cara berpikir kita sempit.

17 komentar:

  1. wahh..,, setuju banget tu mas...
    setiap manusia tidak diajarkan untuk menonjolkan dirinya..

    nice article..

    BalasHapus
  2. kadang tanpa sengaja aku pun telah melakukan hal itu pada diriku...pada awal'y sih bukan sengajaku ya memang karna aku punya barang seperti itu (bermerk tertentu) namun orang yg melihatku lah yg memiliki pandangan atau menilai sendiri atas apa yang sedang kupakai...padahal aku sama sekali ga m'harapkan penilaian atas orang lain yg penting sih nyaman aja memakai'y...mdah2n aku ttp m'jadi orng yg sllu b'syukur..amin...

    BalasHapus
  3. Setuju Mas...

    Segala sesuatu harus di ajarkan dari kecil agara besarnya menjadi manusia yang kokoh dan siap bertempur di era saat ini

    BalasHapus
  4. hmmmm,...
    sy pernah beli sepatu futsal merk ad**** di babe - bandung,
    ternyata itu barang baru dan merk palsu (keahlian orang indonesia)
    awalnya sy mengira bnr2 barang bekas, tp masih bagus, ternyata barangnya sama kek di pasar mester.

    tapi kadang beli barang bekas mkn krn merk pak,
    tapi jeans bekas itu belel nya keliatan natural.
    lebih bagus daripada jeans baru yg sengaja dibelelkan.

    BalasHapus
  5. Yah, kebetulan aja ilustrasi artikel ini tentang jeans BS (bekas sortir).
    Sebenarnya kalau mau yg lebih kongkrit lagi, banyak disekitar kita dmn manusia menggunakan 'topeng' yg bermacam-macam. Enterpreunership ...makin diyakini sebagai alat untuk menggapai kesuksesan dlm usaha...cuma memang semua itu kembali ke Ybs....jangan sampai menjadi 'kegedhen empyak kurang cagak'.
    Sip mas.....

    BalasHapus
  6. Ya, sadar atau tidak sadar, tiap orang sebetulnya memproklamirkan merk dirinya saat dia berinteraksi dengan lingkungannya (lewat perbuatan dan tingkah laku). Apapun itu, semoga membawa kebarokahan bagi dunia. Nice post. Mas Ichang, sya liburan sambil menghabiskan CD The Great Queen Seon Deok, he, entah kenapa saya suka.

    BalasHapus
  7. @haitsam : Alhamdulillah kalau ada ygs etuju
    @maia : penilaian orang diharapkan atau tidak yang pasti mereka akan "menjudge" kita.
    @ laksamana embun : wah saya harus belajar dengan bapak nih membesarkan anak
    @ kaka : hehehe... kebanyakan memang menipu ya?
    @srexano7@gmail.com : baru denger nih mas istilah "kegedhean empyak kurang cagak" hehehe... kayaknya dalem.
    @newsoul : inilah inti artikel itu bu.. memproklamirkan diri secara berlebihan hingga yg terlihat adalahs ebuah kebohongan.

    BalasHapus
  8. sip dan pastinya setiap orang punya cara masing masing

    BalasHapus
  9. Setuju sekali mas. Karena sering kita terjebak untuk melabeli diri kita dengan hal2 yg bersifat 'fisik' semata. Thanks sharingnya mas..

    BalasHapus
  10. hal2 yang sifatnya materi ga akan kekal kok mas...sukses terus yach, maaf nich baru mampir

    BalasHapus
  11. @omiyan : ok.. makasih komennya omiyan
    @ajeng : yg terjebaksemoga segera bangkit, makasih mampir
    @zahra lathifa : saya setuju dengan anda, makasih dah mampir

    BalasHapus
  12. Yang membuat sebuah merk kuat adalah karena dia membangun reputasi... Begitupun manusia...

    BalasHapus
  13. Sblm mbaca, saya mau ngucapin maaf beribu maaf baru sempat visit you back.

    BalasHapus
  14. Kalo saya nyantai aja Mas, cukup syukuri apa yg udah kita dapat hari ini. Masalah penonjolan diri saya kurang setuju, yg pntng barang yg kita punya adalah halal. Titik.

    BalasHapus
  15. @tengkuputeh : hmm.. nice inpoh mas abu
    @kang sugeng : dimaafkan kang, makasih atas masukannya kang. jadi bahan pertimbangan saya.

    BalasHapus
  16. setiap orang memiliki hak untuk tampil sempurna dihadapan orang lain,

    =SEPAKAT!

    BalasHapus
  17. merk diri kita tergantung pola pikir dan perbuatan kita

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.