Rintik hujan (melow)


Hujan begitu deras, mengguyur apapun yang dilaluinya. Ada sedikit bau tanah semerbak mengitari pusat syaraf bauku. Hebatnya air yang ketika sampai dipermukaan bumi membentuk mata tombak itu, Allah mendesignnya tak seruncing kelihatannya. Malah ujung air pada rintik hujan menyerupai parasut yang berfungsi mirip parasut rem pada pesawat ulang-alik. Yah air hujan itu sebelum membentur bumi dia akan ‘ngerem’ terlebih dahulu.

Subhanallah Maha suci Allah atas segala kecacatan, bayangkan bila air hujan itu runcing dan langsung berbenturan dengan benda yang ada di permukaan bumi, bisa koyak tak berbentuk apapun yang ditubruknya. Namun Allah Maha Sempurna atas segala ciptaanNYA. Allah sudah memperhitungkan itu.Mungkin hanya lidah manusia yang paling runcing didunia ini. Walau kelihatannya tumpul.

Dibalik jendela yang sedang hujan lebat diluarnya, pasti ada embun yang membasahi kaca-kacanya. Memberikan suhu berbeda bagi penghuninya. Kehangatan yang tak dirasakan oleh rintik hujan. Dibalik setiap lidah ada hati yang mengawalnya. Sepahit apapun lidah menusuk hati tetap menjadi fatwa akan kebenaran dan menjadi syaknya atas dosa dan kesalahan.

Dari balik jendela kutembus hujan diluar, ada kehidupan diluar sana dimana hati tak mampu bicara dan otak tak sanggup lagi meraba. Hujan itu membawa berkah tak terkira bagi kehidupan. Berawal dari setitik air tunas tumbuh, bunga-gunga mekar, binatang-binatang bangun dari tidurnya.

Dari balik jendela itu air tak bisa masuk, hanya hawa dingin yang merasuk. Namun kenapa embun tak bisa menghangatkanku?

Hatiku bagai embun-embun itu. Menempel di kefanaan dunia. Menempel di bangkai yang sedang berjalan karena memang tubuhku adalah kepalsuan. Semua didunia ini adalah kepalsuan. Keinginan dunia itu palsu, seluruh benda didunia ini palsu, bahkan tubuh ini adalah palsu. Karena apa yang dinamakan kesejatian adalah ‘sempalan dari Tuhan’ dan apa yang sejati dari diri ini hanyalah Ruh, sukma, jiwa. Tiupan dari yang abadi akan selalu sejati. Celupan indah dari Yang Maha Sejati

Jasad ini akan mati, namun tidak bagi kesejatian. Hati ini jasadi, palsu, yang abadi hanyalah apa yang dipercaya oleh hati. Hasil otak manusia itu palsu bahkan otak pun palsu yang sejati adalah kenangan yang pernah singgah.

Dari balik jendela kutatap hujan yang semakin deras. Diatas langit burung layang-layang bak kebal air. Melayang tak peduli hujan, atau malah diatas sana tidak ada air sedikit pun. Karena air hanya ada dilapisan langit paling bawah. Atau burung-burung itu sedang memeberitahukan bencana yang akan atau sedang terjadi. Bencana sedang terjadi, dunia sudah mulai menua. Kiamat segera datang, Lalu diposisi mana aku sedang berdiri?
Hujan semakian deras saja, namun tak kutatap lagi jendela, mataku sudah kesat. Hatiku semakin berkarat. Kesadaranku semakin terkesiap. Dan kini seorang gagah dan seperti tak habis dari perjalanan jauh duduk disampingku dan berkata.

”tenanglah, SPPD-mu telah disiapkan tuk berangkat ke kota yang belum dijamah jasad selain nabi!”

-hujan itu mengingatkanku akan ibu –

11 komentar:

  1. hehe, terispirasi oleh SPPD to om?
    -suka duka jursit diluar jakarta-

    BalasHapus
  2. hehhee.... ngga juga. terinspirasi waktu hujan turun 2 jam deras tanpa henti di rumah. mau keluar ngga bisa.

    BalasHapus
  3. Jarang-jarang bisa mampir kemari dan menemukan tulisan melow ala mas Ichang. Melownya masih pas mas Ichang, tetap berbobot untuk mengingatkan melakukan perjalanan dengan SPPD ke kota yang belum dijamah jasad selain sang Nabi itu.

    BalasHapus
  4. walah...kok poetingan terbaru podo temane om...Hujan...cuma beda isinya....klo punya saya biasa...romantisme yang lebih menjurus ke gombalisme...hehehehehe...^_^

    BalasHapus
  5. Hujan juga mengingat kan ku pada kehangatan kebersamaan dengan keluarga dan adik2 saya...

    Semoga dengan sering turun hujan bisa membuat akang selalu ingat kepada ibu akang yang telah melahirkan akang di dunia ini..

    BalasHapus
  6. @newsoul : ntah bu, suasana hujan ini membuatku melow, ingat seeorang
    @mas faiz : hehehe kan seluruh Indonesia lagi musim nih mas.
    @laksamana embun : bahagia kang berada diantara orang yang kita sayangi. saya ingin memeluk ibu saya, hanya saja aku tak kan pernah bisa.

    BalasHapus
  7. ane paling suka sama kalimat terakhir

    -hujan itu mengingatkanku akan ibu –

    BalasHapus
  8. tik tik bunyi air di atas genting berarti hujan gakya

    slam kawan

    BalasHapus
  9. wow...,, so sweet... nice article..,,

    salam kenal ya mas..,, dari http://haitsam.wordpress.com

    BalasHapus
  10. @rhe : makanya tak aksih judul melow kok ya inget ibu saya yg udah meninggal, thanx
    @abeng beng : hujan nih pak.. salam juga.makasih
    @haitsam : salam kenal juga, segera meluncur ke lokasi

    BalasHapus
  11. bau hujan itu bahasa jawanya apa?
    aku lupa..

    tulisannya mellow banget..
    aku koyone belum bisa nulis mellow hujan kek gini..
    btw, kota yang belum dijamah jasad selain nabi itu kota apa?
    *mikir tenanan..

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.