Tikus Di Rumahku Pun Minta Disuap

pyaaaaarrrrrrrrrr……!!” sekali lagi aset ku pecah berhamburan dilantai, setelah berkali-kali suara itu terdengar barulah si tersangka muncul dengan gagahnya, sambil menyisakan serpihan-serpihan bekas kunyahan disepanjang lantai yang dilaluinya.

Tak hanya itu ulahnya kali ini, sepertinya si tersangka juga berhasil memutuskan kabel listrik penghubung antara colokan listrik dan mesin air dirumahku. Kelakuan ini sudah ku terima sejak aku menempati rumah ini. Dan hebatnya aku selalu menjadi si sapu jagat yang harus siap dengan sapu dan ‘cikrak’ untuk membersihkan setiap kekotoran yang ditimbulkannya. Pikirnya resiko bisa dilimpahkan kepada pemilik rumah mungkin.

Karena kelakuan si tersangka ini sudah tergolong akut maka aku dan penghuni rumah yang lain berusaha membuat strategi untuk melumpuhkannya, bahkan kalau bisa sekaligus mencari modus bagaimana si tersangka ini bisa leluasa mengobrak-abrik seisi rumah.

Di mulai dengan menaruh lem tikus di tiap sudut rumah, dengan cara ini kami berharap si tersangka menjadi faham bahwa tugas untuk melumpuhkannya mulai digalakkan. Walau ancaman ini hanya bersifat peringatan tapi kami berharap ada hasil yang bisa kami dapatkan dari tindakan pertama ini, hitung-hitung baca kekuatan lawan. Benar juga si tersangka tahu bahwa ini tindakan kami ini bukanlah melumpuhkannya hanya sekedar peringatan.

Sehingga si tersangka malah membuat posisinya sebagai ‘perusak rumah’ semakin menjadi dengan menyodorkan para lalat, para cicak, dan para kecoak kedalam perangkap lem tikus itu. Mereka mengorbankan koleganya didalam rumah itu untuk menutupi aksinya. Dan inilah yang kami dapat kumpulan lalat, cicak dan kecoa yang saling sikut berusaha keluar dari jebakan lem tikus tersebut. Padahal tikusnya saja masih leluasa keluyuran mencari sudut baru yang lebih aman.
Satu aksi gagal demi sebuah keadilan maka para lalat, cicak dan kecoa itu kami lepas setelah sebelumnya diberi shock terapi berupa tanda disekujur tubuhnya bahwa mereka pernah terlibat dan berjanji tidak akan memberikan akses leluasa bagi si tersangka asli tuk mengobrak-abrik lagi isi rumah.

Aksi berikutnya kami siapkan jebakan kurungan bagi si tersangka karena ulahnya yang semakin meresahkan. Setelah tindakan terakhirnya menggerogoti kaki meja tempat kami makan, sehingga hampir merubuhkan lapak tempat kami menaruh semua bahan makanan. Kali ini kami bukan sekedar mengancam tetapi harus memberika efek jera setidaknya membuat mereka insyaf akan perbuatannya. Kami siapkan kurungan kawat yang susah mereka tembus apabila terjerat didalamnya. Sebuah media berteralis yang sempit dan hanya memiliki satu pintu keluar dan masuk.

Dengan setiap aksi meletakkan umpan didalamnya, tentu saja umpan kesukaannya. Ikan asin busuk yang sudah berbulan-bulan menggeletak bahkan para kucing pun tidak doyan lagi tuk melahapnya. Dasar tikus perusak bahkan umpan itupun dilahapnya tanpa ragu sudah mental pengerat yang selalu menggerogoti tatanan rumah ini. Dimalam itu juga suara keratan si tikus terdengar demi masuk jebakan itu, berkoar riuh rendah seolah dia hanya korban dari ketidak manusiawian jebakan kurungan. Menyeringai kepada penghuni rumah ketika pagi dan kami berusaha mengecek keberadaan tikus itu.

Penghuni yang lain datang membawa sejirigen bensin dan sebuah korek, sudah barang tentu kami faham maksud tindakannya itu. Kami kini yang menyeringai kearah tikus itu membayangkan apa kemudian yang terjadi ketika kobaran api muncul dari kulitnya, bulu-bulunya mengeluarkan asap hitam mengepul dan aroma daging terbakar keluar dari tubuhnya.
Tak berapa lama kucing peliharaan kami muncul sambil menunjukkan muka bimbang, padahal sebenarnya dialah yang mencanangkan pengejaran kepada para tikus ini, entah apa kemudian yang terjadi ketika para tikus ini tertangkap dan hendak diadili namun si kucing yang oleh penghuni lain dikasih nama sibuya ini menjadi bimbang.

Tatapannya yang dulu garang kepada para tikus menjadi lembek malah seperti melindungi dan menghiba kepda para penghuni rumah agar si tikus dilepaskan karena apabila si tikus mati terus apa lagi tujuan yang akan sibuya kejar dalam profesinya didalam rumah itu. Bukankah akan lebih baik kalau sibuya mundur saja dan menjadi kucing jalanan yang hobi memelihara gurita dirumah.

Entah sihir darimana yang membuat para penghuni rumah luluh demi alasan kesejahteraan bersama, atau kerukunan antar penghuni rumah atau menghindari rumah dari kebobrokan yang lebih parah. Apa boleh buat sibuya memang punya daya sihir yang kuat melalui pembangunan image dirinya. Akhirnya si tikus kembali leluasa melenggang di dalam rumah tanpa takut lagi dengan ancaman bahkan jebakan-jebakan atas dirinya.

Namun sebelum dilepas si tikus mewanti wanti kepada seluruh penghuni rumah tentang ketakutannya pada jepakan jepret yang mengahruskan yang tertangkap mati ditempat. Sebelum itu terjadi si tikus menawarkan berbagai kesepakatan untuk kebaikan bersama, mulai dari upeti yg akan diserahkan setiap harinya hingga membatasi aksinya dan tidak merusak kabel-kabel listrik.

Ah tikus-tikus ini benar benar ketakutan akan jebakan jepret karena bila lengah sedikit maka nyawanya akan langsung melayang tanpa meninggalkan waris dan wasiat. Mendapat kabar dari tikus tetangga beberapa tahun yang lalu tentang kejamnya dan luar biasanya efek jera yang timbul dari jebakan jepret ini, tak terbayangkan apa jadinya bila jebakan jepret ini diterapkan di rumah ini.

Menurut kabar dari tikus tetangga, ketika para tikus disana meraja lela mengahabiskan hampir semua isi rumah si kucing berteriak lantang “Berikan kepada saya seratus peti mati,sembilan puluh Sembilan untuk koruptor, satu untuk saya jika saya melakukan hal yang sama.'' Dan si kucing membuktikannya dengan menjepret mati para tikus yang coba membangkang dan tidak mengikuti ketetapan yang dibuat oleh si kucing.

Para tetangga rumah berang dan mengutuk aksi si kucing, mengembargo bahkan mencabut hak amnestinya diseluruh dunia. Namun si kucing berkata “ini demi kebaikan rumah ini.” Sekarang rumah tersebut telah mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 9% per tahun, pendapatan domestic 1000 dollar AS dan cadangan devisa sebesar 300 milliar dollar AS. Sementara rumah ini baru berkutat pada ekspor bahan mentah dan impor barang olahan.

Rumah ini milik kita para penghuni rumah, namun isinya dihisap oleh para tikus, digerogoti hingga hanya meninggalkan ampas saja untuk bisa dimanfaatkan. Bila rumah ini ingin segera maju dan berkembang maka carilah jati dirinya. Berantas tikus-tikus didalam rumah ini, dengan jepretan mematikan bagi para perusak tatanan yang ada.

Bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dilakukan, kuncinya adalah mari menjadi diri sendiri, tidak usah terlalu menggantungkan semua pada aturan tetangga. Dirumah ini dibutuhkan si kucing yang berani berteriak lantang “demi kebaikan rumah ini, maka berikan kepada saya seratus peti mati,sembilan puluh Sembilan untuk koruptor, satu untuk saya jika saya melakukan hal yang sama.” Maka akan berbahagailah penerus rumah kita ini kelak.

NB : Artikel ini saya ikut sertakan dalam kompetisi ANTI KORUPSI BLOGPOST COMPETITION yang diselenggarakan oleh laman www.ceritainspirasi.net

19 komentar:

  1. semoga menang sob...keep blogging...fight to corruption...

    BalasHapus
  2. Hai,

    datang mau ngucapin

    happy lunar
    happy valentine's day
    happy ash wednesday

    buat yang merayakan, yang nggak merayakan semoga bulan penuh cinta ini selalu membawa kebahagiaan dan kedamaian...

    Ninneta

    BalasHapus
  3. @alrezamittariq : terimakasih dukungannya....kawan

    @ninneta : saya bukan bagian yang merayakan mbak, tapi saya berterimakasih anda mau mampir

    @septian angga : ok..kalau begitu..hahahaha

    BalasHapus
  4. Mantap yulisan mas Ichang. Begitulah korupsi yang melanda negeri kita ya. Sukses untukmu sobat.

    BalasHapus
  5. awalnya keboo kira tentang tikus beneran, eh itu tho.. hehe

    BalasHapus
  6. mantaaaaaaaaaaap....
    perumpamaan yang tepat sekali
    hihihihihi ada sibuya

    BalasHapus
  7. ho.ho.. sedemikian lantangnya berperang melawan tikus.. ^^ cukup segar dan unik idenya.. mantaaap..
    btw, makasih atas partisipasinya yaa.. ^^

    BalasHapus
  8. semoga kucing kembali menemukan jati diri mas dan melakukan tugasnya sebagaimana fungsinya

    BalasHapus
  9. semoga datang kucing pemberani dengan jumlah yg jauh lebih banyak :)

    BalasHapus
  10. @newsoul : terima kasih dukungannya bu...

    @kebookyut : lah emang tikus kok..hehhee

    @attayaya : sstt.. jangan kenceng kenceng ams ntar halaman saya dibredel..keke

    @secangkir teh dan sekerat roti : ttikusnya nggondol roti....lama tak berjumpa kawan

    @sii wina : tikus garong kaleee

    @joddie : wah pak penyelenggara berkunjung...

    @munir ardi : saya butuh banyak belajar dari bapak...

    @cucuharis : semoga mas dimasa yang akan datang.

    BalasHapus
  11. sukses dan semoga berhasil mas ichang^^
    nb : gaswaaat nda ngerti kok iah brinya..

    BalasHapus
  12. Salam silaturahmi, Mas ...
    semoga sukses kontesnya, ya

    BalasHapus
  13. Mantep tenaaaan. Tikus disuap....itulah yang terjadi di Indonesia. Aneh tapi nyata. Selamat ya...dan sukses selalu. Salam kenal

    BalasHapus
  14. Dateng lagi, Mas, untuk mengucapkan selamat. Semoga para tikus itu segera memasuki peti matinya satu persatu.

    BalasHapus
  15. @annie : amiin.. terima kasih bu

    @harsudi : salam kenal juga...makasih pak.

    @annie : sekali lagi terima kasih wkatunya sempat mampir di laman reyot ini bu..

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.