Seseorang pernah menanyakan apa sih sebenarnya diri mansia itu? Apa kah sebenarnya hakekat penciptaan manusia itu? Kadang pertanyaan sepertiitu pun lazim terucap atau bahkan terbersit di rentang pemikiran yang memang Allah karuniakan kepada makhluk manusia. Toh setiap ujung drai pikiran itu adalah bersumber dan akhirnya akan bermuara kembali kepada Allah SWT.
Namun tak jarang pikiran itu mengembara melewati batas yang telahditentukan oleh Allah SWT. Batas yang sebenarnya sangatlahjelas menjadi kabur Karena kebebasan yang tak bertanggung jawab. Lebih tragis bila harus mengungkapkan pemikiran dan mengumbarnya tanpa sadar bahwa wilayah wihdatul wujud terlampaui.
Teringat sebuah kisah penyesalan Imam Alghazali diujung umurnya. Fiqh adalah salah satu ilmu yang begitu dikuasi oleh Alghazali sejak muda, namun itu bukanlah benteng kuat untuk menangkis masuknya pemikiran dalam jebakan penyatuan Tuhan akan diri ini. Terjebak dalam tassawuf berlebihan Imam Alghazali akhirnya menyadari ke’melencengannya’ dengan sungguh-sungguh bertaubat siang dan malam, namun segala kehendak dan akibat Allahlah segala penentuNYA.
Setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah,
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum :30)
Yang dimaksud fitrah Allah di sini adalah ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. Satu-satunya agama Tauhid dan agama terakhir yang diturunkan Allah kebumi ini adalah agama yang dianut oleh Muhammad dan ummatnya. Islam adalah rahmatan lil alamin yang terakhir dan yang telah disempurnakan.
Hakekat manusia itu adalah tercipta sebagai Makhluk, produk dari Allah. Setiap apa yang diciptakan oleh penciptanya haruslah tunduk dan taat kepada aturan yang ditetapkan oleh pembuatnya. Karena manusia adalah produk Allah maka fitrah yang harus ditaati adalah tunduk patuh dan taat terhadap setiap apa-apa yang diperintahkan dan menghindari setiap apa yang dilarang.
Bila kaitannya manusia sebagai makhluk maka apa yang harusnya dimiliki oleh seorang makhluk? kelemahan yang mutlak. Manusia itu cenderung lemah,
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.(An-Nisaa :28)
Bila kita mau mengakui betapa banyak sifat lemah yang disertakan Allah kepada penciptaan makhluk yang bernama manusia ini.
Manusia Telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (Al-Anbiyaa :37)
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (Al-Ma`aarij :19)
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (Al-Ma`aarij :20)
Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, Karena takut membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat kikir. (Al-Israa` :100)
Dan Sesungguhnya kami Telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran Ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.(Al-Kahfi :54)
Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,(Al-Ahzab :72)
Bila harus melihat kenyataan ini, betapa lemah manusia itu, apa lagi yang menjadikan alasan bagi manusia untuk menentang Penciptanya diantara begitu banyak kelemahan ini. Bahkan asal mula penciptaan manusia jugalah hanya dari segumpal barang hina, tanah tembikar hitam legam.
Namun bukanlah kesombongan ketika Allah memulyakan manusia dari sekian banyak makhluk yang pernah diciptakan Allah
"Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan Aku termasuk orang-orang yang dimuliakan". (Yassin : 27)
Yaitu buah-buahan. dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, (As-shaffat :42)
Bukanlah alasan pula untuk menjadi sombong takabbur karena hakekat mulya disini bukanlah dengan sendirinya, namun berdasra pengangkatan oleh Allah sebagai makhluk paling mulia. Tiada daya dan upaya melainkan karena pertolongan Allah, pun bila Allah menghendaki kemuliaan itu akan sirna dengan seketika, maka kenapa dalam setiap literature dalam Alquran kata mulia bagi manusia adalah selalu menggunakan kata dimuliakan dan tidak pernah berdiri sendiri, lantas dengan alasan apalagi manusia harus sombong dan takbbur? Astaghfirullah.
Bila manusia sudah menyadari akan kemakhlukannya dan Allah menempatkan manusia dalam sisi sebagai makhluk yang lemah dan di lain sisi sebagai makhluk yang dimulyakan kemudian Allah memberikan beban kepadanya(Mukallaf). Manusia diberikan beban yang salah satunya mendapat keringan oleh Allah dalam peristiwa isro` mi`raj melalui nabiNYA. Mencerminkan bahwa ibadah adalah beban yang harus ditanggungkan kepada manusia.
Bermula dari beban maka tolok ukur ibadah akan berkembang tergantung manusia menyikapinya sebagai kewajiban ataukah sebagai kebutuhan. Manusia yang terpatok menganggap ibadah sebagai beban kewajiban maka akan terlihat betapa kering setiap pemaknaan akan tindakannya. Namun lihatlah cahaya yang memancar dari manusia yang menganggap beban ini sebagai kebutuhan? Kebutuhan yang begitu besarnya akan kemakhlukan dan kelemahannya. Karena apa yang kita kerjakan sekarang adalah pilihan kita kelak. Pilihan yang seadil-adilnya dari yang Maha Adil.
Dan yang terakhir dalam kaitan hakekat manusia adalah 2 atsar yang menerangkan kesanggupan, kedemokratisan, dan keluasan Allah sebagai penguasa sekalian alam termasuk manusia didalamnya. Bahwa manusia diberi kebebasan (Mukhoyyar), kebebsan memilih, kedemokratisan berpikir dan bertindak. Allah tidak akan melarang manusia untuk keluar dari agama NabiNYA, Allah juga menyediakan tempat seluas-luasnya bagi para pembangkang, tak dikurangi rezekinya didunia bagi para pengkhianat. Dan Allah juga tidak memaksakan manusia untuk mempercayaiNYA. Kebebasan itu namun terikat erat dengan Al-Mujazzi, yaitu konsekuensi atau balasan.
Almujazzi atau konsekuensi dari tindakan dan balasan ini sangatlah adil bahkan Allah berfirman,
(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Luqman :16)
yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya. Dalam persidangan Allah tiada sedikit pun yang terlewat keadilan yang merata dan tak berpihak. Bila kebaikan maka kenikmatan yang didapat bila kedzoliman maka keburukan yang akan diderita.
Hakekat manusia yang begitu lengkap semua tertuang dalam Alquranul karim, tergantung bagaimana manusia menghayati dan mengambil tindakan berikutnya, kebebasan yang diberikan Allah tentunya kebebsan yang bertanggung jawab, baik itu berpikir ataupun bertindak. Kebebasan yang sebebas bebasnya adalah sebuah pelanggaran serius bagi hakekat manusia. Bila hakekat manusia ini diidentikkan dengan HAM (Hak Asasi Manusia) inilah HAM dari yang Maha Adil. Tiada celah dan cacat didalamnya.
Produk pendamping dan manual terpercaya dari Allah azza wa jalla. Hak asasi yang ditetapkan mencakup segala sesuatu kebutuhan dan pertanyaan manusia.
memang susah dan menakutkan untuk membuat diri kita tidak keluar dari batas yang telah ditentukan Allah SWT.
BalasHapusQita berdoa sajalah, semoga diberi jalan yang lurus dan di ridhoi olehNYA.
Amin...
Sip, senantiasa mengingatkan hakekat dasar diri ini :-D
BalasHapusTausiyah yang mantap sobat.
BalasHapusPada dasarnya hakekat manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling berharga
BalasHapusBata Expose | Dak Keraton
BalasHapusGreat post! I am actually getting ready to across this information which i found very interesting to read.
Bata Expose
Dak Keraton