Surat rindu untuk putri sulungku

Waktu ayah tulis surat ini sungai kecil didepan rumah kita dulu mulai mengering nak
Pohon-pohon bamboo di pinggirnya pun menyisakan akar yang mencadas.

Nak…
Diujung kamar ini kutuliskan segenggam rindu
Dibalik jendela kamarmu dulu
Tempat kau biasa duduk termangu
Hingga kadang kau lupa waktu

Nak…
Saat engkau lahir, kucium, ku peluk dan kegendong engkau seakan tak kan terpisahkan,
Saat ibumu tidur, kucium lagi, ku peluk lagi dan kugendong engkau semalaman.
Engkau bukti tak terpisahkannya cintaku dan ibumu
Engkau ikatan erat yang takkan terputuskan oleh apapun jua

Nak…
Kusandangkan nama untukmu dalam untaian do’a
Agar aku selalu ingat untuk apa engkau lahir didunia ini
Agar aku selalu ingat bagaimana seharusnya engkau dibesarkan
Cita-cita mulia aku dan ibumu yang akan selalu kau pegang teguh
Wanita yang terpelihara dengan kelembutan dan kedamaian

Nak…
Ingatkah kau waktu kecil?
Rambutmu selalu tergerai, dan hanya mau duduk dipangkuan ku saat menggelungnya
Kurasakan nikmat tiada tara kala membelai rambut panjangmu yang memerah diujungnya
Kini masih kusimpan bekas-bekas rambut itu
Kan ku keluarkan kala ku ingat dirimu

Nak…
Membesarkanmu adalah sebuah anugerah
Saat semua makanan terhidang dimeja, namun kau tak menyentuh sedikit pun masakan ibumu
Kau cari aku dan kau tarik tanganku hanya tuk sekedar mengecap kue jalanan
Saat itu kau mengendap berlindung dibalik punggungku agar ibumu tak memarahimu
Betapa bangganya menjadi tameng pelindungmu dari amarah ibumu

Nak..
Mungkin ayahmu dulu terlalu keras mengajarkanmu berhitung ataupun mengeja
Hingga tiap malam tak pernah kering matamu karena tangis
Ayahmu tak tahu lagi bagaimana harus mengajar karena ayahmu tak pernah belajar
Namun tahukah kau nak…
Ayahmu akan selalu menangis bahagia bermalam-malam ketika mendapati dirimu telah menjadi orang berada.

Nak…
aku dan ibumu masih menyimpan sepatu merah berhak tinggi itu
sepatu yang dulu kau idam-idamkan, walau aku dan ibumu tak setuju kau memakainya kala kau minta ijin ke sebuah pesta.
Hingga suatu malam kau merusaknya, karena haknya patah menjadi dua
Maafkan aku dan ibumu nak, penghasilan kami hanya cukup membelikan sepatu murah untukmu…

Nak…
Maafkan ayahmu ini yang sering memarahimu
Maafkan ayahmu ini yang sering melarangmu
Maafkan ayahmu ini yang membatasi siapa temanmu
Maafkan ayahmu ini yang selalu menyuruhmu pulang sebelum matahari pulang ke peraduan
Maafkan ayahmu ini yang selalu mengajarimu
Maafkan ayahmu ini yang sering menanyakan keberadaanmu
Maafkan ayahmu ini yang selalu cerewet
Semua karena ayahmu ini terlalu khawatir akan masa depanmu.

Nak…
Sedih, pedih dan sakit rasanya ketika menyadari bahwa ternyata kau bukan milikku
Kau adalah roh titipan Yang Maha Memberi, kau adalah tiupan Yang Maha Mencipta
Kusadari kesalahanku itu dimalam-malam panjang dihadapanNYA

Nak..
Sejak saat itu kutahu makna keberadaanmu, makna keberadaanku dan makna tugas kebapakanku kepadamu.
Tugasku bukanlah membuat agar engkau dikagumi orang
Namun agar engkau dikagumi dan dicintai oleh-NYA

Nak…
Tugas terberatku selama keberadaanmu adalah aku harus terlebih dahulu dekat dengan-NYA
Agar menjadi contoh bagimu sesuai keinginanYA, bukan seperti keinginanku.

Nak…
Tak pernah kusisihkan kerikil dari jalanmu, karena itu hanya akan membuatmu kerdil
Tak pernah kularang kala kau dekat dengan api, karena itu hanya akan membuat mu beku
Cukup genggamlah tanganku yang mulai rapuh ini, mari mendekatkan jiwa kita dan bersama kita merasakan perjalanan yang sebenarnya.

Nak..
Ketika itu sudah terjadi
Takkan pernah kulepaskan genggaman tangmu kala kau mengeluh payah
Takkan pernah kubiarkan engkau terjatuh saat kakimu mulai lunglai
Akan selalu ku kuatkan engkau saat engkau mulai menyerah
Karena mengenalNYA kita memang tak boleh berhenti.

Nak..
Hapuslah air matamu, tataplah cakarawala
Ketika engkau hampir putus asa, niscaya ayahmu akan selalu dibelakangmu

Akhirnya nak..
Kelak apabila semua manusia telah dikumpulkan dihadapan peradilan Yang Maha Adil, dan kudapati jarakku teramat jauh dariNYA, memang begitulah adanya
Namun bila boleh meminta asa, kuingin melihatmu dekat denganNYA
Aku akan bangga karena itulah bukti bahwa tanggung jawabku telah tertunaikan.


~Dari ayah yang sedang rindu~

NB : diikutsertakan dalam "lomba menulis surat inspiratif"

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.