Ini tentang bagaimana kita berdiri di persimpangan


Kala itu namaku sudah tercantum dalam daftar pengumuman penerimaan mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi tehnik di ibukota propinsi pulau terpadat paling timur di Indonesia ini. Dengan bangganya ku kabarkan hal ini kepada kedua orang tua di rumah yang berjarak sekitar 2 jam dari lokasi pengumuman tersebut.

Berarak dengan rasa bahagia kabar itu sampai ditelinga ibu, tak urung membuatnya terkuras air matanya dan segera memeluk melihat masa depan yang sedikit terkuak dihadapan. Bahwa anak sulungnya sudah berhasil menunjukkan sedikit pamrih dengan pencapaian yang sangat diharapkan, yaitu diterima di sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di propinsi ini. Hingga sedikit banyak mampu memuluskan jalan untuk tujuan selanjutnya yaitu pekerjaan yang layak dan berpenghasilan lumayan, apabila nasib berkata demikian adanya.

Surat panggilan untuk memenuhi persyaratan pendaftaran ulang pun diterima dengan sukacita, untuk segera membuka dan mengetahui apakah diri ini, keluarga terutama financial keluarga mumpuni untuk menjadi bagian institusi pendidikan tersebut.

Mata kami terbelalak setelah melihat daftar pembayaran yang diluar dugaan kami yang pasti juga diluar kemampuan kami. Namun mimik muka kedua orang tua begitu teduh hingga tak terpancar sedikitpun kecewa atau keputus asaan hingga bapak dengan mantab mengatakan, “tak ada yang tak mungkin bila mau berusaha.” Kalimatnya terdengar datar didalam keoptimisan, nada suaranya serak dan sedikit terbata walau semangat itu begitu kentara. Aku tahu hal ini memberatkan mereka, sejak itu mulai ku pertimbangkan antara terus atau mencari sekolah lanjutan yang lain saja.

Selang beberapa hari sebuah surat masuk lewat celah pintu, sebuah pengumuman penerimaan kembali. Diri ini sudah lelah setiap kali datang surat pengumuman penerimaan dengan kesuksesan namun berakhir dengan ketidak tersediaan dana, apa mau dikata orang tuaku adalah seorang guru SD didaerah terpencil walau masih diatas tanah Jawa. Dengan gaji pas-pasan dan kutahu juga dengan hutang yang melilit rasanya memiliki cita-cita bersekolah di perguruan tinggi populer sangatlah tidak wajar.

Ketika kuterima telefon dari salah seorang sahabat bahwa saya diterima di salah satu perguruan tinggi kedinasan, perasaan dan semangat ku kembali membuncah tak lain dan tak bukan karena di institusi inilah kepastian masa depanku akan terwujud setidaknya sekarang tak lagi ku pikirkan tentang finansial orang tua yang tak berkecukupan, namun yang kemudian kembali membuatku berpkir keras dalam menimang sebuah keputusan adalah di institusi ini anda tak lagi bisa menentukan hendak di kota mana anda akan menjalani hidup, yang pasti di salah satu bagian pengumuman itu tertulis sebuah kota baru yang amsih asing baik dimata ataupun telinga kala itu, PALEMBANG.

Jelas ini keputusan sulit sebab walaupun biaya pendidikan benar-benar tak lagi dipikirkan, namun biaya hidup tetap menjadi beban yang tak kalah pelik tuk dituntaskan.bukan pula aku sedang memikirkan betapa rindunya aku nanti kepada kedua orang tua, kepada adik-adik, teman sepermainan, ataupun suasana kampung halaman, sekali lagi ini adalah tentang menukar semua kebahagiaan itu demi cakrawala yang membentang kelak dimasa yang akan datang.

“Langkah kaki seorang laki-laki itu lebar dan panjang, nak!” ucap ibu ketika melepas kepergianku. Tatkala bapak hanya menitipkan bebertapa lembar rupiah tuk kubawa, kemudian berpaling dan tak sanggup menunjukkan air mata laki-lakinya kepada anak sulungnya. Jelang cakrawala, mengeksekusi keputusan berat untuk dijalani. Menjalani hidup sebagai laki-laki sesungguhnya di kota antah berantah yang sama sekali tak bisa kubayangkan akan bagaimana hidup ini nanti.

Namun rasanya sudah cukup petuah dan wejangan yang diberikan kedua orang tua sebagai bekal tuk menjalani hidup dikota baru yang belum terjamah oleh bayanganku,
sekali lagi ini adalah masalah pengambilan keputusan dikala dihadapkan pada kondisi kritis dan tak terperi, bagi yang takut kehilangan dan ragu-ragu maka inilah awal mula malapetaka.

18 komentar:

  1. Aku terharu sekali saat membaca pas bagian perpisahan dg kedua orang tua.
    Ortu pasti akan berusaha sekuat tenaga utk memberikan yg terbaik bagi anak2nya meskipun itu terasa sangat berat.

    BalasHapus
  2. Hemmm..., apalagi sekarang ya? Disaat biaya pendidikan kian terasa mencekik leher, shg rasanya kuliah hanya sebatas impian bagi orang2 golongan menengah ke bawah. Padahal banyak generasi muda kita yg potensial tapi sayang tak didukung oleh kemampuan ekonomi.

    BalasHapus
  3. @catatan kecil : hanya 1 bagian episode hidup ku bu, intinya adalah setiap orang suatu saat harus menentukan pilihan, apabila bimbang dan ragu maka malapetaka menanti. syukur Alhamdulillah orang tuaku adalah mentor kehidupan sejati ku.

    @the other : yup, anak sulung saya hendak masuk SD tengah tahun ini, dan wow.... saya harus menyediakan dana minimal setara dengan harga BB torch terbaru... byuh....

    BalasHapus
  4. pendidikan memang kian mahal..tp sangat penting untuk memperbaiki kualitas hidup..yg penting jgn menyerah ..

    BalasHapus
  5. @isti : yups mbak, jangan menyerah..tetap semangat..!!

    BalasHapus
  6. Assalamu'alaikum...

    Salam kenal, Mas.

    Bangga dan terharu dengan semangatnya, saya dulu sempat putus asa ketika nggak kuliah. Alhamdulilah, lama kelamaan saya mampu emmupus harapan itu dan berusaha belajar, dari bangku sekolah kehidupan.

    Semoga Mas Ical akan lebih baik lagi ke depannya, terus semangat (eh, sekarang masih kuliah apa udah lulus?*

    BalasHapus
  7. waalaikumussalam,
    salam kenal juga mbak,

    amiin, terima kasih doanya. sekarang saya sudah bekerja, ALhamdulillah sesuai dengan yg diinginkan orang tua. sudah beristri 1 dan beranak 3. PALEMBANG ternyata bukan kota yga da di bayangan saya dulu....

    malahan kota itu menyediakan istri untuk saya..hehehe

    BalasHapus
  8. sekolah kedinasan apa nih mas ichang? :)
    mengkomentarin jawaban mas yg terkhir nih : biasanya memang seperti itu dimana mas berada dapet deh istri disitu pula :) takdir..

    BalasHapus
  9. @aishi lely : udah dijqawab tuh di posting komen terbaru......

    takdir berpihak padaku kali ini mbak, saya kecantol kembang desa..hahaha

    BalasHapus
  10. semoga selalu diberi keberhasilan dalam hidup mas, eh iya kalau mau check sitelink masuk google webmaster pakai akun google lalu lihat di bagian kiri ada sitelink disitu kalau sudah punya pasti ada link yang tertera

    BalasHapus
  11. google webmaster ? weh alamatnya aja om di copy hehee.. gaptek nih

    BalasHapus
  12. ahaaa,,, berarti palembang membawa berkah,, hahhaha

    BalasHapus
  13. benar-benar mengharukan...
    http://f4dlyfri3nds.blogspot.com

    BalasHapus
  14. @kristiyana : bukan hanya berkah, tapi new life.. hahahhaa
    @fadly : maaf mas saya tak sedia tisue dihalaman ini.. heehhee.. kidding bro

    BalasHapus
  15. Di balik satu masalah selalu tersedia banyak kemudahan. Semoga mas Ichang dan keluarga selalu sukses dan bahagia. Amin.

    BalasHapus
  16. benar atau salah kita mengambil keputusan tidaklah menjadi soal kang.. yang penting kita harus mengambil keputusan itu dan bukan hanya berdiam diri :) sukses semoga tepat yg ambil kang!

    BalasHapus
  17. @puspita : aaamiin
    @genial : saya setuju ini......terima kasih

    BalasHapus
  18. bagus mas.....
    smoga sukses ya..

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.