Di Tonton Televisi


Demi pertandingan sepakbola tim favorit yang disiarkan Televisi, ku perkosa mataku agar nonton walau kelopaknya sudah begitu marah tertahan tuk terkatup. Namun pertandingan yang melibatkan talenta talenta muda semalam begitu sayangnya tuk dilewatkan.

Pertandingan itu berjalan monoton karena memang skuad yang ada adalah pemain-pemain muda yang minim pengalaman. Dengan lawan yang juga tak begitu meyakinkan, sebuah club pro dari divisi yang berbeda 2 tingkat dibawahnya.

Dari tajuk pertandingannya pun tak setiap orang akan tertarik tuk menahan kantuk tuk menyaksikannya di malam selarut itu untuk waktu bagian Indonesia sebelah barat. Namun keinginan tahuan dan rasa penasaran ku tentang bakat-bakat muda yang dimiliki tim favorit mendorong mataku agar selalu terjaga walau harus dipaksa dengan 2 bungkus kopi instant dan 1 bungkus roti yang entah sudah berapa lama mendekam didalam kulkas.

Hingga terlewati batas kantuk mata, hingga terlewati setengah malam yang seharusnya sangat bagus untuk bermunajat/mengingat Tuhan dan bertafakkur/meratapi nasib yang tak tentu di kehidupan setelah mati kelak. Namun semua itu terlupakan oleh rasa penasaran tentang tim favorit, yah inilah manusia yang selalu lalai, tak dapat dibenarkan pula namun begitu letih mata ini terjaga tetap ku lupa akan nikmatnya dunia.

Akhirnya yang ditunggu mulai juga kick off babak pertama terdengar dari peluit panjang yang ditiup wasit. Segera ku kekamar mandi membasuh muka dan memasukkan partikel-partikel kesegaran kedalam kelopak mata agar terus terjaga selama 90 menit.

Dua puluh menit pertama rasanya suasana kembali segar ditemani hawa dingin yang mulai menusuk masuk dari pori-pori rumah ini. Namun menit-menit berikutnya rasa kantuk mulai menggerayangi, demi kulirik jam dinding kubatalkan akhirnya tuk membuat kopi dari gelas ketiga.

Pas dipergantian babak kuintip alam mimpi namun dengan sedikit tersamar kabut suara pertandingan di televise, kembali ku raba pertandingan dengan kelopak mata setengah terkembang. Namun rasanya berat tuk meninggalkan alam mimpi tadi.

Akhirnya babak kedua pertandingan itu pun kulanjutkan dialam mimpi. Tepat sekali aku tak sadarkan diri disela pertandingan yang masih berjalan. Walau sekuat apa ku ingin menyaksikan pertandingan itu alam mimpi sudah membawaku terlelap. Memutus semua indera peraba dan perasaku. Memisahkanku antara dunia nyata dan impian. Tak peduli sehebat apa dingin menusuk tulang, atau suntikan nyamuk merobek pori kulitku, ku tetap dalam kondisi pinsan dialam bawah sadar.

===========================

Ku berandai Televisi yang menyala di depan matau yang sudah terlelap tadi adalah dunia ini, dengan segala pernak-pernik warna, hiruk pikuk suara dan lalu lalang kejadian. Mata dan kesadaranku adalah beberapa orang yang ada didalamnya, menggelinding didepan layar kaca dalam posisi tegap seperti berkonsentrasi penuh namuns ebenarnya dia tidak sadar.

Dunia ini begitu dinamis sedangkan orang-orang begitu apatis, bergerak seperti slow motion namun sejatinya dia berhenti total dan sama sekali tak bergerak. Dunia inilah sebenarnya yang bergerak. Televisi lah yang menampilkan gambar sedangkan kepalaku menatap namun mataku terpejam. Kesempatan-kesempatan berlalu lalang didepan kita, namun indera peraba dan perasa kita tumpul. Hingga kemudian sumpah serapah terucap kepada nasib kenapa kita selalu gagal?

Bahkan burung dapat dengan segera mengetahui kapan dia harus bermigrasi, kapan dia harus bertahan dan kapan dia harus membuat sarang. Dunia merespon setiap perubahan dengan kesmepatan bagi siapa saja yang sadar akan kapan dan dimana harus menuai kesempatan tersebut.

Segelintir orang ini sedang terpejam matanya, tertutup kesadarannya akan kesempatan yang bergerak bagai kabel-kabel tak terihat diudara yang menghubungkan setiap gadget. Yang kemudian kita mengenalnya dengan wireless high frequency. Kabel kabel tak terlihat yangs angat penting yang mampu menghantarkan informasi bahkan lebih cepat dari sambaran petir.

Itulah kesempatan, dunia ini selalu bergerak maju dan segeleintir orang itu sedang tertidur. Jadi jangan salahkan nasib kalau uban tumbuh sebelum waktunya? Atau perut lebih maju dari karir ? hehehe.. itu hanya istilah dari seorang kawan. namun kata Freddy Mercury :

I guess I'm learning, I must be warmer now
I'll soon be turning, round the corner now
Outside the dawn is breaking
But inside in the dark I'm aching to be free
The show must go on


~The show must go on , QUEEN~

11 komentar:

  1. kasihan matanya mas,nanti jadi sakit kalau dipaksakan

    BalasHapus
  2. coba nonton bolanya ditemani kopi, mas. Biasanya si kantuk bakal pergi jauh-jauh :)

    BalasHapus
  3. agen bola online : bukan mata aja sih, badan juga heheh
    @rin : yeh, bacanya ketahuan ngga lengkap.. hehehe udah hampir gela ke-3 tuh kopinya..

    BalasHapus
  4. Duh, segitunya yg pengen lihat sepak bola hehehe. Untung aja aku gak suka bola... jadi tak perlu memaksakan diri begadang.. :)

    BalasHapus
  5. Yups... dunia terus bergerak maju, jangan sampai kita tertidur dan tertinggal sendiri.

    BalasHapus
  6. Selamat siang Om... Shasa udah review buku baru lagi lho... :)

    BalasHapus
  7. hampir sama mas kasusnya ma diriku
    tv nyala terus, mata dah nutup
    hehehe

    itung2 sodaqoh listrik
    hehe

    BalasHapus
  8. seperti halnya bioskop ya mas
    kesempatan gak mau nunggu

    BalasHapus
  9. Om.., buku2 KKPK itu dalamnya gak ada gambarnya, karena jenisnya novel.
    Yang ada gambarnya tuh buku2 seri cerita bergambar seperti : dongeng utk adik dll.

    BalasHapus
  10. Nah itu dia, kejadian tentang televisi menonton kita sangat sering saya alami. Rasanya seperti memiliki fungsi terbalik ya haha...

    BalasHapus
  11. bravo sepakbola..
    semngat buat para pecinta...

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.