Atom atom yang tak jua terhubung

Hal pertama yang ku asah untuk mendapatkan ide adalah berlagak seperti kamera, berdiri mematung menangkap obyek apapun yang singgah diretina. Dalam hal ini kamera dalam diri ku hanya membidik belum menekan tombol klik hingga blitznya tak pernah keluar. Hanya mencitra dan menghamparkan view seluas mungkin agar ide terkumpul melalui apapun yang terlihat, baik itu hal yang terselip, tersirat ataupun hanya bayang samar dalam kabut, yang pasti itulah cikal bakal idenya.

Kemudian hal berikutnya adalah menyiapkan printer yang akan mengimplementasikan ide itu di dalam sebuah bentuk nyata. Baik itu gambar, wacana, sastra, ataupun motion picture bila memungkinkan. Yang pasti ide awal dari kamera tadi sudah tertanam dikepala. Reportase reportase yang terekstrak tersimpan didalam otak dengan rapi mungkin juga akan kuberi extensi *.ide untuk memudahkan ketika proses searching nanti.

Printer ini pun harus memadai agar ide awal yang sudah tersimpan dapat terkalkulasi dengan baik sebisa mungkin mendekati sempurna. Tentu saja dalam printer ini yang kubutuhkan adalah ‘tinta’ dan ‘kertas’ nya agar hasil dari ide ide dikepala itu bisa terbaca dengan baik oleh penikmatnya, apalah guna kamera bagus, printer sempurna namun media dan sasarannya tak memahami isi karya tersebut?


Disinilah masalah kemudian timbul, yaitu proses pengekstraksian file file yanga da diotak agar mampu terbaca oleh printer. File-file yang sudah diekstrak dikepala dan diberi nama dengan ekstensi *.ide ini seperti gumpalan es beku atau besi tempa yang sangat padat dan keras. Hingga untuk melumerkannya dibutuhkan api dengan derajat kepanasan tinggi hingga mudahlan membentuknya sesuai keinginan.

Api-api inilah yang kemudian begitu susahnya didapat, ide yang beku tadi membutuhkan waktu yg cukup lama dan bertahap untuk menjadikannya lumer dan mampu ditangkap sebuah printer untuk di aplikasikan dalam karya. Inilah masalah logis yang mungkin hinggap diotakku. Atom-atom itu tak segera mau ‘konslet’ agar tiap ide itu bisa slaing terhubung dan menjadi manuskrip yang bisa dinikmati peminatnya.

Di tengah kesibukan yg menjadi biasa
24 Juni 2011

1 komentar:

  1. Bahkan tentang pelumeran idepun bisa jadi bahan tulisan. Inilah kreativitas mas.

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.