Entrance without exit


Ada hal menarik yang ku temui ketika 4 hariku bertugas dikota bunga terbesar didunia. Kota Bengkulu yang indah karena sunset di pantai Panjangnya, pantai indah yang seharusnya ditumbuhi pohon pohon tropis khas dataran rendah itu malah dikelilingi pohon pohon pinus. Pinus yang seharusnya tumbuh didataran tinggi ini mengelilingi pasir pasir pantai dengan rimbun dan indahnya.

Disela sela rerimbunan dedaunan pinus itulah remang remang sunset yang indah diatas cakrawala yang memisahkan antara lautan dan kaki langit terbentuk. Keindahan 2 dunia tergabung oleh cahaya keemasan mentari diujung mata memandang. Di setiap soreku pun menikmati sunset tanpa bosan hingga rasanya tak ingin kutinggalkan kota ini, namun dalam segala hal tetap kuingin kembali kepada keluargaku.

Diantara kebosananku itulah kutemukan kejanggalan ilmu konstruksi di beberapa rumah, toko, rumah makan dan penginapan yang pernah kudatangi. Yaitu hampir setiap pintu yang ada dikota ini memiliki engsel yang terletak diluar (outside). Dalam ilmu konstruksi selazimnyalah pemasangan engsel pintu adalah didalam (inside) bagian rumah. Hal ini berguna untuk menghindari dan meminimalisir keleluasaan maling atau orang yang berniatan jahat untuk memasuki bagian dalam ruangan. Karena apabila engsel pintu berada didalam rumah maka pintu hanya bisa dibuka dari 1 sisi saja, itupun harus menggunakan gagang pintu.

Apabila engsel berada diluar bagian ruangan maka akan dengan mudah pintu dapat dibuka dari luar ruangan hanya dengan mencongkel inti engsel tersebut. Apakah ini sebuah anomaly? Atau para pemikir dalam bidang konstruksi di kota ini menemukan hal hal yang luar biasa didalam pengerjaan area entrance ruangan ini hingga terciptalah aliran baru dalam bidang konstruksi seperti ini?

Atau hal ini bisa jadi berhubungan dengan budaya setempat yang bersifat tahayul atau ada kepercayaan tertentu yang membuat pintu pintu ini memiliki aliran yang menentang arus ilmu konstruksi? Bahkan ketika hal tersebut kutanyakan kepada beberapa penduduk asli setempat, tak satupun yang mampu memberikan jawaban memuaskan secara eksak dan akal sehat.ada yang bisa membantus aya menjawab hal ini?

Dalam sudut pandangku yang hanya pendatang yang baru berumur 4 hari dikota Bengkulu ini, semua terpikir secara pragmatis bahwa ini adalah sebuah logika berpikir yang terkonsep dari tata laku para penghuninya dimana penduduk kota ini adalah orang orang yang ramah dan welcome terhadap setiap pendatang.

Mereka menawarkan keramahan dengan memberikan 2 sisi pintu yang siap dibuka bila pun pintu itu tidak bisa dibuka di satu sisinya. Tindak kesopanan yang menghiasi kehidupan dalam berinteraksi dengan sesamanya.

Mereka menawarkan kesederhanaan yang tak perlu ditutupi, karena mereka terbuka atas apapun yang mendatangi mereka. Namun kemudian hal yang menjadi riskan untuk menerima ‘tawaran’ tersebut adalah. “Bila anda sudah masuk didalamnya anda tidak akan dibiarkan keluar dengan mudah”

Itu hanya sekelumit opini yang terbentuk dikepalaku melihat keanehan konstruksi bangunan dibanyak rumah dan gedung dikota ini. Jadi maafkan apabila semua opini itu salah dan tak sesuai dengan yang terjadi.

Sudut kantuk diruang sempit
27 Juni 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.