Wanita, makhluk yang tak sempurna


“………………Maka seharusnyalah laki-laki memahami wanita karena laki-laki memiliki unsur kami.”

Tak tahu aku ingin menulis apa di ramadhan yang sudah menginjak hari kedelapan ini? Pecan pertama dari 4 edisi ramadhan. Lebih lumrahnya apabila mengikuti jejak Rasul dalam pembagiannya yaitu 10 malam pertama, 10 malam kedua dan 10 malam terakhir. Yang dalam hal ini kita barusaja menjalani malam kedelapan bulan suci ini. Masih banyak waktu tersisa untuk memunguti remah-remah pahala yang banyak terserak didalam ramadhan tahun ini.

Syukur Alhamdulillah fisik mulai bertenaga, beberapa hari yang lalu mengawali bulan penuh rahmat rasanya badan ini tak lagi memiliki tulang, terasa lemah, punggung sangatlah berat unutk ditegakkan, kepala begitu berat unutk didongakkan. Flu berat menghampiri dan demam datang tak kunjung reda. Baru ramadhan kali ini kuawali doa dengan ucapan begitu pasrah dan tak bersemangat, keceriaan awal Ramadhan seketika sirna.

Batuk masih menggigit tenggorokan, dan tinggal sisa sisa lendir yang berusaha keluar namun seperti tersekap bulu bulu hidung yang tak kunjung hilang. Kuawali hari pertama di kalender masehi atau hari kedua di kalender hijriyah ini dengan berendam di air hangat yang disiapkan istri. Segar dan menyegarkan, untuk sementara kurasakan sekujur sendiku begitu ringan digerakkan, kepalaku yang seminggu ini terasa berat kembali normal dan senyum yang terenggut akhir-akhir ini kembali berbinar. Indahnya pagi ini!

Setelah tak kurang 8 hari kunikmati puasa dalam kondisi yang tak mengenakkan, fajar tadi akhirnya bisa kunikmati santap saur dengan lahapnya, ditemani sulungku yang mulai belajar puasa, tentu saja istriku tercinta yang telah susah payah menyiapkan hidangan saur yg begitu nikmat, bahkan lebih nikmat ketika kurasakan lidahku tak lagi kebas dan bebal. Terima kasih sayang, syukurku atasmu bertambah!

Kemudian hari-hari workday dimulai kembali, meninggalkan 3 anak-anak lucu dirumah bersama beberapa khadimat, bukanlah hal yg mudah. Ditambah dengan si sulung yang mulai pembelajaran puasanya, mengikuti setiap pertanyaannya akan ramadhan tak semudah ketika kita berargumen dengan atasan kita. Pertanyaan mereka sederhana namun mereka membutuhkan jawaban yang extra rumit. Tak seperti atasan yang memiliki banyak pertanyaan kompleks namun cukup dengan jawaban sederhana.

Menjadi sopir pribadinya bukanlah sebuah beban, bagiku itu adalah sebuah kehormatan. Salah satu bentuk terima kasihku atas 3 orang anak yang lucu-lucu, hidangan yang selalu tersedia di meja makanku, pula sebagai kunci penentram hidupku. Alangkah nikmatnya menjadi pendampingnya didalam kendaraan bersamanya pagi ini. Pagi ini kupilih kendaraan yang memiliki kabin untuk mengantarnya, disamping kondisi fisikku yang belum 100% fit juga pagi ini bersama cerahnya langit dan mentari ingin kulihat siluet diwajahnya.

Pagi ini begitu sempurna, sampai kulihat sebuah mobil biru tua berjalan didepan kendaraanku, sangat pelan dan tak pernah mau menepi atau member jalan bagi kendaraan lain untuk lewat. Hingga iring-iringan kendaraan dibelakangnya mengular, kadang membuat pengendara lain gusar dengan mengklaksonnya. Namun hal itu tak menggoyahkan si pengemudi mobil biru tua itu bergeming dari posisinya dibadan jalan. Lambat dan menguasai badan jalan.

Setelah sampai giliranku berada tepat dibelakang mobil biru tua itu barulah kami sadar bahwa pengemudinya seorang wanita, lebih tepatnya seorang ibu berpakaian seragam hijau dengan make up tebal dan gaya duduk tegangnya dibelakang kemudi.

“Ah, memang harus sabar kalau mengemudi dibelakang wanita….” ucapku lirih, tak juga bermaksud menghardik ataupun mencemooh, namun hal ini terdengar istriku yang kebetulan juga wanita.

“jangan terlalu gusar dengan wanita sayang, maklumilah wanita bukanlah makhluk yang sempurna.” Timpalnya.

“kok bisa begitu?” sergahku.

“sayang, wanita itu hanya memiliki kromosom XX mereka tidak memiliki unsur Y layaknya laki-laki. Laki-laki memiliki unsur yang lengkapyang menjadikannya seorang qawwam, menjadikannya kekar,tegas dan sekaligus lemah lembut dan penyayang. Sedangkan kami kaum wanita hanya memiliki sebilah unsur hanya memiliki unsur X bahkan dua kali unsur ini yang menjadikan kami hanya memiliki air mata untuk mengobati segalanya. Maka seharusnyalah laki-laki memahami wanita karena laki-laki memiliki unsur kami.”

Kemudian ku hanya mampu membalas senyumnya. Kukendorkan kembali ijakan gasku, kubatalkan jemari ini untuk menekan klakson dan kemudiajn kugumamkan kembali kalimatnya, “yah.. wanita adalah makhluk yang tak sempurna, tuk melengkapi keberadaan lelaki, aku harus memahami itu.”

7 komentar:

  1. Tidak ada makhluk yg sempurna, baik pria ataupun wanita. Karenanya mereka tercipta untuk saling melengkapi.

    Apa kabar mas, maaf lama tidak silaturahmi kesini :)

    BalasHapus
  2. that's the point....makasih responnya mbak ajeng... dan juga terima kasih sudah mampir... udah lama juga ngga mampir dihalaman mbak ajeng jadi kangen mo kesana....

    BalasHapus
  3. assalamu'alaikum Kang
    wanita sebagai pendamping hidup dengan posisi yang saling berjalan seiiring dan saling melengkapi. Tidak mendahului dan tidak selalu menjadi ekor, karena ia adalah bagian dari sebuah kesatuan.
    semoga istri kita menjadi bidadari dalam baiti jannati kita

    BalasHapus
  4. Wah senang sekali aku membaca 'pembelaan' dari sang istri utk kaum wanita, Mas. :)
    BTW, komentar serupa juga pernah disampaikan oleh suamiku.. soal 'kekurangmahiran' wanita dalam mengemudikan kendaraan.

    BalasHapus
  5. @djangan godong favorite : waalaikumussalam semoga istri kita menjadi wanita yg menentramkan hati ya kang?

    @catatan kecil : hehe.. biasalah bu.. dia kan juga wanita.. hehe

    BalasHapus
  6. semua orang punya kekurangan n kelebihan...salam kenal...

    BalasHapus
  7. @baju tanah abang : like it..... salam kenal juga

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.