Khadimat...oh Khadimat


Walau sudah meminta izin sebelum liburan lebaran dimulai sekarang efeknya tetap saja terasa. 2 orang khadimat yang selama ini bekerja dan membantu urusan Rumah Tangga tidak memperpanjang kontraknya. Yang satu memang sudah dilamar pemuda kampungnya, sedangkan yang satu lebih tertarik menerima kontrak kerja dari sebuah pabrik pengalengan di Jakarta.

Saat ini criteria pemilihan khadimat sangatlah ketat, apalagi bila criteria itu diserahkan kepada istri akan menjadi lebih rumit dan kompleks. Selain itu pergantian khadimat akan menimbulkan kembali masa-masa transisi bagi seluruh keluarga. Pembelajaran kembali yang membutuhkan waktu tak pendek. Hal yang paling penting adalah orang-orang yang beredar disekitar anak-anak yg notabene masih balita akan kembali berubah dan dibutuhkan penyesuaian kembali.

Kini setelah hari hari bekerja kembali datang, kesibukan pekerjaan sementara harus tertunda. Walaupun harus datang kekantor dan absen, namun integritas sebagai pejabat Negara membuatku harus membawa anak-anak ini kekantor, walaus edikit terganggu namun pekerjaan harus tetap diselesaikan. Dan jangan lagi menambah stigma buruk di masyarakat tentang pejabat Negara. Walaupun dengan alasan yang sebenarnya masyarakat tetap saja tak akan mau menerima alasan apapun.

Saat ini peran khadimat bagi kedua orang tua bekerja sangatlah fital, bukan sebagai pengganti orang tua namun sebagai assistan penyelesai pekerjaan rumah tangga yang tak berhubungan langsung dengan tumbuh kembang anak-anak. Walaupun tak bisa dipungkiri andil khadimat dalam pertumbuhan anak-anak sangatlah terlihat.

Bagi orang tua bekerja seperti kami, waktu yang ada untuk bergumul dan berinteraksi dengan anak-anak sangatlah minim. Niscaya hanya tinggal dari pukul 18.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB (bukan Jakarta). Hal ini menjadikan waktu bagi kami adalah perkara kualitas karena mengusahakan kuantitas sepertinya kami tidak akan pernah mencapainya.

Hingga ketika kami sudah dirumah istilah yg kami berikan kepada khadimat adalah “lepaskan tangan kalian dari anak anak kami, bersantailah!” hehe… terdengar satir, namun begitulah seharusnya memperlakukan kualitas waktu bagi anak-anak. Biar bagaimanapun, interaksi antara orang tua dan anak-anak sangatlah penting walaupun hanya sepenggal waktu.

Dalam kapabilitas criteria yang kami berikan terhadap seleksi khadimat, selalu berdampak pada semakin sedikitnya pilihan yanga da di ‘pasar PRT’ yang ada. Namun konsekuensi itu kami tanggung demi pertumbuhan anak-anak yang terbebas dari distorsi-distorsi yang seharusnya tak ada dalam tumbuh kembang anak-anak.
Istri selalu member criteria yang sangat ketat ketika mengharuskan menyeleksi khadimat, antara lain :

1. Islam
Ini patokan wajib dan tak bisa ditawar dalam hal penetapan criteria, karena dari dasar keyakinan ini akan terjadi kecocokan dalam pola hidup. Khadimat ketika ada didalam rumah kita sudha menjadi bagian ekosistem sebuah rumah tangga maka pola hidupnya pun ahrus selaras dengan rumah yg ditinggalinnya.

2. Sebisa mungkin berjilbab, atau setidaknya berpakaian rapi
Sebenarnya ini bukan criteria pokok namun diutamakan, karena walaupun mendapatkan yang tidka berjilbab dalam perjalanan hidup bersama dalam interaksi kami bisa mempengaruhinya untuk berpakaian lebih sopan.

3. Jujur
Dalam pola interaksi apoapun kejujuran adalah nilai moral mutlak yang harus dimiliki untuk memberikan kesan positif kepada siapapun. Bukankah begitu?

4. Sabar
Istri sering beralasan, biarkan dia tak bisa memasak, sedikit malas asalkan dia sabar. Karena hal utama kami mencari khadimat adalah untuk ‘ngemong’ anak-anak. Masalah makanan, atau pekerjaan RT lain msh bisa dikesampingkan dan ditangani sendiri bila mendesak.

5. Bukan seorang pengumpat
Tak perlu dijelaskan alasan pemilihan criteria ini, karena dampaknya akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak-anak.

Namun itu semua adalah criteria Rumah Tangga kami, tidaklah sama Undang-undang yang ada di setiap rumah. Pun tak akan sama setiap konsekuensi yang dinginkan walaupun resiko itu tetaplah ada. Namun satu yang pasti bila seseorang masuk kedalam wilayah rumah tangga kita pastikan dia mengetahui dengan jelas aturan yang ada dan konsekuensi yang akan diterima.

Let’s hunting!!!

6 komentar:

  1. memang agak repot kalau di rumah ga ada yang bantu-bantu. Alhamdulillah asisten saya di rumah balik lagi setelah lebaran, jadi belum perlu hunting sana-sini. Semoga dapat pengganti asisten yang cocok

    BalasHapus
  2. Kalau seperti ini betapa pentingnya arti asisten

    BalasHapus
  3. @entik : syukur kalau masih ada.. hehe.. ngga pusing ya ..

    @om sugeng : wohh.. puenting om.... puenting tenan

    BalasHapus
  4. sudah menjadi kebutuhan primer rumah tangga jadinya ya. seperti ponsel aja peran kadimat

    BalasHapus
  5. ya memang asulit mendapatkan khadimat yang cocok denga keluarga kita..
    di kirain gak balik lagi karena gak betah kerja di situ eh ternyata ada yang lamar hehhe

    BalasHapus
  6. Assalamu'alaikum mas...
    Iya, sulit untuk mencari khadimat yg pas.

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.