Bangunlah, jamaah yang tertidur!


Tak terasa disela pekerjaan yang menumpuk dikubikel kantorku, suara adzan menggema. Menurut kebiasaanku jam tangan menunjuk 12.00 baru suara panggilan shalat itu akan terdengar namun kali ini sepertinya sang muadzin mengumandangkan adzan sedikit lebih awal. Mungkin agar setiap yang mendengarkan akans egera mengakhiri aktifitasnya dan menyegerakan beranjak ke masjid terdekat. Memang hari ini adalah jumat, hari yang paling barokah dari 7 hari yang disediakan Allah untuk beribadah, dimana didalamnya ada 1 ibadah wajib bagi laki-laki yang pahalanya bisa dibilang lumayan untuk menimbun bekal diakhirat kelak.

Jumat kali ini tempat duduk langganan saya, yaitu dipojok kanan shaf ketiga dari depan telah ditempati orang lain. Mungkin karena saya kurang cepat mendatangi masjid ini, namun memang posisi itu adalah posisi favorit saya yang dekat dengan jendela dan suasana jauh lebih terang, hingga tak memberi kesempatan kepada setan tuk membuat saya ngantuk dan tertidur pulas kala khotib berceramah. Tak jadi masalah saya pun menempati posisi tepat didepan khatib, namun berada sekitar 10 an shaf dibelakang barisan terdepan. Setidaknya suara khatib masih terdengar jelas.

Kira-kira 15 menit berlalu, kajian khatib begitu mengena. Seorang kakek tua yang sudah ompong semua giginya, dengan kulita keriput. Peci putih kecil tersemat anggun diatas kepalanya, baju semi jas warna abu-abu dengan dalaman putih membuatnya terlihat berwibawa dan berkharisma, tubuhnya mungil matanya masih menunjukkan semangat anak muda. Mungkin hal inilah yg membuat khotbah jumat kali ini berapi-api seperti ketika bung tomo membakar semangat arek-arek suroboyo ketika merah putih biru hendak mereka sobek menjadi merah putih saja. Itulah sosok khatib yg sedang berceramah diatas mimbar jumat kali ini, tua kecil namun lantang mengatakan kebenaran.

Luar biasa, khotbah jumat yang sangat menohok. Bisa dibilang kali ini akan ada banyak sekali jamaah yang merasa tertampar dengan ucapan kakek tua ini setelah meninggalkan shalat jumat. Hebatnya diantara sekian banyak jamaah yang mendatangi shalat jumat dimasjid ini, disela khotbah yang berapi-api dan bersemangat itu banyak oula yang tertunduk bukan menangis, bukan meratapi dan bukan merasa tertampar, namun tidur dengan pulasnya. Entah setan mana yang merasuki jamaah-jamaah tidur ini, hingga khotbah semenarik ini mereka kalah oleh godaannya.

Khotbah sudah berjalan 30 menit dan semakin banyak jamaah yang mulai bergelimpangan, menunduk dengan pasrah dalam jeratan ngantuk yang amat sangat. Namun kali ini ceramah sudah memasuki babak kedua setelah khatib duduk diantara khotbah. Hingga akhirnya ceramah pun hampir selesai ditandai dengan pembacaan doa bersama, gema sahutan dari para jamaah terngiang di seluruh ruang masjid, kompak mengabarkan kebersamaan dan ukhuwah. Hebatnya hal ini pun tak membuat para jamaah tidur terbangun, mereka semakin dalam tertidur sampai tibalah saatnya tugas muadzin untuk iqomah menandakan setengah ibadah jumat telah tertunaikan yaitu mendengarkan khatib berceramah, dan menandakan bahwa shalat jumat akan segera ditegakkan.

Tanda iqomah menggunakan pengeras suara menggema kali ini tidak saja didalam ruangan masjid namun sampai bermetermeter diluar lingkungan masjid, memanggil orang orang yang terburu-buru berlari menuju masjid demi setengah manfaat jumat bagi dirinya masing-masing. Hanya setengah karena mereka hanya mendapatkan pahala shalat jumat dan tidak mendapat barakah dari mendengar khotbah.

Para jamaah tidur masih terlelap kala ‘gong’ shalat jumat dibunyikan, batas antara mendengar dan bertindak sudah mulai disuarakan mereka masih terlelap, beberapa jamaah yg sudah siap berinisiatif mencolek, membisiskki, ada juga yang mencubit agar mereka bangun dan segera menunaikan shalat jumat. Tak jarang pula ada yg masih bingung, mengumpulkan segenap kesadaran untuk menguasai dirinya dan menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Ketika imam sudah memerintahkan untuk segera mengucapkan takbiratul ihram.

Walau masih dihinggapi rasa kantuk dan kebingungan, akhirnya jamaah tidur ini pun mau ngga mau harus mengikuti apa kata imam, mengikuti segenap instruksi imam jumat. Mau tidak mau suka tidak suka mereka harus patuh atau silahkan tinggalkan masjid dan jangan ikuti jamaah yang lurus dan rapat ini dalam barisan!

***
Saya menempatkan diri saya disebuah bangunan besar yang bernama Direktorat Jendral Pajak, dimana lantainya didasari oleh pribadi-pribadi pilihan yang penyaringannya begitu ketat, Sumber daya yang kredibel, dan ‘dikontrak darah’ dengan kesanggupan dan kemauan yang tinggi untuk selalu maju dan berkembang dalam kapasitas sebagai pribadi yang teruji.
Kemudian landasan ini dibingkai dengan tiang-tiang yang stabil sebagai penyangga berdirinya bangunan besar ini yaitu : Integritas,Profesionalisme, Sinergi,Pelayanan dan Kesempurnaan. Dimana tiang Integritas adalah perkataan, perbuatan yang sesuai dengan komitmen awal sebagai pelayan yang baik bagi masyarakat, informer yang akurat bagi Wajib Pajak, dan agen perbaikan perpajakan bagi setiap elemen bangsa dan Negara. Tiang integritas adalah awal tindakan dan poros kiranya integritas ditegakkan dengan benar dan kokoh maka tak akan ada lagi kehawatiran.

Tiang Profesionalisme dibangun demi mencapai tujuan bersama, bekerja berdasar rel-rel yang ditentukan, bersinergi untuk selalu digaris yang tepat dan mencapai goal bersama sebagai sebuah team besar untuk kemajuan. Tiang Sinergi dikokohkan demi kebersamaan, demi kekeluargaan, demi rasa saling memiliki dan support bahwa goal tak akan tercapai tanpa adanya krjasama yang baik antar lini, antar kepentingan antar pribadi yang ada didalam bangunan ini. Sinergi yang bagus akan menjadikan beban lebih ringan, hambatan lebih mudah dilalui dan setiap pekerjaan akan lebih mudah diselesaikan.

Tak pelak sebagai institusi pelayanan public, maka tiang Service harus dimaksimalkan agar berdiri semakin tinggi apa yang ada diatasnya, akan semakin terlihat dan jelas hal-hal yang membanggakan didalamnya, pelayanan yang prima memberikan kepuasan tidak hanya kepada yang dilayani namun juga kepada pelayan itu sendiri. Timbal balik yang diharapkan adalah saling percaya dan saling berpartisipasi.

Pada akhirnya, dari banyak tiang yang hendak didirkan, tentulah tiang menuju sempurna yang diharapkan ada untuk menyokong seluruh tiang yang ada. Tak ada gading yang tak retak, tak ada apapun yang sempurna didunia ini, maka alangkah lebih baiknya bila kesempurnaan itu kita definisikan sebagai proses menuju sempurna. Begitupun bangunan besar yang sedang berbenah ini, adalahs ebuah proses menuju kesempurnaan walau tak ada satupun yang dapat menjamin kapan bangunan ini menjadi sempurna? Ataukah akan hancur pada akhirnya, at least we die trying, kata sebuah ungkapan.

Masa-masa itu telah lewat, sebuah era dimana ‘kejahiliyahan’ meraja lela, yang salah sangat mencolok terlihat namun menjadi kelumrahan, dan yang benar begitu kabur dan terpinggirkan. Paradigma dimana yang berkuasa adalah koneksi dan money game. Bersaman dengan gong modernitas yang ditabuh bertalu-talu bagaikan kumandang panggilan adzan dari muadzin disebuah masjid.

Bangunan dengan tiang yang kokoh telah didirikan, kumandang adzan telah diperdengarkan. Maka diharuskan bagi segenap yang mendengar untuk berbondong-bondong menuju bangunan tersebut dan melaksanakan kewajibannya bagi pemilik bangunan tersebut.

Menempati bagian masing-masing, melaksanakan setiap perintah dari khatib dan menjalankannya dengan penuh keikhlasan dan ketaatan hingga mencapai tujuan bersama. Apabila anda menemukan jamaah-jamaah yang tertidur ketika iqomah diperdengarkan segeralah colek mereka, hingga mereka terkesiap bahkan hingga tersadar dan segera bangun dari tidur pulasnya.

Teriakkan disetiap telinga mereka bahwa “perintah telah ditegakkan, segeralah bangun dan jangan tertinggal jamaah!” Mau tidak mau suka tidak suka mereka harus patuh atau silahkan tinggalkan bangunan ini dan jangan ikuti jamaah yang lurus dan rapat ini dalam barisan!

Penulis :
Fahrizal Ardhi Nugroho
19830104 200312 1004
Jurusita Pajak di KPP Pratama Teluk Betung

diikut sertakan dalam LOMBA MENULIS ARTIKEL PERPAJAKAN TAHUN 2011 UNTUK PEGAWAI DJP

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.