“sampaikan semuanya
diawal, hal hal yang pahit yang tak ingin kau dengar, karena expektasi itu
kadang mengecewakan pada akhirnya.”
Beberapa minggu yang lalu rampung sudah pengerjaan pembuatan
teras yang telah lama kurencanakan. Rumah yang kutinggali ini tak begitu luas
jadi harus cerdas menata ruang dan yang paling pneting adalah harus cerdas
memanajemen uang agar bagian demi bagiannya memiliki fungsi disamping
tampilannya.
bersama seorang ahli bangunan setempat yang kupercaya untuk membantuku membangun perbagian rumah ini, selalu kuperhatikan tiap bagiannya. Aku ingin rumah ini terlihat ‘tua’ walau trend mode rumah saat ini lebih ke minimalist modern. Alih-alih menginginkan model rumah dengan tampilan ‘tua’ alasan klasik yang tak bisa ku pungkiri adalah, karena dana yang mampu ku sediakan adalah secara bertahap dan dalam jumlah yang tak terlalu wah. Sehingga pilihan model rumah terlihat ‘tu’ adalah yang paling masuk akal.
bersama seorang ahli bangunan setempat yang kupercaya untuk membantuku membangun perbagian rumah ini, selalu kuperhatikan tiap bagiannya. Aku ingin rumah ini terlihat ‘tua’ walau trend mode rumah saat ini lebih ke minimalist modern. Alih-alih menginginkan model rumah dengan tampilan ‘tua’ alasan klasik yang tak bisa ku pungkiri adalah, karena dana yang mampu ku sediakan adalah secara bertahap dan dalam jumlah yang tak terlalu wah. Sehingga pilihan model rumah terlihat ‘tu’ adalah yang paling masuk akal.
Ahli bangunanku adalah tetanggaku sendiri, dia rela menolak
pengerjaan bangunan yang lain demi membangunkan rumah milikku. Sebenarnya alasan
utamanya karena rumah tinggalnya dekat dengan lokasi rumahku sehingga dia bisa
mengawasi anak-anaknya yang masih sekolah dasar, bisa jadi juga karena dia tak
bisa tak makan masakan istrinya.
Setidaknya aku mendapatkan harga upah yang jauh dibawah
harga upah kebanyakan, karena dia tetanggaku juga karena si ahli bangunan itu
tidak perlu memperhitungkan transport dan jatah makan siangnya.
Sudah menjadi kebiasaanku dalam memperkerjakan tenaga ahli
bangunan untuk restorasi atau penampahan atau pembangunan rumahku adalah
membicarakan segalanya diawal. Terutama masalah harga jasa dan tipikal tuan
rumah dalam memperlakukan pekerja.
Kebijakan yang selalu kuberikan adalah biasanya akan seperti
ini : upah dibayarkan setiap hari sabtu baik itu borongan atau harian, tuan
rumah tidak menyediakan makan, tuan rumah tidak menyediakan rokok dan kopi,
yang akan selalu ada adalah hanya air putih. Namun ini adalah kebijakan
unconditional, kebijakan ini selalu kutawarkan kepada pekerja yang hendak
kupekerjakan dan selalu kusampaikan di awal sebelum perjanjian kontrak
disepakati bersama.
Seseorang selalu menasehatiku, “sampaikan semuanya diawal
hal hal yang pahit yang tak ingin kau dengar, karena expectasi itu kadang
mengecewakan pada akhirnya.” Walau kenyataan setelah kontrak kerja disepakati
tuan rumah memberikan hal-hal yang berlebih seperti makan siang gratis, kopi
dipagi dan sore hari, dan rokok apabila ada tambahan rezeki yang merupakan
bonus. Setidaknya apabila semua bonus itu tetap tidak exist si tuan rumah tidak
menyalahi kontrak dan si pekerja sudah faham dimana posisinya.
Kebijakan ini berdampak pada hubungan yang akan tetap
harmonis antara tuan rumah dan pekerja, tidak ada kekecewaan pada akhirnya
karena apa yang disampaiakn diawal tidak pernah lebih buruk dari yang terjadi
kemudian bahkan terkadang memberikan dampak positif apabila ada adde value yang
kemudian terjadi.
Sebenarnya semua cerita diatas adalah metafora, aku teringat
seorang sobat ketika pertama kali mendatangi calon mertuanya. Datang dari seorang
perantauan, bisa saja dia berpakaian rapi, berpenampilan menarik, menunjukkan
setiap hal positif dan added value diawal. Namun itu tak dia lakukan,
mendatangi rumah calon mertua untuk pertama kalinya, dia hanya berpakaian ala
kadarnya, bersikap sewajar ketika dia bertemu orang lain. Saat itu memang calon
mertuanya namun di dalam hati sahabatku belum saatnya dia menghormatinya
selayaknya orang tuanya sendiri.
Di awal perjumpaan itu dia memperkenalkan dirinya jujur apa
adanya, tidak dengan gelimang harta karena aku tahu dia pun tak memilikinya. Pun
tidak dengan sikap merendah, karena aku tahu dia pun memiliki ketinggian akhlak.
Saat ini kadang aku heran, apabila ada yang menambahkan
added value di awalnya. Akankah itu bertahan pada akhirnya kelak atau hanya
make up agar jerawat tak terlihat?
*manggut2
BalasHapusbener-bener, mending semua disampaikan di awal.
manggut manggut kayak boneka mobil ya mbak? hehe
BalasHapus