Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya, rutinitas yang
biasa dilakukan di dalam rumah ini. Istriku menyiapkan segala keperluan
anak-anak dan diriku membredeli segala hasil aktivitas anak-anak semalam. Istriku
mempersiapkan isi perut diriku membersihkan yang masuk mata. Istriku yang
lantang mengomandoi anak-anak tuk segera bersiap, diriku yang diam membelai
sapu dan menata kembali setiap sudut rumah.
Tanpa terasa beberapa menit lagi batas waktu kami untuk
meninggalkan kesibukan rumah dan menuju tempat aktivitas akan segera usai. Bersama
mencairnya embun, keluarnya remang mentari dan gemericitnya burung-burung di
dahan bambu depan rumah.
Satu yang selalu kami lupakan diantara aktivitas pagi itu,
aktivitas bersihin rumah, aktivitas memperispakna si sulung dan jagoan tuk
berangkat sekolah. Yaitu mengurus si bungsu, lupa ya kalau anak kita udah tiga?
Hehe...
Si bungsu selalu menjadi pendiam ketika dia tak mendapatkan
perhatian. Duduk sendiri kadang hanya bermain dengan mainannya atau bermain
dengan mo si kucing genit kami. Syukurnya dia seperti tahu bahwa emak bapaknya
sedang sibuk sendiri, di waktu seperti itu dia jarang ngerecokin.
Pagi itu, kusisakan banyak waktu tuk si bungsu, ku ciumi
kecut ketiak dan belakang telinganya. Dia bergumul kegelian, tertawa lebar. Ku sisakan
5 menit untuknya. Setelah selesai semua aktivitas rumah, selesai aktivitas
mempersiapkan kakak-kakaknya. Ku duduk disampingnya, kucandai dia. Aku tahu jam
dio tanganku sudah membuat alisku meninggi. Bila tak berangkat sekarang maka
bisa dipastikan kami akan terlambat.
Kuindahkan jarum jam meninggalkanku, hasratku menuju tempat
kerjaku sudah mulai menipis atau bahkan semakin hilang. 5 menit duduk mencandai
si bungsu membuatku terhenyak, jam sudah meninggalkan batas waktu terakhirku
tuk mulai berjalan ke tempat kerjaku 10 menit yang lalu.
5 menit yang berharga, 5 menit yang berkualitas, 5 menit
yang akan mengisi energi rinduku hingga jam 5 sore nanti. 5 menit itu akan
membuatnya ingat bahwa bapaknya begitu menyayanginya, 5 menit itu akan
meninggalkan bekas aroma kecut ketiaknya diujung hidungku hingga ku pulang
nanti.
Jalanan mulai padat, merambat di aspal hitam sepanjang
perjalanan ke tempat kerjaku. Bisa dipastikan dentang batas akhir pengabsenan
ditempat kerja sudah berbunyi. Aku masih bertarung mencari celah yang paling
mungkin tuk sampai lebih cepat. Namun semua sia-sia, 10 menit meninggalkan
batas akhir absen adalah rekoku hari ini.
Entah kenapa ketika adrenalinku mulai memuai, darah yang
menuju jantungku mulai melambat dan nafasku tak lagi diburu, ada perasaan
tenang yang merasuki dadaku? 5 menit yang berharga itukah penyebabnya? Bisa jadi
5 menit itulah penawar cemasku akan kehilangan waktu terbaikku. 5 menit itu
menggantika seluruh hariku.
Aku yakin 5 menit itu telah mengobati bad moodku dipagi
ini... terima kasih bungsuku! Aku selalu berfikir dirimulah yang membutuhkan 5
menit berharga itu. Nyatanya dirikulah yang mencandumu...
waktu bersama anak itu memang berharga ya..
BalasHapusiya mbak, sangat berharga dan tak terganti
Hapuskecutnya memang bikin gak kuaaat...parfum paling wangi dan gak ada tandingannya! (f)
BalasHapusbetul itu bu..... hehe
Hapuswah lucu bangettt ya
BalasHapus