Keindahan Di Dalam Tiap Jiwa



Indah memiliki arti yang bermacam seperti layak, baik, indah, dan bagus, keindahan itu sendiri adalah sebuah keadaan indah yang di antaranya adalah: adanya keteraturan dan keselarasan bersamaan dengan keagungan dan kebersihan pada sesuatu. Di samping itu, akal, imaginasi dan kecenderungan tinggi manusia menyuarakan kepada kebaikan serta memberinya kesenangan dan kenikmatan. Setidaknya begitu yang tertulis dalam Qamus Persia karangan Mu’in Muhammad.

Seperti halnya pemicu indera yang lain keindahan adalah keadaan dimana indera kita mampu merapalnya. Indah bagi indera kita adalah dimana indera kita pernah teragitasi oleh keadaan yang juga indah sebelumnya. Sehingga indera kita akan dapat mengartikulir kondisi itu menjadi kondisi yang indah dan menterjemahkannya sebagai keindahan.

”Sesuatu yang fenomenal atau sebuah tirai yang transparan yang memancarkan kesempurnaan”. Allamah Muhammad Taqi Ja’fari.ra mendefiniskan keindahan dalam tulisannya yang berjudul Zibâi wa Hunar az Didgâh-e Islâm, beliau menyebutkan sebenarnya di dalam diri manusia itu telah menyimpan cetak biru suatu kondisi yang disebut keindahan, sehingga ketika di alam dunia ini indera itu menemukan kondisi dimana hal itu sesuai dengan cetak biru yang ada di dalam dirinya maka keserasian itulah yang menghadirkan keindahan essensinya.

Alquran menyebutkan, mendefinisikan, mengejawantahkan keindahan dengan akurat, bahkan Alquran membawa keindahan itu sendiri sebagai sampulnya, mencelup tiap lembarnya dengan keindahan, dan memutlakkan setiap lafadznya dengan keindahan dari Yang Maha Indah.Alquran juga mengabarkan keindahan yang sebelumnya tak terjamah oleh indera manusia, mendefinisikannya, mengepistemologiskannya, mengontologikannya dalam prinsip prinsip estetika yang terbingkai juga dalam keindahan. Dalam arti luas Alquran bukan hanya sebuah symbol keindahan, namun juga hakekat dari keindahan itu sendiri. Sandaran berfikir dan batasan mengeksplorasi keindahan. Seperti contoh ayat ini;

“Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?” (Al-Qaf :6)

Berfikirah, maka keindahan itu akan mengagitasi indera dengan cara yang sebelumnya tak terfikirkan, dan banyak lagi ayat-ayat yang berserakan didalam Alquran yang memberikan batasan baru tentang keindahan.
Dalam memudahkan keragka berfikir ini Alquran menentukan asas sebagai peleburan dalam indera yang kemudian dinyatakan dalam karya seni;

Asas keindahan yang memiliki tujuan : Kita tidak bisa mendefinisikan keindahan dan tujuan hanya dalam batasan batasan materi dan hanya karya seni. Sebagai contoh, kisah kisah dalam alQuran adalah salah satu dari keindahan yang terkandung dalam ceritanya. Kandungan kisah ini terangkum agung dalam untaian untaian indah, maksud dari kisah ini bukanlah dari sisi tutur bahasa dan seninya atau karena judulnya indah dan menarik akan tetapi, maksud dan tujuan asli dari kisah ini adalah pemberian petunjuk untuk umat manusia dan penekanan terhadap kekuatan dan kuasa Allah yang tidak terbatas.

Asas Keindahan yang selaras dan seimbang: Aturan penciptaan berasaskan rekonstruksi yang teliti dan teratur, kita dapat merangkum  poin ini dalam ayat berikut,

”Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”(Al qamar :49)

Asas Keindahan dalam Pengaturan yang tertib dan indah: Salah satu tanda-tanda yang penting adalah teratur tertib, dan tertata yang sedemikian rupa disebutkan dalam al-Quran pada ayat yang berbeda-beda,

”Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, serta Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”(Al hijr :19)

“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.” (Zumar : 20)

Asas keindahan dalam Keragaman dan pertentangan: Dalam esensi keesaan hanya satu Hakim (Pengatur Yang Bijaksana) yang mengatur hamparan luas alam ini. Begitu juga keragaman aneka jenis yang menakjubkan adalah Sang Bijak yang terdapat dalam beberapa jenis seperti, benda-benda mati, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia serta terdapat pada:

“Di atas bumi kita berpijak benda benda berdampingan satu sama lain, namun satu sama lain beda jenis misal dalam sebuah perkebunan terdapat: anggur, pertanian dan kurma (terdapat pohon-pohon buah yang beraneka ragam) yang mana terkadang tumbuh dalam satu batang terkadang pula tumbuh dalam dua batang (lebih mengherankan) dan mereka semua mengkomsumsi dari satu air. Walhasil, sebagian dari mereka dari sisi berbuah dari lainnya memberikan buah yang bagus dan ini semua (kejadian alam) untuk sekelompok orang yang berakal yang menggunakan akalnya.”(Ar ra’d :4)

Yang terakhir adalah asas yang menutup segala kemungkinan bagi Alquran sebagai produk kecacatan, yaitu asas Penghiasan, pembagusan, pengindahan dari segala macam cacat: penghiasan dari cacat adalah salah satu ayat ayat penciptaan Ilahi. Poin yang mana dalam al-Quran surat al-Mulk disebutkan ketika memperhatikan keindahan langit,

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Lihatlah sekali lagi, apakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”(Al Mulk :3)

Maka dengan itu Keindahan adalah hal mutlak yang diturunkan di dalam Alquran, Keindahan juga bersemayam di dalam jiwa tiap insan, hanya saja tak jarang jiwa-jiwa itu menutupnya, sehingga segel keindahan itu tercemari.

Tak ayal Keindahan itu merasuki hati Umar, seorang pemuka kejahiliyahan diawal awal masa keislaman. suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:

“Hendak kemana engkau ya Umar ?”,
“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.

Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-Quran.

Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :

“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”,
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.

Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:

“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”

Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.

Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca : Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”

Kemudian beliau terus membaca :
Hingga ayat :

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaha : 14)

Beliau berkata :
“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.

Begitulah Keindahan, hanya hati yang masih terbungkus dengan keindahanlah yang mampu menafsirkan keindahan dengan inderanya.

6 komentar:

  1. Pertama berkunjung nih Mas, blog nya bagus, sederhana, tapi tulisan di dalamnya nggak sederhana loh, luar biasa....:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih udah berkunjung, yang sederhana itu biasanya bertenaga mbak....

      Hapus
  2. sesungguh saya kita selalu mengsyukuri segala nikmat pemberian ALLAH, baik dalam suka maupun duka, maka semua yang ada di Bumi ALLAH akan terlihat begitu indah...,
    salam hangat dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju sekali dengan pak hariyanto,salam hungat juga dari bandar lampung pak

      Hapus
  3. ikibtulisannya dalem banget mase,,,, hehe... salam dari bekasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. terllau serius ya? biasanya bikin tulisan ringan ajah, kok ga tau ini terlalu serius.... salam juga dari bumi rua jurai

      Hapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.