Kentut Di Masjid



Entah ada angin apa jumat siang itu aku memutuskan istirahat lebih awal, sambil menikmati sepoi angin di wajah kubawa motor tua ini melaju ke rumah. Sudah terbayang wajah anak-anak dan istri yang kebetulan sedang kurang enak badan. Tiga puluh menit berlalu dan gerbang pintu pagar sudah terlihat, berhamburan suara anak-anak memanggil bapaknya yang memang tak biasa pulang secepat tu tuk istirahat siang.

Hari ini jum’at, walau bukan muslim yang taat ibadah jum’at ini adalah ibadah wajib yang ditanamkan bapakku dulu. Dan aku tak mau mendapat murka kalau harus melawan nasehat itu. Murka bapakku bisa luar biasa ganas kalau sampai aku meninggalkan salah satu ibadah wajib ini yaitu shalat jum’at. Begitu pun anakku, dia sudah tahu kalau jum’at ke masjid. Walau umurnya belum menginjak tujuh tahun tapi syukurnya dia sudah memahami kewajiban ini. Namun aku juga masih ragu dan bertanya tanya benarkah dia tahu kewajibannya atau bahagia di masjid ada banyak temannya untuk bermain. Tak masalah yang pasti dia jadi tahu arah jalan ke masjid agar kelak dia tak tersesat meniti jalan ke masjid.

Tiga puluh menit sebelum adzan dhuhur berkumandang, jagoanku ini telah merengek tuk segera jalan ke masjid. Itung-itung nyari pahala lebih kuturuti saja permintaannya, karena bahagianya alasanku berjalan kaki saja ke masjid diturutinya dengan gembira, padahal jalan dari rumah ke masjid tergolong jauh. Mungkin dia sudah janjian dengan teman mainnya di masjid. Sebelum itu kutawari dulu dia untuk mengeluarkan hajatnya, pipis atau BAB agar supaya nanti ketika khusyu’ di dalam masjid dia tak merengek minta ke kamar kecil. namun dia merasa belum menerima panggilan alam itu jadi ya berangkat kami berdua ke masjid.

Adzan telah berkumandang, setiap gerakanku shalat sunnah diikutinya, dan ternyata tebakanku dia janjian dengan teman mainnya tak terbukti. Dia tak bermain sama sekali, khusyu’ duduk dismapingku sambil sesekali hampir tertidur dan doyong. Khotbah jum’at memperdengarkan seorang ulama yang berkhotbah dengan berapi-api membuat kedua mataku tak terpejam seperti baisanya. Topiknya menarik, suaranya menghentak sama sekali tak disangka bahwa khitbah ini keluar dari sosok yang sudah begitu sepuh. Rambutnya sudah memutih rata, kulitnya sudah begitu keriput, namun suaranya menggelegar dan berapi-api. Enyahlah setan dari mataku.

Tak ada tanda-tanda gelisah dari wajah jagoanku, namun yang aneh di dalam masjid yang jendelanya lebar-lebar itu, keringat segede jagung bertebaran di sekujur dahi dan lehernya. Ada apakah gerangan? Sakitkah? Atau gelisah ingin bermain kah?Tak ada keluhan yang keluar dari mulutnya, dia hanya duduk namun terlihat gusar.

Shalat pun dimulai berbarengan dengan iqomah yang selesai diperdengarkan, aku pensaran dengan kegusarannya namun tak berani kutanyakan sebabnya. Rakaat kedau tanda shalat jumat ini akan segera selsai tiba-tiba hidungku mencium aroma tak sedap. Aku yakin itu adalah aroma kentut, namun dari jamaah yang mana? Masjid ini berisi lebih dari lima puluhan jamaah yang sedang shalat jum’at. Tak urung itu menghilangkan konsentrasiku ngobrol dengan Tuhan, ketika berkali kali aroma itu muncul kembali. Seperti kentut yang berkesinambungan, parahnya setiap kali aroma itu tercium setiap kali juga bertambah level menyengatnya. Kali ini berhasil membuat kepalaku sedikit pusing.

Dalam perjalanan pulang itulah terkuak bahwa pembuat aroma tak sedap di dalam masjid tadi adalah jagoanku yang sedang menahan panggilan alamnya. Terjawan sudah kegelisahannya dan keringat segede jagung di dahinya itu. Entah bagaimana reaksi jamaah lain yang dekat dengannya tadi. Ku yakin mereka juga merasakan pusing yang sama akan aroma itu, namun tak ada satupun yang bereaksi.

Setidaknya ada satu hikmah yang bisa kuambil, jangan menunda-nunda suatu hal. Apalagi panggilan alam bisa merusak seluruh kegiatan di kemudian waktu. Eh ketika sampai rumah jagoanku malah hilang kebeletnya. Strategi syetan mengalihkan kekhusyukanku ternyata banyak yang berhasil, kali ini lewat anakku sendiri.

gambar diambil dari sini

6 komentar:

  1. hihihi.. jd mbayangin respon org2 dimesjid. Pasti pd ga konsen sholatnya.. Smoga ga terulang lg ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe..... yang pasti hidungnya pada kembang kempis semua

      Hapus
  2. Untung aja bukan baris depan, kan imamnya bisa terganggu juga... salam untuk jagoan kecilnya yah mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya yah, coba kalau baris depan.. bisa kalang kabut imamnya. makasih mas, nati disalamin insyaAllah

      Hapus
  3. volume kipas angin di masjidnya kegedean kali pak... hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. untungnya ga ada kipas angin di masjid itu

      Hapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.