Life Delayed


“Perhatian....Perhatian, penumpang pesawat Garuda Indonesia jurusan Balikpapan Delay hingga pukul 16.45. Terima kasih.”

Bila Saya ada di sebuah ruang tunggu bandara, siap menuju tujuan dengan sebuah tiket di tangan kemudian mendengar pengumuman dari pengeras suara. Memberitahukan bahwa pesawat saya tidak bisa take off sesuai dengan jadwal yang ditentukan, dan terjadi delay beberapa saat. Tentu muka saya akan berkerut, tentu saya akan kecewa. Jika saya seorang konsumen maka saya akan mendatangi loket dan melakukan komplain, jika saya seorang pelanggan maka saya akan pastikan tidak akan memilih maskapai yang sama untuk perjalanan berikutnya.

Kondisi dimana perjalanan tertunda adalah kondisi yang tidak menyenangkan, dimana rata-rata bandara dinegeri ini tidak mengizinkan calon penumpang yang hendak melakukan perjalanan dan terkena delay untuk kembali keluar area bandara yang mana kondisi ini saa juga dengan kondisi seorang tahanan yang berada di dalam penjara. Kebebasan yang tersekat, kenikmatan yang dibatasi, keinginan yang dikurangi. Ini penjara bagi orang bebas walau delay terkadang hanya berlaku beberapa jam, berbeda dengan penjara yang diberlakukan terkadang bertahun-tahun. 

Dalam kondisi delay ini tak jarang seseorang mengeluarkan inisiatip terkreatifnya untuk membunuh kejenuhan. Memainkan game yang ada di smart phonenya, menghidupkan notebook yang kebetulan dibawanya, atau menghidupkan walkman yang memag telah disiakannya. Yang pasti gadget apapunyang dibawanya akan sangat berguna dalam menghabiskan waktu. Tak terkecuali bagi yang hoby membaca yang akan menghabiskan berlembar lembar novel yang dibacanya atau sekedar membolak-balik sekali lagi surat kabar yang sedari tadi di jadikan alas duduknya.

Atau bahkan ada yang mengindahkan tatanan ego untuk agar terlihat berada, melantai dengan alas seadanya, tidur di pojokan ruangan atau dibelakang kursi bandara, semuanya menjadi kreatif hanya karena kondisi delay, dan tak memiliki kuasa untuk mengubah kondisi tersebut. Kondisi yang hanya bisa diubah oleh otorisasi bandara atau administrasi maskapai terkait, konsumen hanyalah kerbau yang dicocok hidungnya. Mau batalin tiket sayang, dan tujuan sudah terjadwal. Mau lanjut ya siap-siap duduk menunggu sambil menunggu kebosanan hilang.

Delay sebuah perjalanan yang tak sesuai dengan jadwal yang ada membuatku berfikir, tentang apa sebenarnya yang kujalani dalam hidup ini. Bagi Tuhan kehidupan itu sudah pasti tiap umur ada takarannya, tiap makhluk memiliki batas watunya masing-masing. Bagi makhluk itu sendiri waktu itu sangat absurd, tak ada yang pernah tahu kapan mulainya dan dimana ujungnya. Waktu adalah seperti busur panah, dan makhluk yang ada didalam waktu bagai anak panah itu sendiri, ketika ruh ditiupkan laksana busur panah yang melepas anak panah ke sasaran yang telah tepat dan pasti, hanya saja kapan sampaianya anak panah itu pada tujuan yang dimaksud taka da satupun makhluk yang mengetahuinya kecuali Tuhan. Saat-saat dimana anak panak ini meluncur dari busurnya dan hendak mencapai tujuan inilah delay waktu yang ditetapkan Tuhan bagi tiap makhluk.

Ketika terdengar pengumuman akan kapan delay akan berakhir, sejatinya tidak ada yang tahu kapan delay itu akan berakhir. Kita hanya tahu kapan delay itu berakhir ketika kita sudah tiba ditujuan, bahkan ketika kita memasuki pesawat bisa jadi trafic menyebabkan delay kembali di dalam pesawat. Noone knows, hanya ketika kaki menginjakkan di tujuanlah delay itu sejatinya berakhir.

Ketika mahluk telah sampai tujuanlah sejatinya delay itu akan berakhir, sebelum itu terjadi terkadang ada beberapa pengumuman akan berakhirnya tujuan. Hanya saja taks etiap makhluk memeprhatikan pengumuman itu dikumandangkan. Taks emua manusia mendengar dan memperhatikan pengumuman-pengumuman yang berserakan di gendang telinganya, di hadapan matanya atau bahkan bersemayam di dalam hatinya. Hingga delay itu berakhir dan setiap manusia telah sampai tujuan dan akhirnya menyesal tak memperhatikan pengumuman itu dengan seksama.

Pengumuman mbak-mbak pramugari tentang delay tadi sungguh mengingatkan saya dengan ayat ini.

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al 'Araf : 179)

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.