http://tx.english-ch.com/ |
Begitulah bapakku memulai hari, di dalam setiap hari hidupnya. Setidaknya sejak aku ada didunia ini dan tak lagi bertanya-tanya sedang apa dia di pagi buta begini. Bapakku bukanlah seorang ustadz, bahkan sekarang pun bacaan qurannya masih terbata-bata. Bapakku juga bukan ulama, tanya saja apa itu fiqh dia akan menggeleng kebingungan.
Bapakku hanya seorang ayah dari lelaki yang sedang menuliskan memory tentangnya kini. Seorang ayah yang selalu terbangun sebelum adzan subuh berkumandang dan tak lupa selalu mengusapkan telapak tangannya yang basah akan wudhu’ di wajahku tatkala mimpi sedang membelaiku. Seorang ayah yang begitu berharap putra sulungnya dapat mengikuti jejaknya. Seorang ayah yang selalu memapah putra sulungnya dalam tidur untuk dibawanya ke surau terdekat.
Begitulah perkenalanku dengan shalat subuh yang bagi sebagian muslim adalah waktu shalat terberat yang harus ditunaikan. Perkenalan yang dilakukan terus menerus dan tanpa lelah, adegan yang terulangs epanjang hari hingga aku bisa membuka mataku sendiri, berjalan ke kamar mandi dan menjejakkan kakiku ke surau yangs ama yang didatangi bapakku.
Bapakku mengenalkan waktu subuh kepadaku dengan cara yang mungkin tak semua ayah melakukannya. Menggendongku dalam keadaan tidur, memakaikan sarung dan peci dan membawaku ke surau tempat kami berjamaah. Kemudian dibiarkannya aku memandangi nanar orang-orang yang sedang khusyuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Bapakku tak memaksaku untuk shalat pada awalnya, dia hanya ingin membuatku terjaga hingga matahari menjelang.
Setelah semua urusan dengan Tuhan dia selesaikan, rutinitas yang selalu kuingat adalah dia akan menggamit tanganku, menyusuri jalan setapak dari surau hingga rumah kami. Asyiknya kami sering menyusuri jalan yang berbeda setiap harinya, semakin jauh semakin menyenangkan. Matahari berkejaran dengan tawa riangku, hawa dingin semakin menghilang diantara gelak ceriaku. Bapakku hanya ayah biasa, tak banyak kata dalam berbicara namun tak pernah jemu member arti. Dia hampir tak mengajariku sesuatu sepanjang hidupnya, namun bapakku mencontohkan bagaimana menjadi pengajar sepanjang hidupku.
Tugas terberatku sekarang adalah menirunya, namun perkara meniru ini adalah perkara yang teramat susahnya. Waktu subuh masih menjadi musuh terberatku, sedangkan aku memiliki seorang jagoan yang harus kudidik lebih baik dari bapakku mendidikku dulu. Itulah tanggung jawabku sebagai bapaknya, dan itu pulalah kewajibanku sebagai mentornya. Semoga Allah membantuku..!
smg bapakx panjang umur dan berberkah.., salam kenal Pak *smile
BalasHapusbangga banget dengan sosok bapa nya :)
BalasHapusbapa saya sudah 18 tahun meninggal dunia.. semoga anda menjada bapa yang baik..
BalasHapusAssalamu'alaikum ...
BalasHapusteladan adalah guru terbaik, mas.
Salam takzim untuk Bapak, ya
bapak saya dulu waktu masih hidup 5 waktu di Mesjid saya belum seperduanya saat ini MAs
BalasHapus@Rohis Facebook aaaamiin..... salam kenal juga mas
BalasHapus@vina devina i proud of him for my entire life... yes that's true
BalasHapus@Mizz Aiza (Dunia Kecil) semoga Allah menerima semua amal kebaikan beliau bu.. aaaamiin
BalasHapus@annie waalaikumussalam. benars ekali mbak.. teladan adalah guru terbaik... saya sampaikan salamnya insyaALlah
BalasHapus@munir ardi iya pak ya, pekerjaan menirunya itu adalah pekerjaan paling susah...
BalasHapus