Berikan Walau Hanya Senyuman

http://www.californiafamilyfitness.com
Pertandingan futsal antar instansi Eselon I semalam menyisakan banyak cerita, ditengah euphoria kegembiraan karena berhasil menaklukkan tim-tim berat ada banyak cerita-cerita yang terserak. Memperingati Hari keuangan yang akan jatuh pada tanggal 30 Oktober kami disuguhi pertandingan olahraga antar instansi eselon I yang ada di Lingkungan Keuangan. Pertandingan-pertandingan olahraga itu hanya salah satu kegiatan dalam menyemarakkan Hari Keuangan nanti. Kebetulan memang Futsal adalah kegemaranku, sehingga para panitia menunjukkan sebagai manager tim futsal kantor kami.

Pertandingan semalam adalah pertandingan pembukaan dimana semoa pemain sedang dalam kondisi tegang dan grogi, hingga terkadang friksi kecil bisa jadi penyulut ketegangan. Tak bisa dielakkan memang kejadian semalam berawal hanya dari perang kata-kata yang akhirnya membuat para supporter tegang. Namun syukurlah semua dapat diselesaikand engan tenang dan kedewasaan. Memang dalam pertandingan olahraga begini ketegangan hampir selalu mewarnai, dibutuhkan kedewasaan dan kelegowoan untuk agar ketegangan tidak berlanjut.

Diantara banyak kejadian yang kurasakan semalam selain luka-luka yang kudapat disiku dan lutut, ada kejadian dimana hingga pagi ini masih kuingat. Ketika semua peralatan yang kubawa berhasil kumasukkan ke bagasi kendaraan, ku pikir tak ada lagi yang ketinggalan. Namun perkiraanku salah, ketika kendaraan sudah sampai dihalam rumah, ketika hendak kuturunkan semua peralatan futsal yang paling penting justru tertinggal, Sepatu futsalku. Ntuh sepatu harganya emang ga terlalu mahal, namun untuk urusan sepatu aku memang pemilih. Sepatuku harus beda dengan yang lain, hanya itu saja syaratnya, tak perlu mahal. Sepatuku udah butut namun pengorbanan mendapatkan sepatu unik itu sangat menguras keringat dulu.

Puma turf trainer v1.10 warna merah, sepatu futsal yang hanya bsia digunakan dirumput sintetis itu tak ada satupun yang memilikinya, itulah yg membuat sepatu itu unik. Bahkan mungkin untuk ukuran diluar Jakarta sepatu itu sangat sulit didapatkan. Dan aku mendapatkannya dengan harga murah dan dalam kondisi bekas pakai. Sepatu itu kulupakan di lapangan futsal yang ketika kutinggalkan amsih banyak orang lain yangs edang bermain dilapangan berbeda.

Kecil kemungkinan sepatu itu masih ada ditempat ketika kucoba untuk menelusuri lagi. Namun karena sudah sampe dirumah ada kemalasan untuk kembali menelusuri kelapangan futsal. Jadi istriku hanya bilang “kalau memang sepatu itu masih rezekimu, insyaALlah balik.” Agak tenang malam itu mendengar nasehat istriku. Namun tetap saja sebelum tidur yang terbayang adalah sepatu kesayangan itu.

Namanya pak ahmad, dialah penjaga lapangan futsal yang bisa kami maenkan. Dia hanyalah pekerja dari pemilik lapangan futsal itu, entah berapa penghasilannya sehari, tak pernah hal tersebut menjadi topic pembicaraan kami. Yang pasti setiap kali kami ngobrol sebatang rokok tak pernah lepas dari bibir hitamnya. Yang berarti penghasilannya masih sangat cukup untuk membeli sebungkus rokok, biarlah itu menjadi masalahnya. Pak ahmad sangat cocok diberi tugas sebagai penjaga lapangan, pawakannya garang, kumisnya tebal, bicaranya tegas dan tatapannya tajam. Tak jarang dia membentak anak-anak tanggung yang iseng hanya duduk duduk diatas motor para pelangga lapangan futsalnya yang sedang diparkir. Menghardiknya suapaya menjauh, tak sudi dia disalahkan gara-gara laporan motor pelangga yang hilang, atau bahkan rusak karena kejailan anak-anak tanggung itu.

Pagi ini pak ahmad menghubungi nomor HPku dan berujar “mas, sepatu futsalnya ketinggalan ya di lapangan semalam?” mendengar itu wajahku langsung sumringah, tawaku lebar, kupuji-puji pak ahmad. “hamper dibawa orang mas sepatunya, diakui sepatu mereka, aku sudah hapal sepatu itu punya siapa, jadi tak simpen.” Ujarnya dengan nada kasar yang khas dari bibirnya. Aku sungguh berterima kasih, sepatu kesayanganku tak jadi hilang. Pak ahmad pahlawanku pagi ini, moodku kembali dengan segera.

Setelah telephon dari pak ahmad ditutup, wajah gembiraku tak dapat kusembunyikan namun kemudian aku merenung. Diantara banyak sekali pelanggan lapangan futsal itu. Pak ahmad begitu perhatian padaku apakah gerangan jasaku hingga beliau begitu baik? Kuusik memoryku, akupun tak begitu dekat dengan pak ahmad, tak ada materi  yang bernilai besar yang pernah kuberikan padanya.

Mungkin karena aku sering duduk ngobrol bersamanya, mengetahui letak rumahnya, atau mungkin karena seringnya dia kuanjurkan tuk berhenti saja merokoknya. Atau mungkin hanya karena setiap bertemu kusapa dia, atau mungkin karena aku tak pernah protes walaupun kadang jatah lapanganku ditukar olehnya. Aku tak tahu bagian mana yang membuat pak ahmad memberikan kebaikannya padaku. Namun yang selalu kuingat dari nasehat bapakku adalah, “nak, kebaikan sekecil apapun yang kau berikan kepada sesamamu, itu adalah kebaikan yang kamu tanamkan untuk dirimu sendiri!”

Tak akan pernah rugi memberikan kebaikan sekecil apapun kepada orang lain, karena semua akan kembali kepada diri kita masing masing. Bahkan walaupun itu hanya sebuah senyuman kepada orang yang tak pernah kita kenal, walaupun itu hanya sebuah sapaan ‘hai’ kepada orang-orang disekelilingmu. Tidak pun berat melaksanakannya, namun sayang sekali di jaman ini, hal tersebut sudah sangatlah langka. Sayang sekali….

2 komentar:

  1. Iya saya juga percaya bahwa tiap kebaikan walau sebesar biji zarah pun akan dibalas, bahkan bisa berpuluh kali lipat oleh Allah ya mas :)

    BalasHapus
  2. @Anggi Agistia kepercayaan adalah modal yang sangat berharga

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.