Bersyukur Selalu

http://static.liputan6.com
Mendengar bunyi alarm jam weker di pagi hari, berarti Allah masih mengijinkanku hidup hari ini. Melihat istriku ngomel karena aku terbangun kesiangan, berarti aku masih punya istri. Mencium aroma masakan dari dapur, berarti aku masih diberi rezeki untuk makan. Melihat mendung yang semakin menghitam, berarti aku masih diberi rumah tempat berteduh. Berhimpit-himpitan di tengah kemacetan jalan, berarti aku masih diberi kemampuan untuk memiliki kendaaraan. Mengejar absen pagi hingga terburu-buru, berarti aku amsih diberi kesempatan untuk mencari penghidupan.

Kota ini diselimuti mendung, matahari enggan menampakkan diri. Semilir angin membawa dingin menusuk tulang, tak ada kehangatan di pagi ini. Suasana sendu membawa ingatanku menelisik masa lalu. Ketika masih berseragam putih merah, seragam wajib bagi para penuntut ilmu di Sembilan tahun pertama masa pendidikan yang dicanangkan di negeri ini.

Kala itu pagi semendung ini, bahkan rintik hujan sudah mulai datang. Langit tak sanggup lagi menahan gemuruh hujan setelah semalam hawa pengap menyeruak. Rumah dan bangunan sekolahku berjarak tak lebih dari 500 meter namun jalanan setapak yang harus kulalui adalah tanah merah yang lengket, dan akan semakin lengket tatkala hujan mengguyurnya. Menjadikan jalanan setapak itu tak ubahnya pematang sawah yang telah dibajak.

Hujan semakin deras, tak menyulutkan niatanku tuk memasuki ruang kelas. Kugendong tas sekolah kecilku yang menggantung miring di pinggang, kutenteng sepatu agar tak terpercik lumpur. Karena itulah satu-satunya sepatu sekolah yang kumiliki tak ingin ku terlihat kusam dan basah di hadapan para guru dan teman-temanku. Ku berlari kencang menerobos hujan, sambil sesekali menyeka rambut basah yang berulang kali menutup mataku. Semakin kencang lariku bersamaan dengan semakin hebatnya air menghantam mukaku, tak lagi kuhiraukan jalan setapak yang penuh lumpur dan kerikil-kerikil tajam menusuk tapak kaki. Hingga menjelang pintu gerbang sekolah, sebuah pintu gerbang hitam yang hanya berdiri tanpa penyangga, sebuah pintu gerbang sederhana yang terbuat dari anyaman kayu lapuk dan potongan bambu.

Ibu guru wali kelas menghampiriku, dengan kasih saying beliau menempelkan telapak tangannya di wajahku sambil kemudian membasuh sisa-sisa air hujan yang menggenang di wajahku. Ibu guru yang selalu kuhormati karena kelembutan dan kesabarannya membersamai dalam tugas belajar. Membantu melepaskan tas kumalku dan menurunkan sepatu yangs edari tadi kujinjing sambil menggigil.

“Nak, sepatumu bersih dan tak basah namun bagian belakang bajumu penuh dengan lumpur.” Tanpa kusadari, ketika ku berlari kencang lumpur yang ada di kaki langsung meloncat kearah baju bagian belakangku. Membuat hampir seluruh baju bagian belakangku sebagai spatbor penampung lumpur. Maksud hati ingin terlihat bersih ketika masuk kelas, menjinjing sepatu dan menggapit tas sekolah, justru bajuku kini yang terlihat paling kotor.

Mengingat betapa kotornya bajuku, berarti aku masih diberi kaki untuk berlari. Mengingat masa lalu, berarti aku masih diberi waktu untuk merenung dan mengambil hikmah. Tak ada hal yang tak dapat disyukuri, sebuah kejadian akan membuat kita bersyukur ketika kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran tentangnya. Mampu menulis dengan sederhana, berarti aku masih diberi imajinasi untuk membaginya kepada sesama.

14 komentar:

  1. Mengingat betapa kotornya bajuku, berarti aku masih diberi kaki untuk berlari... menarik sekali.. berbagi cerita sederhana namun penuh kenangan..

    BalasHapus
  2. bersyukur itu perlu agar kita sebagai manusia tidak mudah merasa sombong, meski kadang kita merasa apa yang kita punya tak lebih baik dari milik orang lain, tapi apalah artinya itu jika ada yang Maha segalanya :)

    BalasHapus
  3. semua hal memang harus disyukuri mas, setiap apa yang kita miliki, apa yang kita jalani, apa yang telah dilewati, semuanya adalah sebuah pemberian yang indah dari sang khalik...

    BalasHapus
  4. malah rasanya jadi kangen sama jaman sd mas

    BalasHapus
  5. @Irwan Sukma semoga menjadi manfaat bagi saya mas, terima kasih telah sudi mampir

    BalasHapus
  6. @f4dLy :) terima kasih telah sudi berkunjung mas fadly

    BalasHapus
  7. nek mbayangke jaman cilik biyen pancen nyenengke yo mas...

    BalasHapus
  8. bener mas apapun yg kita dapat harus selalu disyukuri
    jd inget SD kalau saya sepatunya dibungku plastik biar gak kotor kena tanah belok :P

    BalasHapus
  9. @Corat - Coret [Ria Nugroho] haha.. kenangan masa kecil itu selalu indah tuk dikenang ya bu?

    BalasHapus
  10. Kenangan memberikan begitu banyak detil kehidupan yang bergolak ke dalam adegan-adegannya, sehingga sensasi bersentuhan dengan imajinasi menjadi luar biasa.

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.