Polisi [yang tak] Tidur

pepperfrankenstein.blogspot.com
Awalnya dulu saya dan istri pesimis bapak polisi dengan rompi hijau terang itu akan tetap berdiri tepat di jalan yang memang biang kemacetan ini. Dua atau tiga hari lagi pasti udah ga ada nih bapak, ngeliat keruwetan jalan yang jadi sumber macet ini. Ditambah para pedagang pasar yang semakin hari semakin meluap ke badan jalan, ditambah para tukang ojek yang seenaknya memarkir motornya meski telah ditertibkan oleh satpol PP berkali kali. Hanya seorang petugas polisi untuk menjaga jalur ini, tentu saja bukan hanya saya yang akan memandang pesimis, saya yakin para pengguna jalan yang lain yang tak bisa menghindar dari jalur ini untuk rutinitasnya akan berpikiran sama dengan saya.

Jalur ini sebenarnya sederhana, pada pagi hingga sore hari hanya diberlakukan oneway, jalan dari arah kota di berhentikan, untuk memberikan kesempatan bagi para pekerja kantor yang hendak kekota agar tak terkena macet. Terdapat tanda rambu besar di ujung jalan ini “Tidak boleh lewat mulai 06.00 – 18.00 WIB kecuali motor”, namun tetap saja ada beberapa kendaraan roda empat yang selalu menerobos rambu lalu lintas. Hingga pada suatu hari ada seorang petugas polisi dengan rompi hijau terangnya, memberhentikan setiap kendaraan roda empat yang coba melanggar rambu itu pada jam yang telah ditentukan.

Bapak polisi ini berwajah tegas, kumis tipis diatas bibirnya melintang memberikan kesan wibawa. Tangan kirinya selalu menggenggam sebuah Handy Talky, sambil sesekali mendekatkan ke ujung bibirnya. Empat puluh lima tahunan kuperkirakan usianya, masih sedikit lebih muda dari usia bapakku, namun parasnya terlihat sedikit lebih tua mungkin jalanan telah mengikis kegantengannya. Hamper tak ada senyum ketika pertama kali dia ku klakson sebagai tanda penghormatanku atas pengabdiannya kepada para pengguna jalan.

Telah beberapa minggu ini jalanan yang biasa kulewati itu tak pernah kutemui kemacetan berarti, pagi ini sumpah serapahku dulu yang pesimis bahwa bapak polisi ini tak akan bertahan selama dua atau tiga hari terpatahkan. Telah hamper dua bulan si bapak polisi ini selalu ada di jalur ini, dan selama itu pula hampir tiap hari masih kutemui para pengendara kendaraan roda empat mencoba melanggar rambu pada jam yang telah ditentukan. Selama itu pula bapak polisi ini teguh menghalau para pengguna jalan dan hasilnya setiap hari tak pernah lagi ku terlambat absen masuk kantor.

Ternyata bukan hanya diriku yang memperhatikan pengabdian bapak polisi ini, istriku juga tertarik dengan petugas polisi yang satu ini dalam mengatur lalu lintas. Disaat banyak petugas polisi lalu lintas yang hanya berdiri mematung di pinggir jalan, cuek dan tak peduli dengan keadaan lalu lintas yang ada di hadapannya, hanya menerima perintah dari atasan untuk menjaga dan menertibkan namun tak memiliki jiwa pengabdian. Bapak polisi satu ini adalah pengecualian, ditambah analisis istri yang bercerita setelah melihat hampir tiap hari yang dilakukan bapak polisis ini.

Seandainya bapak polisi itu mau curang, mau korup, maka tinggal ditulis surat tilang. Seperti cerita cerita lama, bisa juga bapak polisi itu menegosiasikan “uang wani piro” nya di tempat. Mungkin setidaknya aka nada tambahan penghasilan bagi keluarganya, bila sehari ada lima mobil yang ditilang maka cerita lama itu akan memberikan penghasilan yang lebih dari cukup bagi keluarganya untuk makan daging setiap hari. Namun menurut penuturan istriku si bapak ini hanya menghalau setiap mobil yang hendak melanggar rambu, mempersilahkan balik arah agar tidak terjadi kemacetan. Semakin saya dibuat hormat atas pilihannya itu, diantara sekian banyak petugas setidaknya ada satu yang menunjukkan dedikasi tinggi akan memberikan citra positif terhadap keseluruhan instansi.

Ditengah semakin hancurnya citra kepolisian di mata masyarakat, pribadi-pribadi yang ditunjukkan oleh bapak polisi itu adalahs eperti mata air di tengah tandusnya sahara. Harapan itu masih ada bagi negeri ini, masih akan kita temyui banyaks ekali mata air-mata air yang akan menggenangi sahara. Mari selalu optimis…..!

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.