Puing-puing De La Pinggan

probohindarto.wordpress.com
Puing-puing kejayaan warung De la pinggan masih terlihat di bekas bekas tiang penyangga yang kini telah beralih fungsi menjadi warung kelontongan. Sebagian besar perkakasnya tersimpan rapi di dalam sebuah ruangan kamar kosong, tertutupi kain putih yang dulu menjadi sekat pembatas antara bagian dalam warung dan bagian luar. Diatasnya debu tebal menyelimuti, diselingi rumah laba-laba yang juga tak kalah rapat.

De la pinggan, nama ini dulu kudapat dari usul seorang rekan di dunia maya. Keinginan untuk membuka bisnis makanan begitu menggebu, karena kecintaanku akan kuliner. Dengan tema Café lesehan yang santai dan dengan kuliner ringan manis dan gurih telah terbayang. Menu telah disusun, harga telah diteliti dan di seleksi, segmen telah disepakati. De la pinggan yang merupakan kepanjangan dari Duduk Enak Lesehan Pinggir Jalan akhirnya disematkan di pintu masuk Café lesehan sederhana itu. Beberapa bagian benar benar lesehan diatas bentangan karpet abu-abu dan beberapa meja jepang berbentuk persegi ditempatkan berjajar. Sebagian lagi adalah kursi duduk pendek untuk lokasi yang dihiasi sebuah televisi 21 inchi.

Dan diujung warung sebuah etalase yang memisahkan ruang dapur dan ruang saji. Etalase seluas 1 meter kali tiga meter dengan tinggi dua meter megah menjulang dengan lampu terang. Batas akhir dimana para konsumen dan pelanggan mampu melihat bagaimana menu disajikan. Dan percayalah semua itu hanya berdasar skill yang diturunkan ibuku dan beberapa tehnik yang dipelajari dari hoby nonton mastercheff ataupun hell’s kitchen.

Menu yang disajikan De la pinggan tergolong ringan karena tidak ada satupun menu yang mengenyangkan, intinya tema yang diusung adalah sebuah tempat dimana pengunjung bisa hang out dengan teman, pacar, atau bahkan keluarga. Pisang bakar coklat/keju, Cheese Beef burger, omelet Mozarella dan sandwich. Dengan varian minuman yang juga beragam mulai dari Black Coffee, Cappuchino, Avocado Juice, Lemon Juice, Ice Lemon Tea tak lupa yang selalu diminta para bapak ketika malam semakin larut STMJ (susu telor madu jahe) dan Bandreg. Minuman yang wajib ada ketika malam menjelang. untuk menu ini pernah saya singgung di postingan yang ini

De la pinggan mulai buka ketika adzan maghrib selesai berkumandang dan segera menutup dagangannya sekitar pukul 2 dinihari, sebenarnya banyaks ekali permintaan agar de la pinggan tetap buka hingga waktu sarapan karena menu sandwich dan omelet mozzarella sangat cocok untuk menu sarapan menurut saran para pelanggan, namun karena sang cheff pun harus bekerja di tempat yang berbeda maka permintaan itu terpaksa kami tolak. Memang dalam bisnis makanan waktu minimal 80% harus dicurahkan, apalagi dalam kondisi usaha yang sedang berkembang. Namun aku terlalu sayang untuk meninggalkan pendapatan utamaku, ini hanya hobby menurutku namun hobby yang menghasilkan.

De la pinggan kini sudah tak lagi berjalan, ketika terakhir penutupan para pelanggan bertanya-tanya tentang alas an kami tidak melanjutkan usaha warung itu. Kami sadar telah membentuk pelanggan karena kami memang terlebih dahulu memikirkan segmennya. Kami meneliti produknya, omelet mozzarella dan sandwich bukanlah makanan yang mudah ditemukan dijual di area kami. Sehingga dengan adanya variasai makanan itu dengan harga terjangkau sangat mudah membentuk pelanggan, pelanggan bukan hanya pembeli atau konsumen, namun konsumen potensial yang loyal dan tak mudah berganti ke lain hati.

Hal berikutnya yang ditanyakan pelanggan tentang penutupan café De la pinggan adalah pelayanan. Kepada seluruh pegawai yang kami pekerjakan yang notabene hanya 2 orang kami berpesan untuk menomor satukan pelanggan, mereka adalah raja mereka selalu benar dan berilah pelayanan ekstra meskipun itu sedikit merugikan laba kami. Dan terbukti strategi itu berhasil, tipikal masyarakat Indonesia yang sangat suka dimanja dan dilayani membuar pelayanan prima adalah kunci keberhasilan sebuah usaha dagang. Kami pernah mengganti menu seorang pelanggan sebanyak 3 kali karena merasa ada yang tidak cocok, karena kesabaran kami itulah maka pelanggan itu menjadi pelanggan tetap kami yang hamper tiap malam selalu berkunjung.

Ilmu inilah yang diturunkan oleh ibu kepadaku, bahwa pelayanan adalah segalanya, berikan tambahan ekstra dengan pelayanan maka pembelimu akan menjadi pelangga setia seterusnya. Terkadang hal penting inilah yang dilupakan oleh para penggerak usaha, memang laba adalahs egalanya dalam sebuah usaha, namun pelayanan adalah pendukung utamanya. Akan selalu saya ingat ini….

Saat panggilan menghidupkan kembali De la pinggan itu begitu kuat….. ah pingin rasanya.

2 komentar:

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.