Kepercayaan Diri Berpakaian

Pernah suatu kali ku tulis sebuah status di Social Media, yang ternyata mendapat respon yang lumayan banyak. Baik respon serius, atau hanya respon bercanda dan berhaha hihi ria. Namun yang pasti kalimat pendek itu memang bernada canda, sedikit nakal namun memiliki makna yang dalam.

‘Dengan senyum, yang berwajah tak rupawan pun terlihat mempesona.’

Tak urung yang member respon adalah barisan yang menggolongkan dirinya dalam kategori jelek. Namun dengan status itu senyum akan selalu mengembang dan yang pasti termasuk si penulis status terlihat lebih mempesona. Mempesona atau rupawan bukanlah tentang perkara membandingkan, namun lebih kepada kepercayaan diri. Kepercayaan diri tidak melulu masalah wajah, penampilan, pembawaan, kharisma adalah beberapa faktor yang bisa mempengaruhi agar seseorang terlihat mempesona atau rupawan.

Pepatah pernah berkata ‘don’t judge a book by it’s cover’ tepat sebenarnya untuk konteks penilaian pribadi. Dalam konteks first sight, ntuh pepatah ga berlaku, sebab ‘kesan pertama adalah segalanya, selanjutnya terserah anda….’ Disinilah momen dimana otak kanan berimajinasi tentang seseorang yang memberikan kesan pertama itu. Dan kepercayaan diri memegang peranan penting dalam menampilkan hal yang disebut kean pertama itu.

Bagaimana dengan faktor non teknis yang tak melekat di pribadi, contohnya pakaian?Pakaian memiliki peran yang tak terbantahkan dalam memberikan kesan, baik itu kesan yang sesungguhnya atau kesan yang menipu. Yang pasti pakaian adalah image pertama yang direkam oleh orang lain dalam menilai ‘daleman’ di empunya pakaian.

Pakaian tidak hanya sebagai sandang, tak hanya selembar kain untuk menutup tubuh. Pakaian sudah naik kasta menjadi penentu status, trend setter, bahkan pengecoh pandangan. Sejak jaman dulu terlihat bedanya siapa raja siapa hamba, siapa panglima dan siapa prajurit. Kasta di era jaman kerajaan salah satunya ditentukan dengan pakaian yang dikenakannya. Di jaman ini tak jauh beda, atribut kuasa itu juga ditentukan oleh pakaian. Ada beda antara penguasa dan rakyat jelata memberikan gambaran betapa timpangnya peradaban, namun hebatnya di jaman ini pakaian selain sebagai pembeda antara yang tinggi diawan dan melata dibumi juga memberikan perbedaan mencolok antara si kaya dan si miskin.

Terkadang juga heran dengan apa yang terjadi di kalangan para pesohor, fungsi pakaian sudah melampaui kegunaannya. Mereka menyebutnya fashion, alih alih untuk menutup anggota tubuh, fashion justru memberikan ruang kepada nafsu untuk mengeksplore kevulgarannya. Fashion justru membolak-balikkan fungsi, makna, dan nilai sebuah pakaian. Kepercayaan diri dinilai dari semakin luasnya permukaan tubuh yang ditampakkan. Lah kalau sudah begitu apalagi fungsi pakaian?

Loh, bukannya tadi kutulis, berlebihan ya? Kok malah semakin berkurang jumlah kain yang menutupi tubuhnya? Bingung dibuatnya. Namun setidaknya saya semakin tahu apabila kepercayaan diri itu tumbuh ketika semakin sedikitnya kain yang menutupi badan. Berlebihan itu adalah ketika permukaan kulit dari empunya pakaian semakin tak terlihat.

Belum lagi masalah pengecoh pandangan, pakaian yang transparan yang memperlihatkan seluruh tubuh empunya pakaian. Padahal dia masih berselimut pakaian. Ada juga yang kepercayaan dirinya tumbuh pesat dengan mdoel pakaian seperti itu. Namun yang lebih banyak adalah para empunya pakaian yang melilit tubuhnya dengan pakaian, mereka seperti tidak mengenakan pakaian. Namun hanya melilitnya disekujur tubuhnya, memperlihatkan lekukan disetiap sudutnya. Dengan begitu kepercayaan dirinya tumbuh.

Memang pakaian dan kepercayaan diri dipungkiri atau tidak adalah memeiliki hubungan yang erat yang tak terpisahkan bagi banyak orang. Dengan berpakain yang sesuai model terkini dia merasa bisa masuk ke kalangan manapun tanpa menerima banyak penolakan. Dengan berpakaian sesuai komunitas yang disukainya dia merasa mampu menonjolkan dirinya dan diterima di komunitasnya. Dengan berpakaian tak lazim dia akan terlihat berbeda dan menjadi trend setter bagi orang lain agar meniru apa yang dipakainya.

Namun saya selalu teringat seorang sosok bapak, seorang ustadz, seorang pengusaha, seorang ahli herba yang kemanapun beliau pergi baik keluar negeri atau hanya di dalam negeri beliau hanya membawa dua pasang pakaiannya yang selalu dipakainya dengan percaya diri. Tak peduli di acara apapun, tak peduli di keadaan apapun dua pakaiannya itulah yang selalu ada di dalam tas perjalanannya. Dan itulah kepercayaan diri baginya, tidak dengan beragnti-ganti pakaian apapun model dan kegunaannya.

Kalau saya berpakaian bagaimana?

Syaratnya ya nutup aurat, yah kalaupun terpaksa ya liat sikon. Kalau lagi main futsal yg notabenelaki-laki semua kadang masih curi curi pakai kolor yang ga sampe selutut. Kedua ya berpakaian sesuai kegunaannya, kalau lagi main futsal ya pake pakaian yang sesuai untuk olahraga, kalau lagi kondangan ya pakai pakaian yang rapid an formal, kalau mau ke kantor ya paki kemeja yang sesuai dengan kegunaannya sebagai pekerja. Seperti orang kebanyakan, hanya saja saya terkadang berpakaian juga yang tak biasa hanya untuk melihat apakah masih memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk berbeda. Ternyata memang kepercayaan diri untuk berbeda itu mulai luntur. Pakaianku seperti anda-anda mungkin sama, untuk kegitan casual hanya satu yang tak pernah lepas dan mungkin telah menjadi ciri khasku, my flat cap.

8 komentar:

  1. dengan berpakaian menutup aurat dan bersopan pasti akan menyerlahkan lagi penampilan diri kita yang baik dan positif.. pakaian yang menampakkan susuk tubuh pastinya mengundang bahaya kepada diri sendiri dan tentunya dimurkai oleh Allah..

    BalasHapus
  2. seru tulisannya., :)

    pakaian atau atribut dibadan itu boleh jadi digunakan sebagai simbol. seingat saya dulu sukarno selalu mengenakan kopiah hitam supaya dekat dengan rakyat (karena waktu itu rakyat kerap menggunakan kopiah).

    BalasHapus
  3. Bisa dicontoh tuh statusnya hehe ^^
    kalau laki2 sih gpp mas peke kolor, asalkan gak pas sholat hehe
    folllow balik ya Mas

    BalasHapus
  4. kalo orang tua saya juga lebih mengajarkan anak2nya agar lebih menutup aurat, karna di jaman sekarang ini banyak yang tidak sadar akan pentingnya berpakaian yang sopan

    BalasHapus
  5. @Irwan Sukmabener sekali itu masbro, soekarno identik dengan peci dan jas berkantong 4 nya... simbol kekhususan dirinya dimata dunia

    BalasHapus
  6. @Wahyu Alfiansyah kalau kolor panjang dibawah lutut bileh kali ya? hehehe

    BalasHapus
  7. @vina devinaorang tua yang luar biasa..... patut dicontoh

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.