Prinsipnya Ruwet

arya-devi.blogspot.com
Membaca beberapa blog sambil blogwalking, mengesankan beberapa blog mampu menuliskan tentang prinsip. Baik prinsip hidupnya ataupun prinsip moral yang ada dimasyarakat, prinsip yang seharusnya ada tetapi sudah mulai luntur tergerus zaman. Prinsip sebagai sosok panutan yang mulai hilang ditelan budaya, prinsip sebagai orang tua dalam mendidik generasi. Hingga prinsip-prinsip sepele yang kadang tak terpikirkan tetapi penting untuk diketahui dan menyenangkan untuk di baca. Seperti prinsip menjadi pecundang yang berwibawa, atau menjadi pemenang yang andhap ashor, seperti prinsip bagaimana menyikut rekan sejawat dengan sopan, atau prinsip bagaimana menjadi atasan diktator yang disegani bawahan.

Membicarakan sebuah prinsip sama halnya membicarakan rentang umur seseorang, atau berapa banyak literatur yang telah dibacanya, seberapa hebat tantangan dalam hidup yang telah dilaluinya. Prinsip juga tak pernah bisa ditebak asalnya, yang pasti bila seseorang mencoba berbuat berbeda dari kebanyakan orang maka bisa diindikasikan itu sebuah prinsip. Namun seseorang yang tak mau sarapan pagi bisa juga dia sedang mempertahankan prinsip, atau hanya sedang berusaha diet…hehehe

Saya seorang Buruh Negara berusaha berangkat ke kantor dengan mendahului batas waktu maksimum mesin absen elektronik yang terpampang di pintu masuk, katakan itu prinsip karena saya orang yang berusaha selalu konsisten dengan waktu. Bisa juga saya hanya tak mau kehilangan beberapa rupiah karena pemotongan penghasilan disebabkan terlambat absen.

Saya mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam, meskipun jalanan lengang jarang sekali saya memacu kendaraan hingga melebihi 60 km/jam itu prinsip. Tapi menjadi tidak relevan ketika yang saya kendarai adalah kendaraan roda dua. Ketika jalanan lengang prinsip saya amburadul, itu motor bisa sampe terangkat ban depannya dan entah sudah lewat 100 km/jam atau lebih yang pasti prinsip itu hilang tak berbekas.

Seseorang akan teguh memegang prinsip dalam hidupnya ketika semua faktor mendukung prinsip itu. Setidaknya kebanyakan orang memegang prinsipnya seperti itu. Namun sebagian banyak lagi akan membelot dari prinsipnya sendiri ketika faktor-faktor pendukung itu mulai meninggalkannya. Tak terkecuali orang-orang yang memegang tampuk kuasa atau bahkan makhluk-makhluk dari golongan selebritis sekalipun.

Entah karena publisitas yang mentereng atau memang yang bersangkutan tak sanggup memegang teguh prinsipnya, banyak sekali tokoh yang sebelumnya berbicara lantang tentang prinsip tapi kemudian melanggar sendiri prinsipnya itu. Beberapa artis yang berujar bahwa akting adalah seni peran tentang bagaimana menjadi sosok berbeda di depan kamera namun kembali menjadi diri sendiri di saat yang berbeda, ternyata juga tak sanggup memegang teguh prinsip itu dengan menjadi sosok yang lain lagi di jeruji besi karena berakting sebagai pecandu narkotika.

Atau lebih hebatnya para dalang politik di negeri ini yang berprinsip teguh untuk tidak menggunakan uang sebagai alat kampanye, namun manusia mana yang bisa hidup tanpa uang? Wong orang di pelosok hutan terdalam saja di jaman ini masih butuh uang. Lah ini dengan gagahnya memproklamirkan diri tak pakai uang untuk kampanye. Ya jelas salah memakai prinsip ini, kenyataan dilapangan toh semua hal yang berbau mencantumkan diri dalam segmen pemilih selalu pakai uang, malah tak bisa tak pakai uang. Jadi yang salah money politiknya atau mengambil prinsip tanpa uangnya? Yang pasti rakyat ini sudah bosan di bohongi, lelah digoblogi dan capai di kibuli.

Negeri ini adalah negeri yang berpinsip, mulai ketika para pemudanya mencanangkan prinsip merdeka atau mati dijaman bung tomo mengusir pasukan NICA, hingga prinsip tanahku tanah surga menanam batu pun tumbuh bunga. Tetapi semua prinsip itu hanya akan dipegang teguh ketika semua faktor pendukungnya ada, ketika salah satu atau sebagian besar faktor pendukung prinsip itu hilang maka lambat laun prinsip nya berubah menjadi “apalah untungnya memegang prinsip kalau aku tak dapat bagian”… oh negeriku, negeri elok rupawan subur makmur loh jinawi.

6 komentar:

  1. Seseorang penah berkata, sayangnya negeri ini di dirikan oleh mereka yang berpirinsip untuk kemudian di pimpin mereka yang opurtunis.

    BalasHapus
  2. hmmm, kira2 aku termasuk org berprinsip gak ya?

    BalasHapus
  3. @Penghuni 60 anda posting di tempat saya, itu adalahs ebuah prinsip!! hehehe

    BalasHapus
  4. Prinsip yaa,, hmm.. Saya juga masih memegang prinsip2 yang saya anggap benar.. meski memang belum teruji kekuatannya..hehe.. payah yaa..

    BalasHapus
  5. @Irwan Sukma yang penting ada prinsip, ga ada yg mempermasalahkan prinsip orang itu bener apa ga. pertanggung jawabannya hanya kepada Tuhan

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.