Hujan Menyatukan Langit Dan Bumi, Do'a Menyatukan Dua Hati

Belum juga reda guyuran air hujan ketika kendaraanku sampai di gerbang depan rumahku, sore hari ketika matahari tak mau menampakkan diri sepanjang hari. Di akhiri dengan hujan teramat deras membasahi setiap ujung mata memandang. Basah seluruh badan, kuyub sepanjang kain yang melekat tanpa jas hujan istri yang kubonceng tak hendak menepikan kendaraan dan member perintah jelas untuk menantang air hujan yang berasa tombak menusuk kulit.

Berhamburan tiga makhluk kecil dari dalam bilik menyambut pelukan, walaupun sekujur tubuh membeku dan basah. Hangat laksana batu es yang terkena sinar mentari pagi, sumringah memandang wajah rindu. Kompak untuk meneriakkan pekikan bahagia demi mengisi baterai kangen setelah sepanjang hari tak bersua dalam canda bahkan tatap muka. Momen seperti itu adalah nutrisi bagi hubungan mutualisme diantara keluarga kecil, keluarga kecil yang tergilas waktunya oleh rutinitas. Dengan dalih mencukupi kebutuhan hidup, memenuhi kebutuhan perut dan kesenangan di akhir minggu.

Hujan semakin beringas menghantam tanah, binatang-binatang semakin semangat berorkestra mengiringinya. Lelah engsel-engsel pintu pagar ini merenggangkan diri untuk mau sedikit terbuka, disudut mata terlihat seorang bapak dan putri kecilnya menari riang dibawah hujan. Dia adalah tetanggaku, yang juga memiliki porsi waktu meninggalkan keluarganya yang sama denganku untuk mencari nafkah. Namun entah di sore ini dia sudah berjingkrak ria bersama putri bungsunya yang belum genap 2 tahun bergembira dibawah hujan. Aku iri melihatnya, aku lupa bahwa putriku juga mengagumi hujan.

Ketika dunia semakin menua, terkadang orang-orang di dalamnya juga semakin lupa dengan ucapannya. Mereka berkata menyukai hujan, namun mereka berteduh ketika hujan menyapa. Mereka berucap bahwa mereka mencintai hujan, namun mereka mengeluh ketika hujan mendatanginya. Tidak bagi 2 generasi di sudut pandangku ini, tawa lebar mereka menandakan betapa mereka bahagia bersama hujan.

Semoga keluarga mereka selalu dilingkupi oleh rahmat yang dibawa sang hujan, semoga kebahagiaan mereka menjamah keluarku, semoga hujan membawa bahagia bagi seluruh alam yang disinggahinya. Semoga seluruh saudaraku menikmati setiap rintik hujan ini.

2 komentar:

  1. musim hujan memang sedang mencapai puncaknya, tiada lelah hampir setiap hari menyapa bumi

    BalasHapus
  2. betul kawan.... dan seharusnya ini rahmat, bukan musibah

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.