Menyaingi Umar r.a

blogsangpemenang.blogspot.com
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda: “ Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya yaitu: Pemimpin yang adil, remaja yang senantiasa beribadah kepada Allah ta’alaa, seseorang yang senantiasa hatinya dipertautkan dengan masjid, dua orang yang saling cinta mencintai karena Allah dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh wanita bangsawan lagi rupawan, lalu menjawab: “sesungguhnya saya takut kepada Allah”, seseorang yang mengeluarkan shadakah kemudian ia merahasiakannya sampai-sampai tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian kedua matanya meneteskan air mata”. (HR.Bukhari dan Muslim).

Pernahkah anda merasa iri kepada seseorang yang memiliki handicap (disabilitas) ketika menggunakan fasilitas umum? Dimana biasanya penyandang disabilitas ini mendapat prioritas bahkan disediakan fasilitas umum bagi mereka. Dikala yang normal menjalani antrian yang panjang, dengan segala kondisinya panas, sumpek, berjejal tetapi penyandang disabilitas justru didahulukan karena keadaannya. kadang terbersit rasa iri, padahal sebenarnya keadaan itu juga tak dikehendaki bagi si penyandang disabilitas. Namun nalar kemanusiaan kadang dapat dicurangi dengan mudah oleh sebersit hawa nafsu. Walau tak terucap kadang rasa itu menyelinap tanpa disadari.

Atau pernahkah anda memberi prioritas bagi ibu yang sedang hamil atau orang tua yang sudah terlihat renta ketika diatas kendaraan umum? Prioritas yang kadang membutuhkan pengorbanan besar, setidaknya pengorbanan tempat duduk. Kejadian itu bukanlah hal yang mudah untuk dijelaskan, tata norma hanya mengajarkan hormati yang tua dan sayangi yang lemah diantara kalian. Dan bagi yang meresapinya maka tata norma itu teraplikasi dalam tata laku. Namun sayangnya generasi sekarang lebih banyak yang mengambang diawang awang hanya dalam tataran tata norma tak terapliaksi di tata laku keseharian. Tak perlu dijabarkan alasan yang terjadi, karena beribu alasan akan muncul dan itu manusiawi.

Bila anda pernah mengalami salah satu atau banyak hal dari beberapa ilustrasi diatas maka anda akan mengetahui bahwa sebenarnya semua tentang prioritas. Dan prioritas biasanya berlaku pada hal-hal yang bersifat special, peristiwa yang membekas dan kejadian yang penting didalam hidup.

Prioritas selalu berhubungan dengan pilihan, dan pilihan selalu memberikan cabang untuk dipilih. Tak dipungkiri manusia lahir didunia bersama dengan pilihan, walau sejatinya pilihan itu tak ada bila mengkaitkannya dengan takdir. Tetapi pilihan pasti lebih dari satu bila membicarakan dalam tataran manusia sebagai makhluk.

Karena islam memberikan definisi manusia salah satunya adalah sebagai makhluk yang diberi pilihan (mukhayyar), maka memilih juga merupakan tugas manusia dari lahir hingga mati.  Dalam kegiatan memilih yang disodorkan aka nada banyak sekali pilihan sehingga dibutuhkan prioritas untuk menentukan mana yang terbaik bisa ditempuh.

Seorang ahli Ekonomi asal Italia bernama Vilvredo Pareto memberikan sebuah alat untuk menentukan prioritas, yang dikemudian hari dikenal dengan nama prinsip Pareto. Menyatakan bahwa 20 persen hal terpenting akan menyumbang 80 persen keberhasilan. Bila diterapkan dalam manajemen waktu berarti prinsip pareto akan menyatakan ‘20 waktu terbaik anda akan mempengaruhi kualitas penggunaan waktu 80 persen sisanya’. Begitupun bila diterapkan kepada hal yang lain.

Menggunakan prinsip pareto, maka akan didapati amalan prioritas dan amalan rutin. Shahadat,Shalat, puasa, zakat, adalah kategori amalan rutin karena kewajiban yang tak mungkin ditinggalkan, shadaqah, infaq adalah amalan harian yang tetap harus ada sebagai pemberat timbangan. Lalu kemudian apa amalan priroritas kita sebagai jalan pintas untuk menyempurnakan amalan rutin itu?

saya sedang membicarakan tentang Umar yang begitu merana mempelajari surah Al Baqarah selama 10 tahun ketika bertanya kepada Rasul “Wahai Rasulullah, apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Albaqarah? Jika belum aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya.” 

Saya sedang membicarakan Bilal bin rabah, yang tak pernah melewatkan semenit pun dalam hidupnya dalam keadaan tak berwudhu’,  saya sedang menceritakan hamba sahaya Zunairah yang menjadi buta matanya ditangan abu jahal dan golongannya karena kemantapan tauhidnya.

Kemudian saya sedang menggambar seorang sahabat nabi yang dikuntit Ali hingga kerumahnya hanya karena Rasul mengatakan “Yang akan lewat ini nanti adalah calon penghuni surga” tatkala rasul dan para sahabat bercenkerama di masjid.

Mungkin kita tidak terfikir untuk mampu menyaingi amalan para sahabat itu, mungkin pula level keimanan kita tak semenjulang para tabi’in. mungkin kita hanyalah manusia akhir jaman yang dikelilingi oleh dosa, mata kita ditaburi oleh kemaksiatan, perilaku kita dihiasi oleh kedzliman dan hati kita dibisiki oleh hasutan.

Namun setidaknya kita akan menyaingi amalan amalan prioritas mereka dengan amalan yang dijanjikan naungan ketika tak ada naungan ini, yaitu menjadi pemimpin yang adil, menjadi remaja yang senantiasa beribadah kepada Allah, menjadi orang orang yang hatinya ditautkan dengan masjid, menjadi orang orang yangs aling mencintai karena Allah dimana berkumpul dan berpisahnya hanya karena-Nya, menjadi seorang lelaki yang tahan terhadap rayuan zina wanita wanita pezina, menjadi muzakki yang menyembunyikan amalan pemberiannya dan atau menjadi seorang ahli dzikir ditempat tempat tersembunyi hingga air matanya menetes.

Akhirnya kawan, kita dapat menyaingi para kekasih Allah itu dengan amalan prioritas kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.