Pak Gendul Dan Mobilku

Saya mengenal hampir semua tenaga keamanan dan tenaga kebersihan di kantor yang memiliki gedung berlantai 5 ini. Mulai dari boim yang pernah saya ceritakan dulu, dengan keluguannya yang kadang menjadi sumber kejenakaan bersama. Si sehu yang setiap kali bertemu di pagi hari selalu mencuri salam saya, mendahului dan memaksa saya untuk menjawabnya. Karena bila saya tak menjawab atau kurang terdengar dia akan protes dan mengucapkan salamnya berkali kali. Hingga seorang tenaga kebersihan tertua yang ada di gedung ini, yang biasa di panggil pak Gendul.

Mungkin para tenaga kebersihan dan keamanan ini bukanlah elemen paling penting untuk kelangsungan kantor ini. Namun tanpa mereka kantor ini sepertinya tak akan berjalan selancar ini. Setiap pagi meja kerjaku yang selalu tersusun rapi kembali setelah kemarinnya amburadul. Kopi dan air putih yangs elalu tersedia di meja bahkan sebelum saya datang. Lantai yang selalu mengkilap, ruangan yang sejuk dan wangi sepanjang hari. Mungkin merekalah tim supporting yang tak terlihat yang menjadikan setiap pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.

Pak gendul berjalan di pinggir aspal, di suatu sore saat hujan rintik-rintik. Walau arah rumahnya sejalan dengan arah rumahku, beliau selalu menolak ketika kutawarkan kendaraanku ketika kubawa mobil. Dengan banyak alasan memang mobil bukan kendaraan sehari-hari yang kubawa untuk kekantor. Hari itu sengaja kubawa mobil melihat mendung yang bergelayut di ufuk barat kaki langit.

Pak gendul biasanya ikut rekan sesam tenaga kebersihannya menggunakan motor untuk moda transport nya menuju rumahnya. Terkadang juga menggunakan jasa transportasi umum yang apabila malam menjelang moda ini semakin jarang dan hamper tak ada yang beroperasi melewati arah rumahnya.

Ku pinggirkan kendaraanku, ku klakson dan kusapa hingga pada akhirnya kutawari untuk menumpang di mobilku menuju rumahnya yang tinggal beberapa kilometer lagi. Pak Gendul tersenyum, dan masuk dengan sumringah ke dalam mobil.

Jika ditanya apa arti kebahagiaan, diriku begitu sulit mendeskripsikan. Bukan karena tidak bisa namun karena sungguh banyak hal yang mencerminkan makna bahagia. Melihat senyum sumringah pak gendul sore itu juga sebuah kebahagiaan.

Mengenal orang-orang seperti pak gendul adalah pembelajaran mengenal simpati. Pelajaran melembutkan hati, dan latihan melihat hal-hal yang tak terlihat karena bertambahnya harta. Tak dipungkiri terkadang harta dapat menutup simpati, mengeraskan hati dan membutakan mata akan lingkungan.

Membersamai orang orang seperti pak gendul bahkan walau hanya memberinya tumpangan, terkadang dapat membangunkan kesadaran bahwa memberi itu adalah sebuah sumber kebahagiaan.

6 komentar:

  1. tokoh pak gendul harus kita tiru, menebar kebaikan untuk mendapatkan kebahagian :)

    BalasHapus
  2. Bahagia itu memang sederhana, mas. Meski hanya memberi dengan sesuatu yang sederhana sekali pun. Bahagia itu memang sederhana. Sangat sederhana. Aku yakin..

    BalasHapus
  3. @Dwiex'z Someo iyah, saya justru membutuhkan sosok pak gendul sebagai pengingat... maaf ya pak gendul

    BalasHapus
  4. @Masker YGY iya pak... keyakinan kita sama... hehe

    BalasHapus
  5. Saya boleh numpang ga Mas Ichang? Mau ke Aceh via Medan. Hehe...

    Yup, justru pembelajaran berharga sering kita dapatkan dr sosok bersahaja spt Pak Gembul ini, ya, Mas? :)

    BalasHapus
  6. @Alaika hahahaha....

    sosok sosok sederhana disekitar kita kadang justru jadi sumber inspirasi..

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.