Ulat dan Ular


Keduanya binatang melata yang mungkin tak familiar bagi banyak orang. Beberapa orang bergidik kalau ada seekor ulat merayap di tubuhnya, begitu juga ular. Saya sendiri pun kalau bertemu ular langkah pertama adalah berlari. Takut sih ga hanya phobia sama aja dodol, mungkin bukan hanya saya. Banyak orang juga gilo jijik geli dalam bahasa jawa padahal ular ga pernah bersalah.

Ulat pun sebenarnya ditakuti karena nama besarnya dalam dunia pergatalan. Ulat dikenal sebagai binatang yang bulunya memiliki racun yang dapat membuat gatal kulit bila tersentuh. Namun banyak juga ulat yang tak memiliki racun bahkan bulu yang akan membuat gatal. Namun reputasi sebagai binatang penggatal telah melekat erat pada binatang ulat ini.

Begitupun ular, memiliki reputasi sebagai binatang mematikan karena bisanya. Sehingga banyak orang akan berhati-hati bila menemukan binatang ini. Padahal tak semua ular berbisa, tapi tetap saja kalau pun tak bebrisa ular dapat mematuk. Namun karena reputasi si ular sebagai binatang mematikan karena bisanya tak sedikit orang yang bertemu dengan ular jenis apa saja akan tunggang langgang.

Dari kedua binatang yang bagi sebagian orang menjijikkan dan menakutkan ini ada kesamaan yang terjadi di dalam fase hidup mereka. Baik ulat ataupun ular selama hidup mereka akan bertransformasi. Ulat berubah menjadi kepompong kemudian berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan dapat terbang kemana saja dia suka. Ulat yang awalnya melata dan tak memiliki sayap melalui proses yang panjang bertransformasi mengungguli sifat-sifatnya yang terdahulu. Bahkan mengganti makanannya yang awalnya hanya dedaunan menjadi nektar bunga yang lebih manis dan bersih.

Dalam proses kepompong itu ulat melepas bagian bagian yang tak dibutuhkannya ketika menjadi ulat, dan menambahkan bagian-bagian yang jauh lebih berguna dan dan bermanfaat untuk kehidupannya kemudian termasuk sayapnya yang cantik. Dalam proses menjadi kempompong tersebut ulat ditempa oleh dahsyatnya angin badai, diguyur oleh dinginnya hujan dan disinari oleh teriknya matahari. Ulat dalam kepompong itu menerima semuanya dalam proses yang akan menjadikannya makhluk baru yang jauh lebih cantik.

Ular juga bertransformasi, dengan melepas kulitnya yang lama dan menggantinya dengan kulit yang baru. Trasnformasi yang dilakukan oleh ular adalah proses yang menyakitkan dan butuh perjuangan ekstra. Kulit yang lama akan membuatnya gatal memaksa ular untuk merontokkannya. Dengan menggesek-gesekkan tubuhnya diantara bebatuan dan kayu-kayu lapuk terkadang bahkan menggoreskan luka pada sisik-sisiknya.

Hanya saja transformasi yang dilakukan oleh ular tidaklah menghasilkan perubahan yang signifikan bahkan justru yang muncul dari hasil proses perubahan ular adalah makhluk yang sama. Yang tiada beda dari makhluk sebelumnya. Bahkan ular yang keluar dari transformasi ini justru memiliki bisa yang jauh lebih mematikan dari sebelumnya.

Proses dalam kehidupan selalu membuat seseorang memiliki perbedaan dari sebelumnya, baik itu perbedaan tampilan fisik, perbedaan isi ataupun perbedaan cara pandang dalam menyikapi hidup itu sendiri. Namun perubahan yang dihasilkan oleh sebuah proses transformasi terkadang tak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan.

Proses yang terjadi kepada ulat hingga menjadi kupu-kupu yang indah memberikan gambaran proses kehidupan yang berhasil mengubah seseorang menjadi lebih baik. Sedangkan proses yang terjadi kepada ular menggambarkan betapa kehidupan juga mampu mengubah seseorang menjadi jauh lebih buruk dari sebelumnya.

Bulan Ramadhan adalah kepompong bagi setiap orang yang beriman, mempuasakan diri selama 29 atau 30 hari penuh adalah proses mentransformasikan diri. Proses mengubah diri ini, apakah prose situ akan menjadi kupu-kupu atau justru menjadikan kita semakin berbisa.

Namun sejatinya ramadhan seharusnya dapat menjadikan kita indah laksana kupu-kupu….

*inspirasi Khomaini hasan

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.