Kota Tempat Kembali...

Dua pekan telah berlalu, Jogjakarta memang bukan kota kelahiranku pun bukan tempat dimana ku dibesarkan. Namun entah kenapa kota tempat nenek dan bapakku dilahirkan ini meninggalkan bekas yang susah sekali dilupakan. Sudah tiga kali lebaran kuhabiskan di kota ini walau tidak secara berturut namun memberikan kesan yang begitu dalam.

Dimulai ketika aset almarhumah ibu yang diwariskan kepadaku. Dengan persetujuan keluarga aset itu kupindahkan ke Jogjakarta mengingat keluarga bapak ada di Jogjakarta. Hingga setiap lebaran kuputuskan untuk mengunjungi keluarga bapak, sedangkan untuk menambah satu malam perjalanan lagi menuju kota Malang sangatlah kepayahan. Kudapati Jogja telah memberikan gambaran yang jelas bagaimana akhir karirku akan dihabiskan, itupun bila Allah berkehendak memberi bonus pada umurku.

Donotirto sebuah desa kecil di wilayah kabupaten Bantul, sekitar 45 menit arah selatan kota Jogjakarta. Jalan terpendek yang dapat ditempuh untuk menuju wisata pantai terkenal di wilayah Jogja yaitu pantai Parangtritis. Aspal yang menghitam mulus dengan pemandangan sawah-sawah menghampar akan menghiasai kelopak mata setiap orang yang melewati jalur menuju desa Donotirto.

Desa yang tenang, tak terimbas hirup pikuk kota Jogja yang semakin hari semakin memangkas waktu tiap yang melaluinya. Dimana setiap warganya saling mengenal, dari ujung gang hingga ujung desa. Dimana setiap penghuni pasar saling menyapa ramah walau belum pernah bertemu sapa sebelumnya. Suasana pagi yang tak pernah lepas dari ingatan, para tetua yang bersiap menuju sawah. Muda-mudi yang bersiap menuju sekolah bahkan para pamong desa dengan anggunnya tersenyum menyapa. Dan semua itu begitu membekas karena dimataku ada yang begitu unik yang tak akan pernah lupa. Hampir seluruh mereka beraktivitas pagi sambil mengayuh sepeda-sepeda tua peninggalan jepang.

Bagiku sendiri yang notabene makhluk kota besar, melihat pemandangan itu adalah hal yang sangat menggembirakan. Momen langka yang tak akan didapati di hiruk pikuknya kota. Yang bahkan antara tetangga saja sangat sulit untuk bertemu apalagi bertegur sapa. Tetangga bagi komunitas kota besar bagaikan terpisahkan oleh tembok besar sepanjang planet Bumi dan planet Mars.

Ah, Jogja memang sangat sulit dilupakan, malamnya yang membeku selalu menutun langkahku tuk mendatangi sudut-sudut kotanya duduk bersila bersama teman-teman yang tak kukenal sebelumnya. Keramahan merekalah yang menjadikan seperti teman yang begitu lama hilang. Musisi-musisi lokal yang meminta tempat benar-benar menghipnotisku tuk takjub akan keindahan kreatifitas mereka.

Mungkin masih ada lebaran-lebaran yang lain yang akan memanggilku tuk selalu mendatangi Jogja. Mungkin disanalah hatiku tertambatkan, menunggu saat yang tepat tuk membangun kehidupan baru ditanah leluhurku disemayamkan. Mungkin hanya SK yang menghalangi menuju kesana…..



Ada banyak sebab yang menjadikan kita untuk menjadikan tempat kelahiran kita sebagai homebase. Kuartikan homebase adalah tempat berakhir karir kelak, mungkin berbeda bagi orang lain. Homebase adalah tempat ku kembali kelak. Setelah semua tuntutan hidup terselesaikan, habis masa kejayaan, selesainya tanggung jawab. Homebase lebih identik sebagai suatu tempat menunggu maut menjelang.

Sejatinya dalih tak lagi dibutuhkan ketika beberapa orang mengatakan homebase adalah tempat asal-usul, atau tempat dimana masa terlama hidup dihabiskan. Dalih yang hanya akan didapat jawaban bahwa sebenarnya homebase adalah tempat berkumpulnya kenalan terbanyak. Klise memang, mengatakan homebase adalah tempat dimana keluarga berkumpul namun justru ketika homebase didatangi porsi terbesar yang mengisis kebahagiaan adalah ketika berkumpul bersama teman lama. Terbersit keinginan untuk memperlihatkan hasil dari rantauan. Baik itu hasil materi atau keberhasilan membangun rumah tangga. Anak-anak yang tengil tengil, pasangan yang cakap dan good looking, atau bahkan materi yang terkadang justru memaksa tuk melebihi kemampuan sendiri.

Jogja telah menyita perhatianku tuk kujadikan homebase. Jogja bukanlah kota kelahiranku, bukanlah tempat kudibesarkan, bukanlah tempat dimana berkumpul semua kenalanku. Jogja menjadi homebaseku karena penduduknya yang begitu memikat, karne alamnya yang begitu asri, karena keautentikan budaya dan keaslian senyumnya.
 

2 komentar:

  1. wah jogjaa lama nggak kesana
    iya disana beda banget sama kota besar apalagi jakarta

    BalasHapus
  2. mas kalau tidak salah page rank google sudah tidak akan update jadi sebaiknya dilepas saja dari blog

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.