Seharusnya Kita Lebih Tua Dari Seharusnya

“Selamat ultah...!”
“Selamat milad..!”
“Selamat haul...!”
“Dirgahayu....!”

Bila tanggal 4 Januari tiba, Hp ku akan berdering. Notifikasi muncul, yang notabene memberi ucapan selamat. Di satu hal saya ucapkan terimakasih atas perhatiannya semua, sangat berarti sebagai bentuk keakraban dan persaudaraan. Namun di lain sisi saya sungguh sedih, setiap tanggal 4 menjelang kesedihan saya hadir.

Menjelang tidur, di malam sebelumnya sulit saya memejamkan mata. Meski lelah melanda, capai menggerogoti tungkai dan sendi. Satu yang selalu berkelebat di dalam kepala, apa yang akan terjadi disaat-saat sakaratul mau saya kelak.

Apakah sebelum menaiki ranjang ini saya sudah dalam keadaan wudhu’? bagaimana jika Allah tak berkenan menghidupkan saya kembali besok pagi? Apa yang harus saya pertanggung jawabkan kepada Allah kelak, sedangkan siksaNYA sungguh perih dan panjang. Hal-hal ini selalu menghantui saya, dan semakin menjadi saat ucapan-ucapan itu bertubi datang.

Terkadang untuk menghindari agar rasa sedih dan mashgul itu tak datang, jauh-jauh hari saya sudah memperingatkan teman dan saudara agar tak memberikan saya ucapan selamat, akan lebih baik bila mendoakan saya saja. Doakan saya kebaikan, insyaALlah saya akan membalasnya dengan do’a yang tak kalah baiknya.

Hingga pada tahun ini saya tersentak oleh kajian dr. Syafiq Riza Basalamah yang pada salah satu kajiannya menanyakan kepada khalayak tentang makna kalender islam yang kita miliki. Adakah yang rutin menggunakannya? Kenapa harus menggunakan kalender hijriyah sedangkan Masehi sangat populer?

Kita ini muslim, memiliki kalender sendiri. Patokannya adalah saat hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah dan seharusnya kita bangga dengan kalender kita sendiri. Dan yang paling penting adalah, semua perhitungan waktu yang pernah disebutkan di dalam Alquran dan hadits patokannya adalah Kalender Hijriyah, bukan Masehi.

Maka sejak itu saya pun semakin konsen dengan kalender Hijriyah, termasuk perhitungan tahun kelahiranku. Saya dilahirkan pada hari Selasa tanggal 19 Rabi’ul awal 1403 H yang bertepatan dengan tanggal 4 Januari 1983, sehingga dalam hijriyah milad saya adalah pada tanggal 19 Rabi’ul awal 1438 H yg bertepatan dengan tanggal 29 Desember 2016 M. Muslim seharusnya menggunakan kalender Hijriyah yang berarti saya lebih yakin bila kelahiran saya adalah di tanggal 29 Rabi’ul awal bukan 4 Januari.

Dalam kelander Hijriyah setiap 33 tahun maka akan lengkap berselisih setahun dengan kalender Masehi. Artinya bila dalam Kalender Masehi usia saya telah mencapai 34 tahun pada tanggal 4 Januari, maka dalam kalender Hijriyah usia saya adalah genap 35 tahun pada tanggal 29 Rabi’ul awal. Kurang dari setengah perjalanan lagi menuju usia wajar ummat Muhammad. Yang mana sudah saatnya mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya dan selalu mengingat mati. Karena sejak matilah perjalanan sesungguhnya dimulai.
Allah.....

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.