Mekarlah seperti Pioni!



”Suiittt...., si Melia diantar ama Dilan!”

Kutatap spion motor tua ini, kuacuhkan gelak tawa teman-teman yang menggodanya saat prosesi pengantaran ke sekolah itu. Entah sudah kali keberapa ritual itu kami jalankan dan reaksi teman-temannya masih saja sama. 

Dia selalu memilih untuk diantar menggunakan motor tua, yang lahirnya hampir berbarengan dengan kelahiran bapaknya. Namun justru motor itulah yang membuat dia jadi merasa berbeda, diantara teman-temannya.

Dia tak malu dengan bapaknya yang hanya menggunakan motor tua butut untuk mengantarnya. Justru menjadi ciri tersendiri dan menjadikannya ’Melia’ diantara semua. Ah, tentu saja akulah Dilannya.

Seseorang pernah berkata bawa, anak perempuan pertamanya adalah versi perempuan bapaknya. Barangkali benarnya dari segi tampilan fisik, ternyata jauh lebih banyak benarnya dari berbagai hal yang nonfisik pula. Sifatnya, kebiasaanya, gaya marahnya, karakternya, bahkan setiap pilihan-pilihan yang di buatnya selalu mengingatkanku bagaimana masa mudaku dulu. 

Dia adalah fotocopy diriku di usia-usia itu, hanya bedaya dia versi perempuanku. Dengan segala kewanitaan yang dia bawa.

Saat dia memasuki jenjang SMP 3 tahun yang lalu, sebuah tulisan kubuat dengan judul ’Daun-daun yang menanggalkan tangkainya’. Menggambarkan betapa perihnya melepas usia-usia meraka, serasa waktu bergerak sangat cepatnya. Meninggalkan momen-momen menjadi kenangan, membuat detail-detail sering terlupa.

”yah, mbak diterima di pondok di kota gudeg!” 

Senyumku mengembang, bangga, bahagia, tak lagi ku dipusingkan akan kemana dia melanjutkan sekolahnya. Dia membuktikan bahwa dia tekah dewasa, dia mampu menentukan ke arah mana tujuannya. Tugasku hanya menyokongnya, membantunya menapaki setiap anak tangga rintangannya. Pilihannya pun sudah sesuai dengan visi yang kutanamkan sejak dini. 

Kurasa kini tinggal kupikirkan lagi janji-janjiku dulu saat ku menulis 3 tahun yang lalu. Dan yang paling kuingat adalah janji bahwa aku tak akan menitikkan air mata saat perpisahannya nanti. Ah...... berat!

2 komentar:

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.