Melayani Itu Kudu Bahagia


Tetaplah menjadi orang baik. Jika beruntung kamu akan menemukan orang baik. Jika tidak kamu akan ditemukan orang baik. ~ Buya Hamka ~

Bersama seorang ajudan yang selalu mengikuti kemanapun seperti satelit, Sang bapak langsung mendekati petugas penerima layanan. Dengan tergopoh Si mbak penerima layanan berdiri, kemudian memberikan salam dan menanyakan keperluan tanpa lupa menawarkan senyum manisnya.


Setelah selesai terkejut Si mbak melihat kehadiran bapak berseragam dengan atribut yang menandakan bahwa yang bersangkutan adalah salah satu petinggi di pemerintahan, melanjutkan dengan membimbing Sang bapak untuk mengisi terlebih dahulu aplikasi Kunjung Pajak sebelum menuju ke loket yang seharusnya.


“Saya ingin mendaftarkan Yayasan saya untuk memiliki NPWP!” Pinta sang bapak dengan sopan dan senyum yang juga tak kalah menawan.


Si mbak menjawab dengan ramah. “Maaf bapak, karena di KPP Madya tidak dapat menerima pendaftaran Wajib Pajak baru, bapak dapat mendaftarkan secara mandiri dan online. Kami menyediakan unit komputer yang bapak dapat gunakan untuk mendaftarkan diri di sudut ruangan ini, silahkan bapak!”


Tidak puas dengan penjelasan tersebut Sang bapak, bersikeras ingin bertemu dengan petugas yang dapat memberikan pelayanan publik sesuai dengan keinginannya.


***


“Saya ingin bertemu dengan pimpinan kantor ini, sekarang!” Dengan nada yang ditinggikan Sang bapak mengangkat tubuhnya hingga terlihat jelas seluruh atribut jabatan yang menempel di seragam resminya.


Ketidakpuasan Sang bapak begitu terlihat, kerut di keningnya semakin membentuk gelombang, begitupun warna rona wajahnya sudah tidak sepucat sebelumnya. Keringat terlihat di pori-pori kulitnya, hampir tak tertahankan mungkin meja yang memisahkan antara Sang bapak dan saya akan digebraknya.


Saya hanya duduk, memandangnya tanpa melepaskan senyum yang ada di sudut bibir. Kemudian menjanjikan akan mempertemukan dengan atasan, meskipun sebenarnya masih berharap agar masalah ini tidak sampai ke atasan.


Karena bagaimanapun juga perihal yang disampaikan Sang bapak tidak terdapat di dalam Standart Operating Procedure. Jadi seharusnya mampu untuk diselesaikan di helpdesk dan tidak perlu sampai harus ke atasan.


***


Setelah mendapat informasi bahwa di Kantor Pelayanan Pajak Madya tidak dapat menerima pendaftaran Wajib Pajak baru secara manual melalui pengajuan fisik, Sang bapak masih bertahan di ruang tunggu. 


Melewati waktu istirahat dan Sang bapak masih bertahan, tanpa saya pahami apakah ada lagi layanan yang dapat dilakukan untuk membuat Sang bapak terpuaskan. 


Melihat hal demikian saya pun membatin, bukankah apabila saya berada di lokasi lain dan berharap mendapatkan pelayanan publik, tujuan saya pasti adalah terselesaikan seluruh kepentingan?


Saya pun mendekati Sang bapak, 


“Boleh saya cek dokumen yang bapak bawa,pak?” Pinta saya, di sela-sela kesibukannya memainkan gawainya.


Sedikit mendongak Sang bapak menyerahkan sebuah map agak tebal karena berisi dokumen yang telah dipersiapkannya. Memandang saya dengan sisa-sisa kesal yang masih terlihat di wajahnya. Namun dengan sigap menutup gawainya seketika, mungkin dia tak menyadari bahwa sedari tadi saya memperhatikan dari kursi helpdesk yang kebetulan hari itu adalah jadwal piket saya.


Bergegas mengikuti saya dari belakang menuju meja helpdesk yang telah kosong, karena Wajib Pajak terakhir yang saya layani telah meninggalkan meja itu. Hari semakin sore, namun kegigihan Sang bapak membuat saya tak bisa mengacuhkannya seterusnya.


***


“Mari, saya bantu untuk mendaftarkan diri secara online pak” sambil mempersilahkan duduk dan meneliti bersama dokumen-dokumen yang Sang bapak bawa bersamanya. 


Sore semakin menjelang, proses membantu mengisikan data-data ke aplikasi pendaftaran NPWP secara online ini memang sedikit memakan waktu apabila didapati kendala-kendala yang timbul karena data-data yang belum valid. Namun kesabaran Sang bapak membuat saya harus membuatkan secangkir kopi, sembari bercerita dan menemukan solusi untuk setiap kendala tersebut.


Mulai dari kondisi kantor, kisah keluarga, hingga ke topik yang membuat begitu banyak opini-opini menjadi perihal yang menarik untuk terus diperbincangkan yaitu politik. Mungkin hanya semacam basa basi namun bisa jadi permulaan perkenalan yang akan terus menjadi ajang silaturahmi kedepannya.


***


“Saya yakin di dunia ini tidak ada yang tidak dapat diselesaikan, hanya butuh ngobrol dan secangkir kopi semua ada jalan keluarnya.” Ucap Sang bapak sembari menjabat tangan saya dengan erat.


Semburat cerah memancar dari wajah Sang bapak yang terlihat semakin menua, barangkali jabatannya juga telah menyedot masa mudanya. Urusannya dengan perpajakan telah diselesaikan, tujuannya telah tertunaikan. Seluruh pertanyaan telah disampaikannya, dan jawaban juga telah diberikan dengan sejelas-jelasnya.


Sang bapak kemudian mendekati saya dari samping, berusaha memeluk dan menepuk dada saya seperti seorang bapak memberikan motivasi kepada anaknya. Sebelum berpisah Sang bapak menyampaikan terimakasih tak terhingga dan meminta kami untuk berfoto bersama, dan mengucapkan kalimat yang begitu membuat saya akan mengingatnya sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan,


“Mas, terimakasih atas bantuannya, saya memiliki hutang budi kepada mas, dan saya akan membalasnya. Ini nomor kontak saya, silahkan hubungi saya bila mas mendapat masalah dimana saya dapat membantu menyelesaikannya.”


Kebaikan akan bermuara kepada kebaikan juga, walau terkadang kita begitu enggan untuk memulai kebaikan itu.


0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.