Konsistensi

    


Tanpa Komitmen engkau tak akan pernah memulai, tanpa konsistensi engkau tak akan pernah menyentuh garis finish.

 

     Pandemi Covid-19 memberikan dampak tersendiri pada tubuh ini, setelah tiga kali terdiagnosis dengan virus ini. Namun semua tidak ada yang tersiakan, mengingat dampak itu maka recovery panjang harus dilakukan. 


    Terhitung sejak bulan Mei 2022 langkah pertama diniatkan. Setelah terlihat matahari sedikit menyingsing di peraduannya, bulat tekad untuk menembus kabut. Hawa dingin tak begitu terasa di antara nafas yang memburu. Yup, pada awalnya lari kuanggap hanya aktivitas biasa. Bagaimana tidak lari adalah kegiatan yang tak perlu diajarkan, setiap manusia yang diberi nikmat sehat tentunya sudah memiliki blueprint dalam kepalanya bagaimana harus berlari. 


    Namun, nyatanya tak setiap orang mampu mempertahankan durasi lari dengan baik. Sehingga akhirnya ku berfikir pasti ada teknik dan ilmu tersembunyi yang belum ku ketahui mengenai lari yang baik dan benar. Apa lacur, baru juga belum mencapai satu kilometer, rasanya dada panas, tenggorokan kering, dan nafas tersengal seperti dikejar aparat. Endurance kali ini adalah tembok yang harus kutaklukkan.


    Dulu, ketika masih berusia anak SD hampir setiap pekan pak guru olahraga pasti memaksa kami untuk berlari terlebih dahulu untuk menghabiskan waktu olahraga. Endurance masih bersahabat kala itu.


    Memang selama ini masih rutin kujalani latihan sepakbola, namun intensitas aktivitas berlari pada sepakbola dan aktivitas hanya berlari sungguh berbeda. Dalam sepakbola, apabila stamina tidak lagi mendukung masih dapat menyempatkan waktu untuk berjalan bahkan berhenti. Karena di dalam sepakbola bukan hanya berlari namun juga menggunakan otak dan insting terlebih dalam sepakbola adrenalinlah yang menjadi penguasa.


    Berbekal pengalaman pertama dari sekian puluh tahun tidak melakukan aktivitas lari yang membutuhkan endurance inilah kuputuskan untuk terlebih dahulu menggali tentang rahasia berlari. Dan jawaban paling berat yang kutemukan adalah berlari membutuhkan konsistensi, sedangkan konssitensi bukanlah teman terbaik yang pernah menyertaiku.


    Konsistensi adalah komitmen yang terus menerus dipegang, layaknya layang-layang konsistensi adalah benang yang mengikatnya dengan tangan kita. Tanpa konsistensi layang-layang pastinya akan terbang jauh terbawa angin. Kemudian hilang ditelan cakrawala. Berlari membutuhkan tali yang kuat untuk terus menahan godaan agar tetap terus berlari. Berhenti berarti sama seperti menurunkan layang-layang tersebut, dan saat memulainya kembali sama seperti awal menaikkan layang-layang, dimana hal tersebut adalah kegiatan paling sulit untuk bermain layang-layang, begitupun berlari.


0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.