2 sisi mata koin yang tak pernah sama
Berjalan di beberapa stan stan mall yang mewah, dan menjajakn barang barang kelas jetzet, hal yg sangat menyenangkan sekali pastinya, walau didalam dompet hanya tersisa 1 lembar uang warna biru tak jadi masalah toh tak ada seorang pun yang tahu.
Dengan gaya bak pejabat berjalan percaya diri memasuki beberapa stan merk terkenal membuat ego terdongkrak sedikit. Yang jadi masalah adalah ketika yang menempel dibadan adalah celana cargo selutut, kaos oblong dan sandal jepit ditambah rambut acak-acakan, maka tak ada satupun pelayan stan yang akan mendekati. Atau sekedar menyapa dan menawarkan barang.
Expektasi yang saya tawarkan sepertinya sangat jauh dibawah penilaian orang awam. Namun hal itu bukanlah sebuah kejanggalan bukan? Saya yakin itu sebuah kewajaran. Berbanding lurus dengan tata kesopanan bahwa bangunan-bangunan dan tata ruang yanga da di pusat perbelanjaan mewah dibeberapa kota besar mengharuskan seseorang berpakaian serba wah juga unutk dapat dianggap sebagai pembeli potensial.
Namun bagi sebagian orang itu bukanlah keharusan, anomaly itu bagi sebagian orang dalah sebuah kenikmatan walau memang sebenarnya urat malunya sudah putus. Salah satu budaya yang dikenal sebagai anomaly dalam pergaulan adalah budaya rebel bagi beberapa orang, rebel terhadap keawaman budaya, rebel terhadap tatanan kesoapanan yang disepakati bersama.
Yang menjadi pertanyaan kenapa budaya rebel itu hanya berlaku disatu sisi, namun tidak berlaku disi yang lain. Budaya rebel ini berlaku ketika tatanan kesopanan dilawan dengan hal yang berlihat tidka sopan. Kenapa budaya rebel ini tak berlaku bagi tatanan ketidak sopanan yang harus diubah menjadi tatanan sopan?
Ketika ada orang orang yang hanya menggunakan celanan pendek belel, kaos oblong dan sandal jepit memasuki stan pertokoan mall yang megah, maka efek budaya rebel itu berlaku. Perlakua yang tak semestinya akan menimpanya. Orang akan melihat tatanan kesopanan yang dilanggar sehingga pelanggara itu harus diberi konsekuensi sikap acuh terhadpa pengusng budaya rebel tersebut.
Namun hal itu tidak akan berlaku ketika seorang yang berjas, berdasi rapi bersepatu pantoufel yang kemudian memasuki warung kaki lima. Anda pernah mencobanya? Dan apa efek orang orang sekitar atas budaya rebel tersebut?
orang hanya melihat sisi luarnya saja
BalasHapushanya saja terkadang sisi luar itu menggambarkan hampir keseluruhannya mas
BalasHapusyap sisi luar adalah cerminan dari sisi dalam manusia. Karena totalitas pikiran dan jiwa kita akan menginspirasi kita untuk menampilkan sesuatu di dalamnya. Kita orang yang santai, ya akan berpakaian cuek aja. Yan penting bagian2 yang 'seharusnya' tertutup dengan rapat..hehehehe maaf jika tak nyambung
BalasHapussalam kenal mas,..thnks 4 ur visit
@kettyhusnia : kalau hubungannya dengan aurat, saya faham kok bu. makasih dah diingatkan dan telah berkunjung....
BalasHapuslebih enak gak ditawarin macem2 klo lg di mall hehe jd bisa dengan bebas jalan tanpa diganggu SPG :P
BalasHapusyang ganggu sih bukan SPG nya, tapi pandangannya..hehee
BalasHapushidup adalah pilihan :)
BalasHapusHehe..tak semua juga sob, kalo SPG yang jeli pasti tau kok..
BalasHapuskunjungan balasan, tengkyu ya :)
hehehe... SPGnya cantik emang bu..hehehe
BalasHapusSaya setuju sama mBak Ria, lebih baik tidak ada yang menawari, lebih nyaman.
BalasHapus@puspita :sepertinya emang enak begitu bu
BalasHapus