Jalan Cahaya


             
               Di Kenya seorang pemuda tanggung berjalan riang di sepanjang jalan berdebu di kotanya, sebelah tangannya buntung. Di sampingnya juga seorang gadis kecil memegang ujung baju pemuda itu dengan satu tangannya, sebab sebelahnya lagi telah hilang tepat ditengah tulang keringnya. Begitulah kebanyakan orang di kenya telah kehilangan sebelah tangannya, oleh perbuatan biadab gerombolan pemberontak yang menangkapi siapa saja yang tak sepekat dengan perjuangannya dan menandai mereka dengan memotong sebelah tangannya.

               Namun pemuda itu adalah berbeda, dia menggalang anak-anak yang telah buntung tangannya untuk tetap sekolah. Dulu dia ditangkap dan di buntungi tangannya karena ketika ditanya bercita-cita ingin sekolah dan kuliah. Sementara gerombolan pemberontak itu tak ingin setiap warga kenya mendapat pendidikan. Pemuda itu menggalang semangat agars etiap anak yang telah buntung tangannya tetap menyimpan mimpinya untuk sekolah dan kini setiap anak yang buntung telah duduk dibangku sekolah karena usaha luar biasanya menggalang bantuan dan perlindungan. Namun tetaplah pemuda itu adalah pemuda buntung yang tak lagi melanjutkan kuliahnya, mimpinya telah pupus.

               Bunda Theresa, seorang biarawati yang terpisah jauh dari tanah kelahirannya. Menemukan keinginan sejatinya di negeri berbeda, menjadi abdi Tuhan di tempat berbeda, India. Mungkin tak ada yang tak pernah mendengar namanya walau tak sangat mengenalnya. Tokoh kemanusiaan yang mendapat piagam nobel atas tindakan kemanusiaanya pada tahun 2003 silam. Dia menyeru kepada setiap manusia tanpa membawa dan memaksakan apa yang diyakininya, yang hindu berbuat baiklah dan tetaplah pada keyakinan hindu, yang budha berperikamnusiaanlah kepada setiap manusia dan ikutilah ajaran budha, yang protestan, yang islam berbuatbaiklah dan yakinilah apa yang engkau yakini.

              Penganut sekuler menghormatinya, pelaku atheis mendewakannya hingga dunia menganggapnya manusia diantara para manusia, namun bacalah di surat-surat menjelang ajalnya yang dibukukan dalam sebuah tajuk Come Be My Light (Datanglah menjadi cahayaku) dia berujar “Banyak kebaikan yang mungkin telah ku lakukan, namun sepertinya Tuhan meninggalkanku.” Seorang hamba Tuhan, pelaku kemanusiaan yang nyata, kehilangan arah dan petunjuk Tuhannya? Bahkan dia merasa kosong dalam pengabdiannya kepada Tuhan.

              Di kolong langit ini Nama Muhammad begitu dikenal, bahkan oleh orang yang tak memahaminya sekalipun. Arab adalah padang tandus yang tak dilirik sekalipun oleh bangsa penjajah Belanda, Inggris, Portugis atau imperium kekaisaran katolik sekalipun. Karena mereka berpikir tanah tandus itu tak menghasilkan apa-apa.

              Namun Muhammad utusan Tuhan mengubah segalanya,dibawah kepemimpinannya Arab menjadi sebuah kekuatan yang menguasai sekitarnya. Bahkan hingga kini ajarannya menguasai hampir seluruh dunia, dan dijamin Tuhan tak akan runtuh hingga kiamat datang. Muhammadlah peletak prasasti peradaban itu. Dan Arab menjadi tanah yang diberkahi, tanah para pejuang kemanusiaan yang paling agung.

              Namun lihatlah perjuangan menegakkan sendi-sendi kejayaan itu, Muhammad dihardik oleh kaumnya sendiri, Muhammad diusir dari kabilahnya bahkan sanak saudara dan sahabatnya dibantai dan disiksa. Tubuh Muhammad koyak, giginya tanggal dan tangisnya pecah hampir setiap malam. Diujung hayatnya Muhammad teringat umat yang menyakitinya dan diujung nafasnya Muhammad mendoakan keselamatan ummatnya.

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(alm. Ust Rahmat Abdullah)

             Begitulah bila jalan cahaya yang kita pilih, jangan kira semua akan berjalan sesuai keinginan. Karena sejatinya keinginan manusia itu yg mudah-mudah. Jalan cahaya itu penuh onak dan duri, bersiap-siaplah rintangan akan memagari. Terkadang seperti tiada pertolongan sedikitpun, padahal Tuhan tak pernah lupa akan setiap jerih payah kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.