Ienesduah

Rekan-rekan sekubikelku menyebutnya ienesduah, aturan terbaru yang dikeluarkan dengan mendadak. Entah karena memang sangat dibutuhkan atau hanya sebuah deklarasi hegemoni. Ienesduah adalah imbauan yang memberikan pilihan kepada kroco mumet kayak saya agar menambah jam kerja hingga pukul 19.00 malam atau tambahan 120 menit. Tanpa ada penambahan kompensasi, iyah tanpa tambahan doku.

Ienesduah diharapkan dapat menambah produktifitas kinerja, menurut kasak kusuk malaikat begitu. Namun apa iya penambahan jam kerja model begini dapat menambah produktifitas? Menurutku tidak sih, tapi bisa jadi justru menambah kreatifitas. Kreatifitas dalam dunia olahraga, kreatifitas dalam pergamingan. Bahkan beberapa ada menambah kreatifitas bikin alasan untuk keluyuran malam.

Setelah jam produktif lama berakhir sebagian besar rekan rekan ini akan mencari cara tuk menghabiskan waktu agar segera sampai jarum jam menunjuk angka 7. Ya dengan cara diatas, produktif membuat membuat kreatifitas.

Jadi produktif yang model bagaimana yang diharapkan dengan menambah waktu bekerja? Coba adakah yang berencana studi banding ke German. Disana berapakah jam kerja tertinggi bagi seorang pekerja? Apakah iya kemudian German itu tergolong negara yang ga produktif?

Ienesduah memang menjadi polemik bagi Urusan Dinas Dalam, ada banyak alasan terlontar ketika aturan ini terbit, ibu-ibu yang memiliki anak kecil, ibu-ibu menyusui dan ibu-ibu hamil berteriak lantang menyampaiakn keluh kesahnya dengan jam kerja yang semakin molor ini.

Pasutri yang keduanya nglumpuk di dalam negeri pun jadi kalangkabut, jam nduselnya jadi berkurang. Belum anak-anak yang kehilangan induk, ga kenal lagi bapaknya ga kenal lagi ibunya. Jangan jangan bapaknya juga coba cari anak lain di luar sana.

Krasak krusuk mengenai jam yang diperpanjang ini memang sangat masuk akal bila didasari dengan alasan keluarga. Pegawai juga punya keluarga, punya anak bini yang ga hanya harus dijejelin duit. Tapi anak-anak mereka juga butuh tatap muka dan belaian mesra, bini-bini mereka butuh dibecandai dan didandani.

“kalau keluarga saja sudah mendapat waktu sisa, lah jangan jangan kita ga lagi punya tetangga.” Celetukan yang rasanya nyumbat kerongkongan. Dulu yang aku pernah berandai bahwa di instansi ini manusianya akan dijadikan robot semua, samar-samar kayaknya beneran.

Ienesduah ini emang benar benar super sekalih…. Sudah begitu sajah keluh kesah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.