Rasa "buku" di dunia


Tujuan kali ini adalah toko buku, kebetulan toko buku yang hendak ditelusuri adalah toko buku terbesar dikota ini. Dengan fasilitas yang memuaskan dan yang terpenting adalah pelayanan yang benar benar siip. Di zaman ini sebuah bisnis akan mendatangkan banyak konsumen adalah dengan menonjolkan sisi pelayanan. Dengan persaingan terbuka murni pebisnis akan berlomba-lomba mengembangkan nilai plus dalam usahanya dan pelayanan adalah face atau tampak depan yang diharapkan mampu memberi kesan mendalam bagi konsumen.

Kembali ke toko buku yang saya tuju, pelayanan memang luar biasa bahkan toko buku yang berkonstruksi 2 lantai itu disetiap bagian penjualan memiliki lebih dari 3 pelayan yang berarti setiap pengunjung akan mendapat pelayanan extra. Lantai 1 adalah untuk perlengkapan kantor dan aksesoris. Dan yang ku tuju adalah lantai 2 tempat rak-rak buku tertata rapi.

Ketika anak tangga terakhir ku injak tuk sampai di lantai 2, jajaran rak-rak tertata rapi disebelah kiri dan kanan. Terpajang warna-warni cover buku menghampar seluas mata memandang dan hanya dibatasi oleh tembok paling ujung. Dengan label label pengelompokan di bagian atas rak menempel tepat dibagian atas rak buku-buku tersebut. Dan tergantung pembagian jenis buku dilangit langit.

Dalam garis besarnya pembagian itu terbagi menjadi bacaan dewasa disebelah kanan dan bacaan anak-anak disebelah kiri. Dikatakan dewasa karena label yang terpampang berisi hal hal yang sulit dipahami anak-anak, seperti sastra, agama, computer,social, Negara , pengembangan diri dan banyak lagi label-label lain yang tak bisa kusebutkan karena lupa.
Disebelah kiri adalah area anak-anak ditandai dengan pemasangan label yang lebih beraneka warna, dan penuh dengan gambar kartun dan tokoh animasi yang pasti menarik bagi anak-anak. Label yang tertera antara lain, komik, buku bergambar, mewarnai, kreasi dan lain lain sangat khas anak-anaknya.

Di langkah ini pun aku tertegun, baru hendak masuk pun pilihan sudah terpasang didepan mata, apakah kulangkahkan kakiku kesebelah kanan tuk mencari buku-buku bacaanku atau kesebalah kiri tuk memberikan ekspresi gembira pada wajah anak-anakku ketika kuhadiahi mereka buku.
Dala pribadi manusia kebanyakan ada 2 karakter yang berusaha saling menonjolkan diri, sifat kekanak-kanakan dan kedewasaan. Kedewasaan pada anak-anak akan tertutupi oleh sifat aslinya dan sifiat kedewasaan apda dewasa tidak selalu menonjol. Ada sifat-kanak-kanak yang masih melekat. Dan inilah pilihan yang harus diberi porsi, apakah anda akan member porsi kanak-kanak anda melebih kedewasaan anda sehingga dunia anda adalah dunia bermain, penuh canda tawa tanpa ada konsekuensi dan tanggung jawab? Ataua anda akan mendewasakan setiap langkah hidup anda? Tak salah pepatah mengatakan bahwa “ tua itu pasti, namun dewasa adalah pilihan”.

Memang ketika memasuki wahana buku ini tiada tujuanku tuk mencari buku jenis apa, yang kutahu aku hanya ingin masuk kedalam toko buku itu dan seperti kebiasaan yg sudah –sudah harus ada 1 buku yang kubeli karena sudah kusiapkan dananya.

Seperti halnya kehidupan ini memasuki toko buku itu manusia tidaklah memiliki tujuan yang pasti yang ada adalah bahwa manusia diciptakan adalah dengan tujuan untuk menjadi hamba. Hamba dari Tuhan. Hamba yang penuh dengan kelemahan, penuh dengan kekurangan dan hamba yang diwajibkan tunduk kepada Tuhannya. Tiada pilihan lain.
Seperti halnya jalan masuk tuk ke lantai 2 toko buku itu, manusia tidak diberi pilihan untuk masuk kedunia ini. Tuhan telah memilihkan dari rahim mana kita akan masuk. Dan hanya 1 jalan masuk itu yang diperkenankan. Tiada pintu masuk darurat atau pintu alternative.

Dan dunia yang kita tempati telah memberikan banyak sekali alternative tuk kita jalani. Seperti label label yang disematkan di rak-rak buku itu. Layaknya pilihan hidup yang hendak kita jalani.

Tujuan akhir kita masuk kedunia adalah untuk membawa pulang pilihan kita, membelinya dengan dana yang diberikan kepada kita dan menukarnya dengan buku yang bermanfaat, bukan buku yang kita sukai.

Kita dihadapkan dengan banyak sekali buku di rak-rak yang sudah diberi label tadi, pilihan sulit dalam hidup ini bukan hanya 2, 3 atau 4. Ribuan pilihan hidup dipampangkan di muka kita dan kita diwajibkan hanya memilih 1 buah buku tuk kita bawa pulang nantinya.

Kebiasaan ku ketika hendak membeli sebuah buku tuk ku bawa pulang adalah. Mengintip setiap buku setidaknya ku tahu resensi yang tertulis dibagian belakang buku. Bila perlu membacanya sedikit sehingga tahu apakah buku itu layak kubawa pulang atau tidak.

Waktu dalam hal ini tidak pernah kuperhatikan karena rentang kita hiduppun tidaklah pernah kita tahu. Einstein pernah berkata. “tidaklah lebih baik orang yang pernah melihat masa depan daripada orang yang merencanakan masa depan”. Waktu bukanlah hal yang harus terus dilihat dan diperhatikan. Waktu hanyalah batasan rentang yang harus kita manaje sebaik-baiknya.

Akhirnya bila harus menyesali sebuah buku yang kubeli setidaknya aku telah bersyukur dengan melihat buku-buku yang lain. Dengan mengecap setiap rasa kehidupan aku sudah merasa puas dengan apapun yang hendak kubawa pulang kelak. Karena berarti yang kubawa pulang itulah yang terbaik dan bermanfaat bagiku dan orang-orang disekitarku.

Inspirasi : “yah, kata bosku bertanya. masihkah bergelut dengan dunia motor antik? Berteman dengan orang orang “hitam” itu? Masihkah membekam orang? Mengikuti kajian dengan ustadz? Masihkan hobi mancing? Masihkah …..?”sergah istriku…

Dan masihkah-masihkah yang lain yang mempertanyakan aktifitasku yang oleh banyak orang dianggap plin-plan. Tidak kawan aku tidaklah plin-plan, aku hanya ingin mengecap setiap rasa didunia ini. Hingga bisa kubandingkan mana rasa terenak bagi lidahku dan hatiku.

14 komentar:

  1. Hidup itu harus berani mencoba semua rasa manis asam, pahit, dll...

    Nice post

    BalasHapus
  2. bagus pak,

    sering saya baca argumentasi mas ichang mempersonifikasi,
    dan saya yakin sampeyan jg tau sanggahan personifikasinya,

    BalasHapus
  3. i'm the first...

    bukankah lebih baek mngetahui banyak hal dan merasakn banyak hal...daripada diam

    BalasHapus
  4. upsss...i'm not the first...hehehe

    BalasHapus
  5. Hidup adalah perjalanan, juga perjuangan. Menjadi tua sudah pasti, menjadi "dewasa" adalah pilihan. Seperti rasa buku di rak buku, kita boleh memilih sesuai kebutuhan kita. Nice post.

    BalasHapus
  6. setidaknya kita mempunyai"sesuatu" yang jarang dimiliki orang lain

    BalasHapus
  7. PErbedaan orang bodoh dan orang pintar hanya satu:
    orang pintar selalu dapat melihat ilmu/hikmah walau dalam keadaan sekecil apapun. Sedanglkan orang bodoh adalah mereka yang tetap tak melihat hikmah walau dihadapakan pada sesuatu yang besar.
    Ayo mas, terus berbagi kepintarannya dengan kami-kami, hehe

    Trims atas atensi yg selalu Mas IChang berikan pada saya

    BalasHapus
  8. Ok bangetz mas...
    Yah, yg pasti jangan kita paksakan anak2 masuk dalam 'dunia dewasa yg dikanak-kanakkan'.
    Btw, sampe saat ini aku masih suka mampir ketoko mainan anak2, jg baca buku kanak2...hehe...

    BalasHapus
  9. @pendekar tidar : makasih apresiasinya pak..
    @laksamana embun : itu sebuah pilihan hidup pak, ada juga beberapa yang takut takut.
    @ beras : hmm.... ini sebuah personifikasi kah? rasanya sanggahannya belums aya dapat nih mas... hehe
    @ alfi : salam kenal balik teman.
    @ my lovely wife : kita lebih suka berpetualang to bunda? maybe ur not the first...but trust me ur the last.
    @ newsoul : saya tidak memilih sesuai yang saya suka bu saya lebih suka memilih yang saya butuhkan like u do... terima kasih
    @ omiyan : sesuatu yang berguna bagi kita om ..
    @insanitis37 : maaf mas saya masihs angatlah bodoh, dengan kebodohan ini yang akan menjadi modal saya tuk terus mengejar ilmu. terima aksih juga sudah mampir mas
    @ om srex : ah om srex ini, kadangs aya juga masih hobi main layangan atau gasing didepan rumah..kekekekke

    BalasHapus
  10. memilih buku seperti memilih jalan menuju keridhoanNya....

    BalasHapus
  11. Like it....

    Dan menikmati hidup akan membuat orang semakin bersyukur...atas kesempatan mengecap rasa di dunia ini. :)

    BalasHapus
  12. @tovicsky : anda tepat sekali
    @verraokta : makasih udah mampir.

    BalasHapus

Jangan sungkan menuliskan segala sesuatu, maka sampaikan walau pahit. insyaALlah lain waktu saya akan berkunjung balik.